Anak Muda Masa Kini Lebih Tidak Bahagia dari yang Lebih Tua, Begini Solusinya

ADVERTISEMENT

Anak Muda Masa Kini Lebih Tidak Bahagia dari yang Lebih Tua, Begini Solusinya

Hani Muthmainnah - detikEdu
Senin, 30 Des 2024 17:00 WIB
Young Asian woman sitting on floor at home feeling sad tired and worried suffering depression in mental health, problems and broken heart concept, life difficulties
Berdasarkan World Happiness Report 2024, tingkat kebahagian anak muda saat ini lebih rendah dari pada orang yang lebih tua. Begini sebab dan cara mengatasinya. Foto: Getty Images/iStockphoto/Filmstax
Jakarta -

World Happiness Report 2024 menunjukkan hasil yang mengkhawatirkan. Berdasarkan laporan ini, kebahagiaan anak muda masa kini lebih rendah dibandingkan dengan kebahagiaan orang yang lebih tua.

Sejak tahun 2006, penurunan kebahagian anak muda tampak di berbagai wilayah di dunia, termasuk Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa, Timur Tengah, Afrika Utara, hingga Asia Selatan.

Anak muda, yang dahulu dikenal sebagai simbol optimisme dan harapan, justru kini banyak bergulat dengan berbagai krisis sebelum dewasa. Masa muda yang seharusnya dipenuhi dengan semangat dan cita-cita, kini malah diwarnai dengan perasaan cemas, stres, dan ketidakpuasan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa yang menyebabkan fenomena ini banyak dialami oleh anak muda? Mengapa kebahagiaan mereka tampak semakin menurun?

Penyebab Turunnya Kebahagiaan Anak Muda

Berdasarkan riset ini, berikut beberapa faktor yang menjadi penyebab menurunnya kebahagiaan anak muda:

ADVERTISEMENT

Tantangan Ekonomi

Anak muda kini menghadapi tantangan ekonomi yang semakin berat, seperti meningkatnya biaya hidup dan pasar kerja yang semakin ketat. Mereka mengalami tingkat kemakmuran yang lebih rendah dibandingkan dengan generasi sebelumnya.

Kesulitan memiliki hunian yang nyaman, mengakses pendidikan, dan mendapatkan layanan kesehatan menjadi hambatan besar bagi mereka untuk mencapai kesejahteraan dan keamanan finansial. Dengan upah yang stagnan sementara biaya semakin meningkat, banyak anak muda kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, seperti memiliki rumah dan mencapai stabilitas finansial.

Fenomena ini tidak hanya terjadi di negara Barat, tetapi juga di negara berkembang. Laporan World Bank 2022 mencatat bahwa kenaikan biaya perumahan menjadi perhatian utama bagi kaum muda di negara-negara berkembang seperti Brasil dan India.

Selain itu, kondisi pasar kerja yang semakin ketat kian memperburuk situasi. Ekonomi yang serabutan dan jenis pekerjaan yang tidak pasti memberikan lebih sedikit rasa aman dan manfaat dibandingkan dengan pekerjaan tradisional. Kurangnya stabilitas ini membuat perencanaan keuangan menjadi sulit dan justru menambah kecemasan akan masa depan.

Laporan International Labour Organization 2023 menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di kalangan anak muda tetap tinggi di negara maju. Kondisi ini lebih buruk lagi di negara berkembang.

Ketidakpastian ekonomi dan pasar kerja yang sempit menciptakan tantangan besar bagi generasi muda, memperburuk rasa ketidakpastian yang mereka hadapi dalam merencanakan masa depan.

Tekanan Sosial dan Teknologi

Kemudahan mengakses media sosial dan melihat pencapaian orang lain dapat memicu rasa ketidakmampuan dan perbandingan sosial. Penelitian Tore Bonsaksen dan rekan-rekan dalam jurnal Health Psychology and Behavioral Medicine (2022) menunjukkan peningkatan penggunaan media sosial berhubungan dengan gejala depresi serta kesepian pada orang dewasa muda, yang kini marak secara global.

Fenomena tersebhut semakin diperburuk dengan adanya isolasi sosial yang dialami oleh banyak anak muda. Meskipun terdapat koneksi daring, anak muda sering kali merasa kekurangan hubungan yang kuat secara langsung.

Kurangnya waktu luang, mobilitas geografis, dan kecemasan sosial membuat mereka terputus dari lingkaran sosial yang mendukung. Rasa terisolasi ini dapat berdampak negatif pada kebahagiaan mereka dan memperburuk perasaan kesepian yang sudah ada.

Ketidakpastian dan Kecemasan

Perubahan iklim merupakan salah satu ancaman terbesar yang dihadapi oleh generasi muda. Mereka mewarisi dunia yang penuh dengan tantangan lingkungan, seperti bencana alam dan kerusakan ekosistem yang akibatnya dapat menimbulkan rasa ketidakberdayaan.

Banyak anak muda yang merasa tidak memiliki kendali dan kemampuan untuk mengatasi masalah ini. Hal ini semakin memperburuk kecemasan mereka tentang masa depan.

Selain itu, polarisasi politik yang semakin meningkat turut memicu perasaan cemas dan keputusasaan. Perpecahan sosial dan politik yang tajam sering kali membuat anak muda merasa terjebak dalam ketegangan yang sulit dihindari.

Anak muda yang terus menerus menyaksikan ketegangan dan konflik dapat menguras emosi mereka. Laporan Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) 2023, menunjukkan bahwa kaum muda di zona konflik, seperti Suriah dan Yaman, melaporkan tingkat kecemasan dan depresi yang sangat tinggi.

Ketimpangan Kebahagiaan

Laporan World Happiness Report 2024 menyatakan, kebahagiaan orang dewasa di negara-negara seperti Norwegia, Swedia, Jerman, dan Inggris orang dewasa lebih tinggi. Namun, di beberapa negara seperti Portugal dan Yunani, tren ini terbalik.

Sementara itu di Amerika Utara, ketidakpuasan kaum muda semakin meningkat dan ketimpangan kebahagiaan juga meluas di seluruh dunia. Jika tidak segera ditangani, konsekuensinya bisa melebar ke penurunan motivasi, produktivitas, kesehatan, dan harapan hidup.

Cara Mengatasi Rasa Tidak Bahagia pada Anak Muda

Ada harapan bagi kebahagiaan anak muda. Negara-negara seperti Kosta Rika dan Kuwait menunjukkan peningkatan kebahagiaan di kalangan anak muda.

Faktor-faktor seperti dukungan sosial dan rasa memiliki justru mungkin menjadi kunci perubahan positif ini. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan kebahagiaan di kalangan generasi muda:

1. Prioritaskan Dukungan Kesehatan Mental

Investasi dalam layanan kesehatan mental yang mudah diakses, seperti di sekolah dan komunitas, sangatlah penting. Intervensi dini seperti pelatihan kesadaran dan terapi kelompok terbukti efektif dalam mengurangi kecemasan dan depresi.

Selain itu, penyediaan bantuan kesehatan mental secara daring mempermudah membuat anak muda dalam mengakses bantuan kesehatan mental yang mereka butuhkan.

2. Jalin Hubungan Lintas Budaya

Aktivitas yang mendorong interaksi sosial dan rasa memiliki harus didorong. Contohnya seperti program pertukaran internasional dan bimbingan pemuda virtual.

Hal ini dapat membantu kaum muda mengembangkan pemahaman dan persahabatan seumur hidup. Kegiatan ini juga bantu memberi mereka memiliki rasa tujuan.

3. Dorong Reformasi Media Sosial

Perusahaan media sosial dan pemerintah harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan daring yang lebih aman dan positif. Hasilnya dapat mencakup regulasi yang lebih ketat, pembatasan waktu layar, dan verifikasi usia untuk konten tertentu.

4. Pendidikan untuk Masa Depan

Sekolah harus mengajarkan keterampilan hidup, seperti literasi keuangan dan kebiasaan daring yang sehat. Cara ini dapat membantu kaum muda membuat keputusan yang lebih baik dan menghadapi tantangan kehidupan dengan lebih siap.




(twu/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads