Ilmuwan Ungkap Kepiting Bisa Rasakan Sakit Saat Dimasak Hidup-hidup

ADVERTISEMENT

Ilmuwan Ungkap Kepiting Bisa Rasakan Sakit Saat Dimasak Hidup-hidup

Muhammad Alfathir - detikEdu
Rabu, 04 Des 2024 13:00 WIB
Pekerja memeriksa kondisi fisik kepiting bakau (Scylla) untuk ekspor di Banda Aceh, Aceh, Senin (18/11/2024). Kepiting bakau yang yang dikumpulkan dari nelayan tersebut dijual untuk ekspor ke berbagai negara diantaranya Singapura, Malaysia dan Tiongkok dengan harga Rp200.000 - Rp420.000 per kilogram sesuai ukuran. ANTARA FOTO / Irwansyah Putra/agr
Kepiting/Foto: ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
Jakarta -

Kelompok hewan Crustacea, seperti kepiting, udang, dan lobster acap kali dianggap sebagai hewan yang "kuat" karena memiliki kerangka yang keras. Kepiting bahkan sering kali dipotong maupun dimasak hidup-hidup oleh manusia sebagai hidangan seafood.


Namun, penelitian terbaru mengungkap bahwa hewan Crustacea sebenarnya memiliki sensitivitas terhadap rasa sakit yang tinggi. Hal ini berarti mereka dapat merasakan sakit ketika dimasak maupun dipotong secara hidup-hidup.

Studi Terhadap Kepiting

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Studi berjudul "Putative Nociceptive Responses in a Decapod Crustacean: The Shore Crab," yang diterbitkan dalam Biology pada September 2024 oleh Eleftherios Kansiouras dan kawan-kawan, menunjukkan bahwa otak kepiting pantai dapat merespons dan bereaksi terhadap rasa sakit.


Seorang ahli zoofisiologi dari Universitas Gothenburg sekaligus peneliti, Lynne Sneddon menerangkan bahwa meski kepiting memiliki cangkang keras, mereka juga dapat merasakan sakit seperti kebanyakan hewan lainnya.

ADVERTISEMENT


Dalam studi ini, Sneddon dan timnya, meneliti kepiting menggunakan elektroensefalogram (EEG) untuk merekam aktivitas sistem saraf ketika "uji nyeri" dilakukan. Penelitian ini ditujukkan untuk mengukur tingkat tolerasi kepiting terhadap rasa nyeri.


Uji nyeri ini dilakukan dengan mengoleskan sejenis cuka asam ke sekitar jaringan lunak pada kepiting secara bertahap. Hasilnya, peneliti menemukan adanya aktivitas di sistem saraf kepiting yang memberikan sinyal "rasa sakit" ketika konsentrasi asam semakin tinggi.


Selain menggunakan cuka, peneliti juga melakukan uji nyeri dengan menggunakan rangsangan mekanis berupa tusukan terhadap bagian tubuh kepiting.


Menurut Sneddon, ketika terjadi rangsangan mekanis yang menyakitkan, sistem saraf kepiting menunjukkan amplitudo aktivitas listrik yang lebih tinggi dibandingkan saat diuji menggunakan asam.


Hasil penelitian ini secara keseluruhan menunjukkan bahwa kepiting pada dasarnya dapat merasakan sakit. Temuan ini sekaligus membuka kemungkinan bahwa kelompok hewan krustasea lainnya juga dapat merasakan rasa sakit.


"Kita perlu menemukan cara yang tidak terlalu menyakitkan untuk membunuh kerang jika kita ingin terus memakannya," tutur Sneddon dikutip dari Science Alert.


"Karena sekarang kita punya bukti ilmiah bahwa mereka berdua merasakan dan bereaksi terhadap rasa sakit," tambahnya.

Hewan juga Dapat Merasakan Sakit

Seorang ahli biologi dari Universitas Gothenburg, Eleftherios Kasiouras, menjelaskan bahwa para ilmuwan selama ini telah memperdebatkan apa artinya merasakan sakit bagi hewan. Temuan ini mungkin juga membuka kemungkinan pada kelompok hewan lainnya, seperti ikan, amfibi, dan bahkan gurita.


"Sudah menjadi rahasia umum bahwa semua hewan membutuhkan semacam sistem rasa sakit untuk mengatasi bahaya. Saya rasa kita tidak perlu menguji semua spesies krustasea, karena mereka memiliki struktur yang sama dan karenanya sistem sarafnya juga sama," jelasnya.


"Kita dapat berasumsi bahwa udang, udang, dan lobster juga dapat mengirimkan sinyal eksternal tentang rangsangan menyakitkan ke otak mereka yang akan memproses informasi ini," tutupnya.




(nwy/nwy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads