Ahli Nuklir RI Sebut Peluang Anak Muda RI Usai Bencana Fukushima Daiichi

ADVERTISEMENT

Ahli Nuklir RI Sebut Peluang Anak Muda RI Usai Bencana Fukushima Daiichi

Trisna Wulandari - detikEdu
Kamis, 05 Des 2024 18:30 WIB
Liem Pe Hong didapuk sebagai tokoh nuklir yang memberikan kuliah ilmiah G.A. Siwabessy Memorial Lecture 2024.
Ahli nuklir RI di Jepang menyebut minat anak muda RI pada teknologi nuklir ketimbang anak muda Jepang bisa jadi potensi usai bencana nuklir Fukushima Daiichi. Begini peluangnya. Foto: Trisna Wulandari/detikcom
Jakarta -

Ahli teknologi nuklir RI Dr Liem Peng Hong tengah berkarier di Jepang saat kecelakaan besar PLTN Fukushima Daiichi terjadi pada 11 Maret 2011 silam. Rumahnya berjarak 125 km saja dari lokasi insiden tersebut.

Kecelakaan nuklir Fukushima Daiichi terjadi saat gempa bumi magnitudo 9.0 memicu tsunami setinggi 15 meter yang menghempas wilayah seluas 560 km persegi. Bencana tsunami melumpuhkan pasokan listrik dan pendinginan tiga reaktor Fukushima Daiichi. Dalam tiga hari pertama kecelakaan, ketiga inti reaktor sebagian besar mencair.

Berdasarkan catatan World Nuclear Association, bencana hari ke-4 sampai ke-6 diikuti dengan pelepasan radioaktif yang tinggi. Total akhirnya sekitar 940 PBq, menjadikan bencana ini masuk Level 7 Skala Kejadian Nuklir dan Radiologi Internasional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak ada kasus kematian dan penyakit radiasi dari kecelakaan nuklir tersebut. Namun, 100.000 lebih warga mengungsi. Pemerintah Jepang saat itu memperpanjang waktu pengungsian karena khawatir dampaknya jika warganya kembali ke rumah.

Sementara itu, 2.313 pengungsi asal Prefektur Fukushima tewas karena sejumlah penyebab terkait bencana. Adapun 19.500 orang lain tewas akibat gempa bumi dan tsunami, bersama dengan lebih dari 1 juta bangunan rusak dan runtuh.

ADVERTISEMENT

Peluang Anak Muda RI

Hampir 15 tahun berlalu dari bencana nuklir Fukushima Daiichi, Liem menuturkan Jepang kini masih sulit mencari talenta teknologi nuklir. Ia menilai minat pada teknologi nuklir di Indonesia saat ini jauh lebih baik.

"Jepang sendiri sekarang mengalami kondisi yang sangat buruk pascakecelakaan yang terjadi tahun 2011. Jadi minat terhadap nuklir menurun. Nuklir tidak dilihat sebagai sesuatu yang menarik. Banyak orang yang tidak interested lagi," tuturnya usai memperoleh penghargaan dan memberikan kuliah pada GA Siwabessy Memorial Lecture 2024 Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Gedung BJ Habibie, Jl MH Thamrin, Jakarta, Kamis (5/12/2024).

"Di Indonesia itu jauh lebih bagus minat ketertarikan generasi muda terhadap nuklir, lain dengan kondisi di tempat saya bekerja di Jepang.Di sana, bayangan dampak kecelakaan, apa yang terjadi, itu sudah membuat image yang sangat buruk," ucap Liem yang aktif bertugas di Nippon Advanced Information Service (NAIS), Tokyo City University (TCU).

Karena itu, ia percaya bahwa Indonesia bisa menjaring talenta teknologi nuklir sejak awal secara nasional. Perekrutan talenta berpotensi tersebut kemudian menurutnya dapat mendidik karakternya agar ulet, disiplin, beretika tinggi, dan ilmiah.

"Itu kontribusi yang bisa kita berikan. Sangat menjanjikan" kata alumnus S1 Teknik Nuklir Universitas Gadjah Mada (UGM) dan S2-S3 Tokyo Institute of Technology (TIT) 1987 ini.

Ia menjelaskan, Jepang sendiri tengah coba membalikkan posisi bidang nuklir negaranya usai penurunan minat investor di bidang tersebut. Salah satunya dengan pengembangan keamanan fasilitas berbasis teknologi nuklir.

"PLTN-PLTN yang jauh lebih aman dari generasi sebelumnya, ini prioritas utama di Jepang. Sehingga Indonesia masih punya waktu. Saya pikir, generasi muda jauh lebih besar potensinya untuk berkontribusi," ucapnya.

Untuk itu, ia menegaskan perlu ada wadah bagi pengembangan potensi SDM RI untuk meningkatkan mutu di bidang teknologi nuklir.

"Kalau hanya riset saja tanpa ada aplikasi yang jelas di industri nuklir, itu saya kira mereka akan berhenti di litbang, berhenti di universitas. Tidak ada hasil nyata yang nantinya akan dinikmati oleh masyarakat. Ini yang selalu menjadi hambatan yang belum banyak dibahas oleh anggota DPR kita maupun pihak swasta," ucapnya.

Peningkatan Kepercayaan Pihak Swasta

Lebih lanjut, wadah berupa program teknologi nasional di Indonesia menurut Liem nantinya dapat turut memberi rasa percaya di pihak swasta untuk berinvestasi di bidang teknologi nuklir yang terkadang dipandang menakutkan.

"Justru dengan bahaya radiasi dan seterusnya, justru kita ditantang meningkatkan keselamatan yang jauh tingkatnya lebih tinggi dibandingkan teknologi lain. Ini saya kira cukup menarik untuk generasi muda kita karena ada tantangannya," ucapnya.

Kebut Pengembangan SDM Teknologi Nuklir RI

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan sejumlah rencana untuk mengebut pemajuan teknologi nuklir di Indonesia beserta SDM penggeraknya. Langkahnya mulai dari program kolaborasi dengan perguruan tinggi, pendidikan pascasarjana berbasis riset, dan pemberian beasiswa LPDP targeted bidang teknologi nuklir.

"Jadi dengan demikian, kami berharap bisa mengejar ketertinggalan kita di teknologi nuklir secara umum dalam waktu sesingkat-singkatnya," ucapnya dalam penganugerahan tokoh nuklir Siwabessy Award dan GA Siwabessy Memorial Lecture oleh BRIN di Gedung BJ Habibie BRIN, Jakarta, Kamis (5/12/2024).

Soal wadah teknologi nuklir nasional, Handoko mengatakan BRIN saat ini menyediakan menyediakan platform kolaborasi nuklir khusus untuk bidang reaktor dan khusus akselerator. Wadah ini sekaligus menjadi rangkaian revitalisasi reaktor riset GA Siwabessy di Serpong, Tangerang Selatan, Banten.

"Akan kami fokuskan sekaligus produksi radioisotop dan radiofarmaka di Indonesia," ucapnya.

Handoko mengatakan BRIN juga tengah menjajaki negosiasi pengembangan bersama (joint development) teknologi reaktor dengan mitra luar negeri untuk energi pada PLTN.

Ia berharap rencana-rencana tersebut menarik dosen, peneliti, dan mahasiswa untuk bergabung.

"Ini sesuatu yang tidak mungkin dilakukan universitas karena terlalu besar dan membutuhkan komitmen jangka panjang, dan full time researcher yang harus day-by-day ada di situ," ucapnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan BRIN juga akan merancang agar lulusan S1 dapat mengikuti program S2-S3 berbasis penelitian di platform teknologi nuklir BRIN. Sedangkan sebagian lainnya disiapkan untuk menjalani beasiswa LPDP targeted bidang teknologi nuklir.

"Nanti bagaimana mahasiswa dari ITB, UGM, Itera, dan seterusnya, bagaimana mereka bisa terlibat di situ, mereka bisa langsung menjadi S2-S3. Sebagian kita kirim dengan targeted scholarship yang dari LPDP juga, karena salah satu fokusnya adalah teknologi nuklir," ucapnya.




(twu/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads