Studi mengungkap isi sebuah jimat perak berusia 1.800 tahun yang ditemukan pada sebuah pemakaman di Jerman. Jimat ini dinilai sebagai bukti tertua perkembangan agama Kristen di utara Pegunungan Alpen.
Ketika ditemukan, jimat berbentuk lembaran tipis perak yang digulung rapat dengan ukuran panjang hanya 3,5 sentimeter. Meski kecil, penemuan ini mampu mengubah pemahaman para sejarawan tentang bagaimana agama Kristen dipraktikkan pada masa Kekaisaran Romawi Awal.
Hal ini diketahui usai arkeolog membuka jimat menggunakan teknologi pemindaian Computerized Tomography (CT Scan). Begini penjelasannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jimat Penangkal Kejahatan
Para arkeolog menemukan jimat perak ini di makam seorang pria yang meninggal antara tahun 230-280 M. Pria itu kemungkinan menggunakan jimat sebagai kalung di lehernya, karena ditemukan tepat di bawah rahang.
Arkeolog Alkitab independen yang tak terlibat dalam penelitian tersebut Tine Rassalle menjelaskan tujuan seseorang memakai jimat di waktu itu dikenal sebagai filakteri. Yakni berguna untuk melindungi pemiliknya dari berbagai kemalangan dan menyembuhkan berbagai penyakit.
"Untuk melindungi atau menyembuhkan pemiliknya dari berbagai kemalangan, seperti penyakit nyeri tubuh, kemandulan, atau bahkan kekuatan jahat," tutur Rassalle dikutip dari laman Live Science, Selasa (24/12/2024).
Banyak orang yang menggunakan jimat di masa itu sebagai 'penjaga' orang-orang yang dicintai karena pengetahuan medis belum maju. Selain itu, Rassalle juga menyoroti lokasi penemuan jimat yang menurutnya langka.
"Jimat ini banyak digunakan pada Zaman Kuno Akhir, terutama di wilayah Mediterania bagian timur (dan) jauh lebih jarang ditemukan di wilayah Romawi bagian barat," jelasnya.
"Penemuan jimat ini di Jerman menunjukkan bahwa ide-ide (agama) Kristen telah mulai merambah wilayah-wilayah jauh jauh dari pusat agama itu tumbuh," tambahnya lagi.
Isi Jimat Berusia 1.800 Tahun
Artefak itu ditemukan pada tahun 2018 saat penggalian pemakaman era Romawi di luar Frankfurt. Dalam makam tersebut, para arkeolog juga menemukan dupa dan kendi tembikar.
Para ahli Leibniz Center for Archaeology (LEIZA) di Mainz Jerman menghabiskan beberapa tahun untuk menganalisis jimat tersebut. Kepala platform pencitraan LEIZA, Ivan Calandra menjelaskan hasil analisis yang dilakukan timnya.
Dipastikan jimat itu berusia 1.800 tahun. Untuk mengetahui isinya mereka menggunakan CT dengan resolusi tinggi dan membuat model 3 dimensi (3D).
Model 3D memungkinkan para ilmuwan membuka gulungan itu secara digital. Hasilnya diuraikan oleh seorang profesor dari Institut Ilmu Arkeologi Universitas Goethe di Frankfurt Jerman, Markus Scholz.
Scholz menjelaskan tulisan di dalam jimat terdiri dari 18 baris dengan bahasa Yunani atau Ibrani. Adapun isinya yakni:
"(Atas nama?) Santo Titus. Kudus, kudus, kudus! Atas nama Yesus Kristus, Putra Allah! Tuhan dunia melawan dengan [kekuatan?] semua serangan(?)/kemunduran(?). Tuhan(?) memberikan jalan masuk menuju kesejahteraan. Semoga sarana keselamatan(?) ini melindungi orang yang menyerahkan dirinya kepada kehendak Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah, karena di hadapan Yesus Kristus setiap lutut bertekuk: mereka yang di surga, mereka yang di bumi dan mereka yang di bawah bumi, dan setiap lidah mengaku (Yesus Kristus)."
Mengubah Sejarah Agama Kristen di Jerman
Diketahui pada masa awal Kekaisaran Romawi, penganut agama Kristen menghadapi risiko besar. Kaisar Romawi Nero menganiaya orang-orang Kristen pada abad pertama Masehi.
Seperti disalib hingga dipaksa berperang di Colosseum. Hal ini menciptakan suasana ketakutan di antara umat Kristen dan mereka memilih menjalankan agama secara rahasia.
Penemuan ini sangat penting bagi peneliti. Karena teks tersebut berisi contoh paling awal dari frasa tertentu, seperti "kudus, kudus, kudus!" yang tidak dikenal dalam agama Kristen hingga abad keempat.
"Hal ini membawa pemahaman kita tentang Kristenisasi Barat dan monoteisme Kristen ke tingkat yang baru," ungkap Rassalle.
Respon positif juga datang dari Wali Kota Frankfurt Mike Josef. Menurutnya penemuan artefak ini membuat membuat sejarah agama kristen di Frankfurt harus diurutkan kembali dari 50-100 tahun kebelakang.
"Penemuan (tentang) agama Kristen pertama di utara Pegunungan Alpen berasal dari kota kami. Kami bisa bangga akan hal ini, terutama sekarang menjelang Natal," pungkas Josef.
(det/nwk)