BMKG Wanti-wanti Banjir Lahar Hujan dari Gunung Lewotobi Laki-Laki, Seperti Apa Itu?

ADVERTISEMENT

BMKG Wanti-wanti Banjir Lahar Hujan dari Gunung Lewotobi Laki-Laki, Seperti Apa Itu?

Novia Aisyah - detikEdu
Selasa, 19 Nov 2024 16:30 WIB
Lava pijar dan kolom asap yang keluar dari kawah Gunung Lewotobi Laki-laki tampak dari lokasi pengungsian swadaya di perbukitan Desa Pululera, Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Senin (11/11/2024) malam. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan hingga Selasa (13/11) pagi Gunung Lewotobi Laki-laki masih mengalami erupsi dengan ketinggian kolom abu setinggi 3.500-4.000 meter dan terus mengeluarkan lava ke arah barat laut. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/Spt.
Gunung Lewotobi Laki-Laki. Foto: ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA
Jakarta -

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan potensi banjir lahar hujan dari Gunung Lewotobi Laki-Laki di NTT, seiring telah tiba musim hujan dan cuaca ekstrem yang diakibatkan fenomena La Nina maupun dinamika atmosfer.

Maka dari itu pemerintah daerah dan masyarakat yang berada di sekitar lereng dan jalur aliran sungai diimbau meningkatkan kesiapsiagaan dengan cara menghindari bantaran sungai yang mengalir dari lereng gunung yang sedang ataupun telah erupsi.

"Belajar dari Gunung Marapi di Sumatra Barat, kami meminta seluruh pihak dan masyarakat untuk mewaspadai banjir lahar hujan yang bisa sewaktu-waktu terjadi karena sangat berbahaya," imbau Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati di Jakarta pada Senin (18/11/2024), dikutip dari laman BMKG.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa Itu Banjir Lahar Hujan?

Dwikorita menerangkan banjir lahar hujan adalah banjir besar dan cepat yang terjadi saat air hujan bercampur dengan material vulkanik dari erupsi gunung berapi. Material vulkanik ini dapat berupa pasir, abu, dan bebatuan yang juga bercampur dengan kayu ataupun pohon.

Banjir lahar hujan dapat mengancam nyawa, menutup pemukiman, dan mengangkut batu-batu besar di sungai.

ADVERTISEMENT

"Belajar dari Gunung Marapi di Sumatra Barat, kami meminta seluruh pihak dan masyarakat untuk mewaspadai banjir lahar hujan yang bisa sewaktu-waktu terjadi karena sangat berbahaya," tegasnya.

Kepala BMKG menekankan ancaman banjir lahar hujan kian meningkat lantaran pada musim hujan saat ini, Indonesia juga tengah dilanda La Nina.

Cuaca NTT

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menyampaikan berdasarkan pantauan BMKG, selama sepekan terakhir cuaca di NTT cukup bervariasi. Wilayah NTT terpantau cerah berawan hingga hujan ringan, dengan hujan disertai petir di sebagian wilayah seperti Pulau Timor, Manggarai, Manggarai Barat, Ngada, Sikka, serta Flores Timur.

Sementara, berdasarkan pengamatan pada 16 November 2024, curah hujan tercatat sebesar 45,2 mm/hari di Stasiun Meteorologi Eltari Kupang, 31,4 mm/hari di Stasiun Meteorologi Gewayantana Flores Timur, dan 2,6 mm/hari di Stasiun Meteorologi Frans Seda Maumere.

"Hingga awal November 2024, sebagian wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) telah mulai memasuki awal musim hujan. Namun, wilayah di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki diprediksi baru akan memasuki musim hujan pada awal Desember. Kondisi ini berpotensi meningkatkan risiko banjir lahar hujan di sekitar lereng gunung tersebut," jelas Guswanto.

Selama sepuluh hari ke depan, cuaca di NTT secara umum diprediksi cerah berawan hingga hujan ringan. Kendati demikian, ada potensi hujan sedang hingga lebat di beberapa wilayah seperti Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Nagekeo, Ngada, Ende, sebagian Alor, sebagian Sikka, Kabupaten Kupang, Timor Tengah Utara (TTU), Timor Tengah Selatan, Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Sumba Tengah, dan Sumba Timur.

Guswanto mengingatkan bahwa potensi hujan yang masih tinggi di NTT berpotensi meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi basah, termasuk banjir lahar hujan di sekitar wilayah yang terdampak bencana, khususnya di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki.

"BMKG mengimbau masyarakat di kawasan tersebut untuk tetap tenang, tetapi terus meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan bencana susulan yang dapat terjadi sewaktu-waktu," lanjut Guswanto.

Direktur Meteorologi Publik, Andri Ramdhani ikut menambahkan, berdasarkan pantauan dinamika atmosfer terkini tampak potensi peningkatan intensitas cuaca ekstrem di berbagai wilayah Indonesia.

Suhu muka laut yang hangat di perairan sekitar Indonesia, termasuk di Nusa Tenggara memberikan suplai kelembapan cukup tinggi ke atmosfer, sehingga mendukung pembentukan awan hujan yang lebih intens.

Kemudian, faktor labilitas atmosfer lokal meningkatkan peluang hujan lebat, petir, dan angin kencang dalam beberapa hari ke depan.

Potensi pertumbuhan awan hujan kategori tinggi, yakni lebih dari 70 persen, juga terdeteksi di sebagian besar Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Dengan kondisi ini, maka intensitas hujan diperkirakan lebih dominan di wilayah-wilayah yang sudah masuk musim hujan.




(nah/nwy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads