Sering kali, ketika menyaksikan tindak kejahatan, ada saja orang yang mau campur tangan atau mencegah bahaya terjadi pada calon korban. Padahal, kondisinya bisa jadi berbahaya dan berisiko membuat mereka terluka.
Konsep untuk menjaga orang asing dari potensi tindak kejahatan ini disebut guardianship. Lantas, apa yang memengaruhi seseorang mau campur tangan untuk mencegah terjadinya tindak kejahatan?
Faktor yang Membuat Orang Mau Mencegah Kejahatan
Keputusan untuk bertindak dalam situasi berbahaya tidak selalu hitam-putih. Saat menghadapi situasi berisiko kejahatan, orang bisa saja pergi, menonton kejadian tersebut, meminta bantuan pihak ketiga seperti polisi, hingga langsung campur tangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasi di jurnal Criminology mendapati, ada beberapa faktor yang mendasari motivasi seseorang untuk memutuskan mau mencegah tindak kejahatan.
Temuan ini berangkat dari hasil penelitian pada 1.000 dewasa muda usia 20-24. Berdasarkan reaksi responden setelah menonton video adegan pelecehan seksual di bar, peneliti mendapati adanya faktor yang berasal dari reaksi emosional maupun kecenderungan prososial. Berikut lengkapnya seperti dikutip dari laman Heinz College, Carnegie Mellon University.
Marah
Kemarahan terhadap situasi yang tampak akan berujung sebagai tindak kejahatan rupanya membakar orang untuk langsung campur tangan mencegahnya. Rasa marah juga membuat orang mengabaikan risiko yang mungkin akan mereka hadapi.
Faktor marah juga diperkuat dengan kecenderungan seseorang untuk prososial dan altruistik. Kecenderungan altruistik yaitu sifat mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
Pengalaman Senada
Orang yang memiliki pengalaman menyaksikan atau mengalami situasi serupa di masa lalu lebih cenderung untuk mencegah sebuah kejahatan terjadi. Aksi mereka baik dengan cara verbal maupun fisik.
Pertimbangan Keselamatan
Terlepas dari niat baik dan motivasi diri, faktor keselamatan tetap menjadi pertimbangan penting bagi seseorang untuk membantu orang lain yang berisiko jadi korban kejahatan. Jika peserta merasa bahwa orang lain di sekitarnya juga akan membantu, mereka akan lebih berani untuk melakukan intervensi.
Hal tersebut menunjukkan bahwa aman dalam ukuran jumlah orang juga dapat mengurangi kekhawatiran terkait dampak jika campur tangan dalam peristiwa yang tampak mengarah ke tindak kejahatan.
"Dalam penelitian ini, kami menemukan bahwa individu mempertimbangkan motivasi prososial dan reaksi emosional mereka terhadap persepsi bahaya ketika memutuskan untuk campur tangan," jelas Timothy C. Barnum, pemimpin penelitian dan asisten profesor di Sam Houston State University.
Di samping itu, sayangnya, masih ada orang yang lebih tak acuh terhadap kejahatan. Mereka cenderung menunggu untuk melihat apa yang terjadi sebelum bertindak.
Tipe orang seperti ini mungkin memiliki kecenderungan untuk menjadi pihak "netral" atau secara moral memilih untuk tidak terlibat ketika dihadapkan pada situasi kekerasan. Peneliti mendapati, mereka biasanya 'lebih terbiasa' pada peristiwa atau kondisi lingkungan yang kasar dan keras.
(twu/twu)