Apakah detikers suka dengan makanan laut atau seafood? jenis makanan laut menjadi hidangan yang bisa ditemukan di hampir seluruh penjuru dunia. Namun ternyata, ada jenis ikan terancam punah yang beredar menjadi hidangan seafood. Kok bisa?
Secara umum, makanan laut berasal dari spesies yang jumlahnya sangat banyak atau tidak sedang terancam punah populasinya. Misalnya saja, ikan kakap, tongkol, tenggiri, kembung, dan seterusnya.
Sementara untuk hewan yang terancam punah biasanya dilindungi dan dilarang untuk diperjualbelikan. Sayangnya, studi baru mengungkapkan bahwa selama ini pelabelan jenis dan spesies ikan untuk hidangan seafood ada yang keliru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa ikan diberi label jenis ikan lain yang aman untuk diedarkan padahal sebenarnya jenis ikan tersebut termasuk ikan yang dilindungi. Lantas bagaimana hal ini bisa terjadi?
Pelabelan Ikan untuk Hidangan Seafood yang Keliru
Dalam studi yang terbit di jurnal PeerJ pada September 2024, Matthew R. J. Morris, dan kawan-kawan menemukan bahwa satu dari lima hidangan seafood diberi label yang salah. Pemberian label yang keliru ini menjadi masalah ketika ikan yang dihidangkan ternyata adalah hewan yang dilindungi, dan tidak boleh dikonsumsi.
Tidak hanya itu, kesalahan pemberian label juga berdampak pada kesehatan karena tidak semua jenis hewan laut dapat dikonsumsi oleh manusia.
Menurut studi, hewan laut seperti ikan memiliki banyak jenis, sehingga terkadang sulit untuk diidentifikasi. Misalnya, ikan kakap yang memiliki 96 jenis yang berbeda membuat pedagang sulit untuk membedakannya.
Namun, dalam temuan, pemberian label yang salah terkadang dilakukan secara sengaja demi keuntungan ekonomi. Sebagai contoh, ikan nila yang memiliki harga murah seringkali diberi nama spesies lain untuk menaikkan harganya.
Praktik ini kemudian menjadi masalah karena tidak hanya mengancam populasi hewan laut yang dilindungi, tetapi juga dapat membahayakan kesehatan bagi yang mengonsumsinya.
"Praktik pemberian label ini seringkali terjadi ketika daftar identifikasi ikan tidak merinci spesies secara detail berdasarkan identifikasi DNA. Akibatnya, seringkali terjadi keambiguan dalam memberi label hidangan laut untuk proses distribusi," kata Morris yang juga seorang Profesor Biologi di Ambrose University, Kanada, dikutip dari Science Alert.
Produk Ikan Kakap Diberi Label yang Salah-Salmon Dilabeli Ikan Murah
Dalam studi ini, Morris dkk menyelidiki 347 sampel produk ikan bersirip dan 109 kerang, termasuk udang, gurita dan tiram dari sebuah restoran dan toko kelontong di Calgary, Kanada. Sampel ini kemudian diuji secara genetik menggunakan penanda khusus yang disebut dengan "kode batang DNA".
Hasil studi ini menunjukkan bahwa satu dari lima hidangan laut diberi label yang salah setelah dilakukan uji DNA. Hidangan laut ini bahkan kebanyakan merupakan spesies yang dilindungi dan bukan untuk konsumsi.
Morris mengungkap bahwa hampir 100 persen produk ikan kakap diberi label yang salah, dengan 79 persen di antaranya diidentifikasikan sebagai ikan nila, dan 21 persen di antaranya adalah spesies yang dilindungi.
Lebih lanjut, studi ini menunjukkan bahwa sembilan produk salmon yang dijual sebenarnya adalah ikan trout pelangi yang memiliki harga lebih murah. Selain itu, beberapa spesies yang dilindungi dan terancam punah juga ditemukan, seperti tiga ikan kod pasifik, dan dua belut Eropa yang terancam punah.
Beberapa produk yang diidentifikasi dengan benar di antaranya adalah salmon Atlantik, basa, halibut, mackerel, salmon sockeye, dan udang putih Pasifik.
Ancaman bagi Kesehatan dan Pelestarian
Menurut peneliti, pemberian label yang salah pada hidangan laut ini dapat memberikan efek buruk bagi kesehatan. Contohnya, ikan tuna putih yang disajikan sebagai sushi ternyata adalah escolar, yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan karena kandungan asam lemaknya.
Selain itu, pemberian label yang salah pada hewan laut juga dapat membuat hewan tersebut semakin terancam punah. Di sebagian negara, praktik seperti ini sudah banyak ditindak dengan cara memberikan denda pada restoran atau perusahaan yang menjual hewan dilindungi.
Namun, pada praktiknya, masih banyak hewan terancam punah yang berhasil dihidangkan oleh restoran karena adanya kesalahan dalam pemberian label. Misalnya, belut laut Eropa yang terancam punah ditemukan di pasar Calgary.
Adapun, hidangan laut invertebrata seperti udang, cumi-cumi, dan gurita sampai saat ini dijual bebas karena status konservasinya yang masih belum jelas.
Bagaimana Cara Membedakan Ikan yang Aman Dikonsumsi dan yang Tidak?
Morris memberikan beberapa panduan bagi masyarakat agar dapat memilih seafood dengan aman dan menghindari risiko kesalahan label, yakni:
1. Membeli ikan secara utuh dengan kepalanya. Hal ini karena ikan utuh dapat lebih mudah dibedakan dan diidentifikasi untuk menghindari kesalahan label.
2. Membeli produk hidangan laut yang bersertifikat dan memiliki izin secara resmi.
3. Membeli produk hidangan laut yang mencantumkan nama spesies dengan jelas dan lengkap.
Ketiga hal tersebut dapat dilakukan untuk menghindari pembelian hidangan laut yang dilindungi dan terancam punah, serta dapat berdampak pada kesehatan.
"Jika kita sebagai konsumen dapat membedakan antara ikan kod Pasifik dan ikan kod biasa atau antara ikan tuna sirip kuning dan jenis tuna lainnya, kita bisa lebih yakin bahwa kita tidak mengonsumsi hewan laut yang statusnya setara dengan panda raksasa atau spesies yang dilindungi," tutur Morris.
(faz/faz)