Inflasi Hijau: Pengertian, Penyebab, Dampak, Cara Mengatasi, dan Contohnya

ADVERTISEMENT

Inflasi Hijau: Pengertian, Penyebab, Dampak, Cara Mengatasi, dan Contohnya

Hani Muthmainnah - detikEdu
Minggu, 01 Des 2024 06:00 WIB
Petugas melakukan pengecekan dan perawatan rutin panel surya di Merck, Jakarta, Selasa (22/10/2024).
Biaya produksi energi terbarukan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada inflasi hijau atau greenflation Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Inflasi hijau adalah fenomena kenaikan harga barang-barang ramah lingkungan akibat meningkatnya permintaan dan terbatasnya pasokan.

Dalam upaya global untuk mengatasi perubahan iklim dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, banyak negara yang berfokus pada adopsi teknologi ramah lingkungan dan energi terbarukan. Namun, meskipun hal ini adalah langkah positif menuju keberlanjutan terdapat fenomena ekonomi yang muncul sebagai dampak, yaitu inflasi hijau atau greenflation.

Inflasi hijau terjadi ketika harga barang dan jasa yang terkait produk ramah lingkungan, seperti kendaraan listrik dan bahan baku teknologi hijau melonjak akibat tingginya permintaan dan terbatasnya pasokan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengertian Inflasi Hijau

Melansir dari laman Universitas Stikubank, inflasi hijau atau greenflation merupakan fenomena kenaikan harga barang-barang yang ramah lingkungan disebabkan oleh meningkatnya permintaan bahan baku yang berkelanjutan.

Fenomena ini terjadi sebagai dampak dari upaya transisi energi yang lebih ramah lingkungan, tetapi dengan konsekuensi ekonomi berupa biaya yang lebih tinggi. Meskipun tujuannya adalah mengurangi dampak lingkungan negatif. Inflasi hijau justru berpotensi menambah beban biaya bagi banyak sektor.

ADVERTISEMENT

Penyebab Inflasi Hijau

Menurut laman resmi Indonesia Environment & Energy Center, inflasi hijau muncul karena beberapa faktor, antara lain:

1. Kebijakan Carbon Pricing

Untuk mengurangi emisi karbon banyak negara mengenakan pajak karbon atau menerapkan sistem perdagangan emisi. Hal ini memicu kenaikan biaya produksi bagi perusahaan yang mengandalkan energi fosil yang kemudian berdampak pada harga barang dan jasa yang lebih tinggi.

2. Melonjaknya Harga Energi Terbarukan

Sumber energi terbarukan meski ramah lingkungan memerlukan biaya investasi yang lebih tinggi. Energi seperti tenaga surya dan angin memerlukan infrastruktur dan peralatan yang mahal. Akibatnya akan meningkatkan biaya produksi energi hijau.

3. Kenaikan Harga Bahan Baku Ramah Lingkungan

Permainan yang tinggi terhadap bahan baku untuk produk ramah lingkungan, seperti baterai lithium untuk mobil listrik yang menyebabkan harga bahan baku melonjak tajam. Misalnya, harga lithium meningkat sekitar 40% pada tahun 2021 yang turut berkontribusi pada inflasi hijau.

4. Penerapan Regulasi Lingkungan yang Ketat

Adanya regulasi lingkungan yang semakin ketat dapat meningkatkan biaya produksi bagi perusahaan, terutama yang belum beralih sepenuhnya ke teknologi hijau. Biaya pengolahan limbah atau pengurangan emisi menjadi beban tambahan bagi banyak industri.

Dampak Inflasi Hijau

Dampak dari inflasi hijau cukup luas, baik untuk sektor bisnis maupun konsumen. beberapa dampaknya adalah:

1. Kenaikan harga Barang dan Jasa

Seiring dengan peningkatan biaya produksi yang disebabkan oleh kebijakan dan teknologi ramah lingkungan, harga barang-barang seperti kendaraan listrik, bahan makanan organik, dan energi terbarukan bisa lebih mahal. Ini dapat meningkatkan biaya hidup konsumen.

2. Penurunan Daya Saing Industri

Industri yang masih bergantung pada energi fosil atau teknologi konvensional akan mengalami peningkatan biaya akibat pajak karbon atau regulasi lingkungan. hal ini dapat menurunkan daya saing produk mereka di pasar internasional.

3. Perubahan Pola Konsumsi

Kenaikan harga barang ramah lingkungan dapat memengaruhi pola konsumsi masyarakat. Produk yang lebih ramah lingkungan mungkin menjadi pilihan yang lebih mahal, ini memaksa konsumen untuk menyesuaikan anggaran atau beralih ke pilihan yang lebih terjangkau namun kurang berkelanjutan.

Cara Mengatasi Inflasi Hijau

Mengatasi inflasi hijau membutuhkan pendekatan yang seimbang antara pengembangan teknologi dan pengelolaan dampak ekonomi. Menurut laman resmi Indonesia Environment & Energy Center berikut beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:

1. Inovasi Teknologi Hijau

Pengembangan teknologi ramah lingkungan yang lebih efisien dan lebih terjangkau dapat membantu menurunkan biaya produksi. Kolaborasi global dalam riset dan pengembangan teknologi hijau menjadi kunci untuk mengurangi ketergantungan pada sumber daya non-terbarukan.

2. Diversifikasi Sumber Energi

Mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dengan berinvestasi pada sumber energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin dapat membantu mengurangi volatilitas harga energi yang menjadi salah satu penyebab inflasi hijau.

3. Penerapan Kebijakan Lingkungan yang bijaksana

Regulasi yang seimbang seperti subsidi untuk energi terbarukan dan insentif untuk perusahaan yang berinvestasi dalam teknologi hijau dapat mengurangi dampak inflasi hijau tanpa mengorbankan tujuan lingkungan.

Contoh Inflasi Hijau

  1. Pajak karbon yang menyebabkan kenaikan harga bahan bakar fosil.
  2. Harga lithium yang melonjak akibat permintaan untuk baterai kendaraan listrik.
  3. Biaya produksi energi terbarukan yang lebih mahal dibandingkan dengan energi fosil.
  4. Harga kendaraan listrik yang lebih tinggi karena biaya baterai yang mahal.
  5. Harga produk organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk konvensional karena biaya produksi yang lebih mahal.



(pal/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads