Indra penciuman seringkali dianggap remeh dan tidak penting oleh kebanyakan orang. Indra penciuman dinilai memiliki peran yang lebih terbatas dibandingkan dengan indra lainnya, seperti indra penglihatan dan pendengaran yang banyak digunakan saat berinteraksi.
Menurut survei The Truth About Youth yang dilakukan oleh McCann World Group pada tahun 2017, separuh remaja berusia 16 hingga 20 tahun bahkan lebih memilih menukarkan indra penciuman mereka dengan teknologi, seperti telepon atau laptop.
Namun, baru-baru ini, para peneliti dari Institut Sains Weizmann di Israel menemukan bahwa indra penciuman ternyata memiliki peran yang sangat penting dalam pernapasan. Apa peran pentingnya?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itu, berikut penjelasan ahli mengenai peran penting indra penciuman dalam pernapasan, simak sampai habis ya.
Peran Penting Indra Penciuman
Anosmia adalah kondisi ketika seseorang kehilangan kemampuan untuk mencium bau. Kondisi ini dapat terjadi secara permanen maupun sementara, seperti pada infeksi COVID-19.
Seseorang yang menderita anosmia, tidak dapat mencium aroma makanan atau mendeteksi bau asap maupun gas beracun yang dapat membahayakan. Namun, anosmia ternyata juga berpengaruh terhadap pernapasan.
Hal ini karena jumlah udara yang dihirup melalui hidung akan meningkat seiring dengan berkurangnya intensitas atau kenikmatan suatu bau. Secara alami, tubuh memiliki respons perlindungan untuk mengurangi paparan terhadap aroma menyengat dengan menarik lebih sedikit napas atau mengalihkan napas melalui mulut.
Pada kondisi anosmia, seseorang tidak bisa mendeteksi bau menyengat sehingga tubuh kehilangan respons perlindungan terhadap bau yang mengganggu atau berbahaya.
Menurut studi Humans Without a Sense of Smell Breathe Differently yang ditulis oleh Lior Gorodisky dan kawan-kawan pada tahun 2024, menunjukkan jumlah total napas dan volume udara yang dihirup oleh orang anosmia tetap sama dengan orang yang dapat mendeteksi bau.
Namun, orang yang dapat mendeteksi bau ternyata memiliki pola pernapasan yang berbeda. Setiap kali mereka menarik napas, terdapat "spike," atau peningkatan tarikan sebesar dua hingga tiga kali lipat dalam pola pernapasan.
Hal ini terjadi ketika seseorang mendeteksi bau tertentu yang membuat pola pernapasan secara alami menyesuaikan dengan menghasilkan dorongan atau tarikan napas yang kecil namun signifikan.
"Pola pernapasan yang berubah seperti itu, dan khususnya pola aliran udara hidung, dapat berdampak pada kesehatan fisiologis dan mental," kata para peneliti kepada Science Alert.
Kesehatan Fisiologis dan Mental
Secara fisiologis, pola aliran udara hidung yang teratur dan sehat membantu menjaga kelembapan saluran napas, menyaring partikel berbahaya, dan menghirup oksigen secara optimal.
Dalam konteks ini, indra penciuman membantu hidung untuk mendeteksi bau menyengat yang dapat membahayakan dengan cara mengatur pola pernapasan.
Sementara itu, pola pernapasan juga dapat memengaruhi kondisi mental karena otak sangat terkait dengan pernapasan. Dalam hal ini, mencium aroma dapat memengaruhi dan mengendalikan suasana hati dan pikiran.
(nwy/nwy)