Kompas Akan Menunjuk ke Arah Mana Jika Digunakan di Luar Angkasa?

ADVERTISEMENT

Kompas Akan Menunjuk ke Arah Mana Jika Digunakan di Luar Angkasa?

Devita Savitri - detikEdu
Rabu, 11 Des 2024 20:30 WIB
ilustrasi kompas
Foto: iStockphoto/ooyoo/Ilustrasi kompas
Jakarta -

Kompas pertama kali dibuat pada masa Dinasti Han China antara tahun 300 dan 200 sebelum masehi (SM). Benda ini dibuat secara sederhana dari batu bermuatan magnet yang digantung di udara dengan seutas tali.

Secara alami batu yang tergantung itu akan menunjuk langsung ke kutub magnet Bumi. Awalnya, batu-batuan bermagnet ini digunakan untuk ramalan karena sifatnya yang tampak supranatural.

Namun pada akhirnya, batu-batu ini akhirnya terbukti menjadi alat yang tak tergantikan bagi penjelajah seluruh dunia. Kompas menjadi penunjuk arah pada siang dan malam hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bumi sendiri adalah magnet yang memiliki dua kutub. Kompas masa kini berisi sepotong kecil bahan magnet bersifat saling menarik ke kutub yang berlawanan di Bumi.

Diketahui pusat magnet Bumi terletak sekitar 1000 mil (1609 km) selatan di kutub utara. Tepatnya di sebelah barat Pulau Ellesmere, Kanada. Sehingga meskipun detikers berdiri di belahan Bumi selatan, jarum kompas akan selalu menunjuk ke utara.

ADVERTISEMENT

Arah Jarum Kompas di Luar Angkasa

Jika di Bumi kompas akan selalu menunjuk ke arah utara, bagaimana dengan di luar angkasa?

Area di sekitar Bumi yang memiliki gaya magnet paling dominan adalah magnetosfer. Magnetosfer membentang sekitar 23.000 mil (37.014 km) ke arah matahari.

Selama kompas digunakan di area ini, jarumnya masih dapat mendeteksi medan magnet Bumi dan mengarahkan ke titik Pulau Ellesmere, Kanada. Namun jika kompas digunakan di luar magnetosfer, keadaan akan jadi lebih rumit.

Karena Bumi bukan satu-satunya objek di tata surya yang menghasilkan gaya magnet. Bulan dan Mars juga memiliki medan magnet, tetapi lebih lemah daripada Bumi.

Jika seorang astronaut bepergian lebih jauh, kompas mungkin akan menunjuk ke arah salah satu dari dua objek. Objek pertama adalah Jupiter karena kecepatan rotasinya tinggi (28.273 mph dibandingkan Bumi) dan inti hidrogen metalik besar (1,5 kali ukuran Bumi).

Magnetosfer Jupiter lebih kuat daripada planet tetangga Bumi lainnya. Areanya membentang sekitar 12 juta mil (19 juta km) dari sekitar planet itu.

Objek kedua adalah matahari. Bintang terbesar ini memiliki area magnetosfer yang meliputi seluruh tata surya.

Jika astronaut berada di luar magnetosfer planet seperti Bumi atau Jupiter, kompas akan menunjuk ke arah matahari.

Kompas Khusus Antariksa

Tidak bisa diketahui di mana pusat magnet matahari, karena lokasi kutub magnetnya berubah kira-kira setiap 11 tahun. Ketika bintik matahari terbentuk selama solar maximum, magnetosfernya akan di atur ulang.

Kutub magnet Bumi juga bisa berubah polaritasnya (kekutubannya) tetapi gerakannya lambat. Kutub Bumi bisa berganti dari utara ke selatan dan sebaliknya setiap 30.000 tahun atau lebih. Pertukaran kutub magnet akan terjadi dalam beberapa abad mendatang.

Setiap benda-benda langit pasti akan memengaruhi arah jarum kompas. Bahkan kompas tradisional juga bisa digunakan di luar angkasa.

Tetapi arah geraknya bisa tidak beraturan. Baik utara, selatan, timur, dan barat.

Karena tidak beraturan ini, badan antariksa menggunakan kompas khusus yang dikenal sebagai magnetometer vektor. Kompas ini tidak hanya bisa mengukur arah datangnya gaya magnet, tetapi juga besarannya. Sehingga lebih berguna daripada kompas yang ada di Bumi.




(det/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads