Transplantasi organ sering digembar-gemborkan sebagai kemajuan medis terkini. Namun, terobosan ini meninggalkan satu pertanyaan bagi khalayak umum. Apakah transplantasi organ bisa mengubah sifat seseorang?
Tindakan medis ini dinilai bisa memberikan kesempatan kedua untuk hidup bagi orang-orang yang organ tubuhnya tidak berfungsi. Namun, di samping tantangan fisik dan medis dari transplantasi, muncul pula laporan menarik tentang perubahan kepribadian dan identitas setelah prosedur tersebut.
Kisah-kisah ini sering dikaitkan dengan "ingatan seluler" dari pemilik organ sebelumnya. Lantas, mungkinkah mendapatkan organ baru dapat mengubah sifat seseorang?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konsep Perubahan Sifat Pasca-Transplantasi
Sifat mencakup pola pikir, perasaan, dan perilaku seseorang yang bertahan lama. Perubahan sifat pasca-transplantasi telah dilaporkan secara anekdot dan dalam studi observasional oleh penerima dan keluarga mereka.
Perubahan ini berkisar dari perubahan halus dalam preferensi dan perilaku hingga perubahan besar dalam identitas. Penerima telah menggambarkan perolehan selera, hobi, atau bahkan ingatan baru yang tampaknya mencerminkan aspek-aspek donor organ mereka, seperti dilaporkan dalam Psychology Today.
Bukti Perubahan Sifat
Beberapa bukti paling mencolok untuk perubahan kepribadian berasal dari kisah-kisah pribadi. Salah satunya datang dari seorang anak laki-laki berusia 5 tahun menerima jantung seorang anak berusia 3 tahun. Penerima donor merasa pendonor pernah menyukai Power Rangers namun tidak lagi.
Tanpa penerima donor ketahui, pendonor ternyata meninggal saat jatuh saat mencoba meraih mainan Power Rangers yang jatuh di ambang jendela.
Claire Sylvia, penerima transplantasi jantung-paru dalam bukunya "A Change of Heart", menggambarkan keinginan mendadak untuk memakan nugget ayam dan bir, makanan yang kemudian diketahuinya sebagai makanan favorit pendonornya.
Sains di Balik Memori Seluler
Salah satu hipotesis yang diajukan untuk menjelaskan perubahan sifat tersebut adalah konsep memori seluler. Artinya, organ donor mungkin menyimpan beberapa bentuk memori atau informasi yang dikodekan dalam selnya.
Kendati demikian, ilmuwan masih mencoba mencari tahu penyebab sesungguhnya dari perubahan sifat ini. Seiring dengan terus berlanjutnya penelitian, pemahaman tentang perubahan kepribadian pasca-transplantasi dapat meningkatkan kualitas perawatan bagi penerima transplantasi, tidak hanya menyangkut kesehatan fisik tetapi juga kesejahteraan psikologis mereka.
(nir/nwk)