Jika manusia beradaptasi pada musim dingin dengan baju hangat atau pemanas ruangan, maka sejumlah hewan memiliki caranya tersendiri. Mulai dari hibernasi, menimbun makanan, hingga mengecilkan mengganti bulu.
Salah satu jenis mamalia, ada yang memiliki cara unik dengan mengecilkan massa tubuh, termasuk otaknya. Mamalia tersebut adalah Eurasian common shrew atau tikus tanah Eurasia (Sorex araneus).
Tak seperti hewan lain yang menimbun cadangan makanan di tubuhnya, tikus tanah Eurasia justru memakai strategi berbeda. Mereka mengembangkan adaptasi dengan cara mengecilkan organ-organ penghasil bahan bakar mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Trik bertahan saat musim dingin tersebut dinamakan "Fenomena Dehnel", yang diambil dari nama ahli zoologi Polandia August Dehnel.
Otak Tikus Tanah Eurasia Bisa 'Menyusut' Saat Musim Dingin
Strategi unik tikus tanah Eurasia ini turut diungkap melalui studi berjudul "Seasonal and Comparative Evidence of Adaptive Gene Expression in Mammalian Brain Size Plasticity" yang terbit di eLife pada 19 November 2024 oleh William R Thomas dan kawan-kawan.
Seorang ahli biologi evolusi dari Universitas Stony Brook, William Thomas, mengatakan bahwa spesies tikus Eurasia mampu mengecilkan organ-organ yang menyerap bahan bakar untuk menghemat cadangan makanan.
Strategi ini setidaknya mampu menurunkan berat mamalia tersebut sebesar 5 hingga 12 gram, atau sekitar 18 persen dari total berat tubuhnya.
Menariknya, kemampuan ini turut 'mengerutkan' lebih dari seperempat massa otak tikus saat suhu mulai menurun. Massa otak ini selanjutnya akan kembali ke ukuran semula ketika suhu normal.
Bagaimana Otak Bisa Mengecil?
Pengecilan massa otak ini, kata Thomas, terjadi karena sejumlah gen. Melalui pencatatan pergeseran metabolisme di berbagai organ pada tikus tanah, para ilmuwan menyimpulkan gen yang terdapat di hipotalamus berperan penting dalam mengatur metabolisme hewan saat musim dingin.
Ratusan gen ini secara tidak langsung mengalami peningkatan regulasi saat suhu menurun, yang kemudian memicu penurunan massa tubuh, termasuk otak.
"Kami menghasilkan kumpulan data unik, yang dengannya kami dapat membandingkan hipotalamus tikus tanah di berbagai musim dan spesies," terang Thomas, dikutip dari Science Alert.
"Kami menemukan serangkaian gen yang berubah sepanjang musim yang terlibat dalam pengaturan homeostasis energi, serta gen yang mengatur kematian sel yang kami usulkan mungkin terkait dengan pengurangan ukuran otak," tambahnya.
Thomas menjelaskan bahwa gen yang mengatur pensinyalan kalsium di penghalang antara darah dan otak, yang memungkinkan hipotalamus merespons perubahan lingkungan lebih cepat.
"Urutan yang menonjol dalam perbandingan regulasi gen di musim gugur dan musim semi adalah BCL2L1, urutan yang dianggap berperan dalam mengelola penghancuran sel-sel individual," tutur Thomas.
(faz/faz)