Perayaan Natal biasanya dimulai sejak bulan Desember hingga menjelang tahun baru. Namun, ada negara yang sudah memulai perayaan Natal jauh sebelum Desember. Apa alasannya?
Secara umum, perayaan Natal identik dengan libur akhir tahun mulai dari 25 Desember hingga 1 Januari. Di Indonesia, libur Natal ditambah dengan cuti bersama selama dua hari, yaitu 25-26 Desember.
Di negara lain seperti Australia dan Finlandia, libur Natal bisa sampai 3 hingga 4 hari. Lantas negara mana yang merayakan Natal paling lama?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perayaan Natal Sejak September
Negara yang merayakan Natal paling lama adalah Filipina. Negara tetangga Indonesia ini sudah mulai merayakan Natal sejak September.
Jika dihitung sampai Desember, maka perayaan Natal di Filipina mencapai 4 bulan. Perayaan ini memiliki arti tersendiri sebagai 'musim liburan'.
"Natal dirayakan pada bulan-bulan "ber", yaitu September, Oktober, November, dan Desember. Natal adalah musim yang paling lama dirayakan di Filipina dan negara kami merayakannya paling lama secara global," kata Robert Blancaflor, presiden perusahaan desain acara Robert Blancaflor Group yang berbasis di Manila, dikutip dari CNBC Internasional.
Tidak hanya itu, jika biasanya perayaan Natal berakhir pada 1 Januari, maka di Filipina akan lebih panjang. Sebab, perayaan bisa sampai minggu pertama bulan Januari.
"Demam Natal dimulai pada 1 September dan berakhir pada minggu pertama bulan Januari," terang Marot Nelmida-Flores, profesor studi Filipina di Universitas Filipina Diliman.
"Namun, ini adalah 'fenomena baru-baru ini'," imbuhnya.
Alasan Filipina Merayakan Natal dengan Waktu Lama
Pakar seni dan budaya di Filipina, Joven Cuanang, mengatakan bahwa budaya perayaan Natal yang dimulai sejak lama didorong oleh perdagangan.
"Lagu-lagu Natal mulai terdengar segera setelah All Saints Day [pada] 1 November. Ini untuk menarik orang agar mulai berbelanja hadiah Natal, (fenomena) hal ini didorong oleh perdagangan," ucapnya.
Dengan segala 'keramaian' Natal yang terjadi di pusat perbelanjaan, ini kemudian menyebar. Hal ini membuat orang-orang di Filipina sudah membuat pernak-pernik Natal sebelum Desember tiba.
"Orang Filipina mulai membuat parol, atau lentera Natal, pada awal bulan September," ujar Nelmida-Flores.
Selain karena perdagangan, terdapat momen September-Desember di Filipina juga dikenal sebagai musim perantau pulang. Faktor ini yang kemudian mendukung musim liburan perayaan Natal menjadi budaya.
Faktor lain yang menambah kegembiraan musiman ini, kata Nelmida-Flores, adalah kembalinya "balikbayan" yaitu sekitar 2,2 juta warga Filipina yang bekerja di luar negeri, menurut Otoritas Statistik Filipina.
Negara Mayoritas Kristen
Perayaan Natal yang panjang dan menjadi budaya, terkait dengan adanya 92% penduduk Filipina yang beragama Kristen, menurut Stanford School of Medicine. Di antara 110 juta penduduk, lebih dari 80% menganut agama Katolik Roma.
Menurut survei tahun 2020 yang dilakukan oleh lembaga penelitian sosial Filipina, Social Weather Stations, sekitar 88% orang Filipina mengatakan mereka sangat atau cukup religius.
Banyak umat beriman yang mengikuti tradisi Simbang Gabi, yaitu periode sembilan hari kehadiran misa menjelang fajar yang berlangsung dari 16 hingga 24 Desember. Praktek ini diperkirakan diperkenalkan oleh misionaris Spanyol pada abad ke-17.
"Ini biasanya menandai dimulainya Natal. Setiap fajar selama sembilan hari, kami berkumpul dalam cuaca dingin, pergi ke gereja, dan puncaknya adalah misa tengah malam pada Malam Natal," papar Cuanang.
Menurutnya, dulu perayaan Natal di Filipina hanya sekitar tiga minggu. Ini berbeda dengan budaya akhir-akhir ini yang sampai berbulan-bulan.
"Kebanyakan orang di generasi saya menganggap periode empat bulan itu terlalu lama," imbuhnya.
Meski banyak yang mengartikan perayaan Natal secara berbeda, tapi warga Filipina menganggap, Natal adalah momen keramahtamahan, kemurahan hati, kreativitas, dan dedikasi terhadap keluarga.
(faz/nwy)