Sejak Kapan Warna Pink Identik dengan Perempuan?

ADVERTISEMENT

Sejak Kapan Warna Pink Identik dengan Perempuan?

Hani Muthmainnah - detikEdu
Sabtu, 21 Des 2024 09:00 WIB
Dunia Hari Ini: Ada Desakan untuk Memboikot Film Barbie di Jepang
Film Barbie. Foto: ABC Australia
Jakarta -

Seperti yang kita tahu, warna pink atau merah muda biasanya identik dengan perempuan. Contohnya, dalam film Barbie yang dirilis pada bulan Juli 2023, warna pink mendominasi hampir di segala aspek, baik itu pakaian, kendaraan, rumah, hingga pasir di pantai.

Pada zaman sekarang, warna merah muda sering dikaitkan dengan semua hal yang feminin. Namun, dari mana fenomena ini berasal?

Dahulu Warna Merah Muda untuk Laki-laki

Jika melihat ke belakang, dahulu warna merah muda adalah warna yang diperuntukkan untuk laki-laki. "Putih murni digunakan untuk semua bayi. Biru untuk perempuan dan merah muda untuk anak laki-laki," jelas sebuah artikel jurnal Ladies Home pada 1890.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebuah artikel pada 1918 yang dipublikasikan dalam jurnal mid memberikan pandangan yang sama.

"Aturan yang diterima secara umum adalah merah muda untuk anak laki-laki dan biru untuk anak perempuan. Alasannya adalah karena merah muda merupakan warna yang lebih tegas dan kuat dan lebih cocok untuk anak laki-laki. Sedangkan biru merupakan warna yang lebih lembut dan anggun, lebih cantik untuk anak perempuan," jelas artikel tersebut.

ADVERTISEMENT

Pada awalnya, preferensi anak laki-laki dengan warna merah muda bermula di wilayah Midwest dan Selatan di Amerika Serikat. Dalam sebuah artikel majalah Time 1927 dilakukan survei terhadap sejumlah departemen store dan menanyakan warna mana yang menurut pelanggan cocok dengan anak perempuan dan laki-laki.

Di California, orang-orang di Los Angeles lebih menyukai warna merah muda untuk anak perempuan. Sedangkan orang-orang di San Francisco memilih warna merah muda untuk anak laki-laki.

Di Philadelphia dan Manhattan, pelanggan memilih warna biru untuk anak laki-laki dan merah muda untuk anak perempuan. Hal ini menunjukkan adanya perdebatan dengan tidak adanya preferensi yang jelas.

Fenomena perdebatan preferensi warna ini menunjukkan betapa fleksibelnya pandangan tentang warna dan gender pada masa itu.

Menurut Jo Paoletti, dari Universitas Maryland dalam bukunya Pink and Blue: Telling the Boys from the Girls in America, menjelaskan pada abad ke-19 orang tua lebih suka mendandani anak-anak mereka dengan pakaian putih agar tidak menonjolkan jenis kelamin mereka.

"Hanya sedikit orang tua pada tahun 1880 yang merasa nyaman mendandani anak laki-laki mereka yang berusia satu tahun untuk mengekspresikan kejantanannya atau memilih pakaian untuk menonjolkan kewanitaan anak perempuan mereka yang masih bayi. Pakaian yang bergender dianggap tidak pantas untuk anak-anak kecil yang kepolosan seksualnya sering disebut sebagai salah satu daya tarik terbesar mereka," tulisnya.

Perdebatan Warna dengan Gender

Pada pertengahan abad ke-20, anak perempuan biasanya berpakaian seperti ibu mereka, sementara anak laki-laki mengenakan pakaian seperti ayah mereka. Namun, pada 1970-an, anak-anak mulai mengenakan lebih banyak pakaian unisex.

Saat itu, semakin banyak perempuan yang bekerja dan memilih pakaian yang tak seberapa feminin, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi anak-anak perempuan mereka.

"Pada tahun 1970-an, warna pink sangat erat kaitannya dengan feminitas tradisional sehingga ditolak keras oleh orang tua feminis untuk pakaian anak perempuan mereka," tulis Paoletti.

Fenomena antipink ini semakin kuat pada puncak tren unisex di pertengahan 1970-an. Bahkan, katalog Sears tidak memuat pakaian pink untuk balita selama dua tahun berturut-turut.

Kemudian, pada pertengahan 1980-an perdebatan gender antara warna merah muda dan biru semakin jelas. Salah satu yang menjadi faktor yang memicu tren ini mungkin dengan adanya pengujian prenatal. Pengujian ini memungkinkan orang tua untuk dapat mengetahui jenis kelamin anak mereka sebelum kelahiran.

Kemudahan informasi ini memberikan waktu bagi para orang tua untuk mendekorasi kamar bayi dengan warna yang sesuai dengan jenis kelamin bayi mereka.

Belakangan ini, calon orang tua juga mengungkapkan kegembiraan mereka dengan mengungkapkan jenis kelamin anak melalui pesta-pesta yang menampilkan balon, kue, dan kofeti berwarna merah muda atau biru.

Pajak Pink

Dengan semakin jelasnya perbedaan warna berdasarkan gender, muncul beberapa permasalahan. Produsen mulai berlomba-lomba mengeluarkan barang-barang yang dipasarkan khusus untuk gender tertentu.

Misalnya saja sepeda roda tiga warna pink, skuter pink, pisau cukur pink, dan bahkan hingga pulpen pink yang dipasarkan kepada wanita dan anak perempuan. Tidak jarang barang-barang ini dipasarkan dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan barang serupa yang diperuntukkan untuk anak laki-laki.

Karena hal ini, terdapat dua negara yaitu New York dan California yang memiliki undang-undang "pajak pink". Undang-undang tersebut melarang pengecer memberikan harga lebih untuk barang-barang berwarna pink yang ditujukan kepada anak perempuan dan wanita.

Stereotip gender juga semakin diperkuat oleh tren warna pink untuk anak perempuan. Reaksi publik terhadap hal ini mendorong sebagian toko berhenti membedakan mainan berdasarkan gender dan menghapus rak mainan pink yang ditujukan untuk anak perempuan.

Konsumen tidak ingin anak perempuan mereka diarahkan ke boneka dan peralatan dapur, sedangkan anak laki-laki mereka bermain dengan balok dan peralatan kimia. Perbedaan warna merah muda dan biru ini juga membuat laki-laki dan perempuan tampak berbeda satu sama lain daripada yang sebenarnya.

Hal ini dapat memengaruhi cara orang memperlakukan mereka dan membuat mereka yang memiliki identitas gender biner merasa terpaksa mengikuti norma tersebut.

Pada akhirnya, pilihan warna merah muda untuk anak perempuan dan biru muda untuk anak laki-laki adalah sebuah konstruksi sosial. Tidak ada faktor biologis yang membuat anak perempuan tertarik pada warna merah muda ataupun sebaliknya.




(nah/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads