Dalam berbagai puisi Persia, tindakan merpati jungkir balik sering kali dianggap sebagai simbol kesenangan. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa gerakan ini sebenarnya adalah kelainan, bukan bentuk kegembiraan.
Seorang ahli genetika dari Universitas Utah di Amerika Serikat, Atoosa Samani, meneliti gerakan jungkir balik pada merpati melalui pendekatan genetik dan menemukan bahwa gerakan tersebut berkaitan erat dengan kelainan genetik.
Perilaku Jungkir Balik sebagai Kelainan Genetik pada Merpati
Gerakan jungkir balik ini seringkali ditemukan pada jenis "merpati roller" (parlor roller pigeons) yang merupakan hasil domestikasi dari merpati liar. Beberapa jenis merpati rol yang terkenal antara lain "Birmingham rollers pigeons" dan "parlor rollers pigeons".
Kedua jenis merpati ini secara khusus dikembangkan oleh manusia karena kemampuan melakukan jungkir baliknya yang unik. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Samani dan rekan-rekannya di laboratorium Michael Shapiro menemukan bahwa gerakan ini berkaitan dengan kelainan genetik.
"Ini jelas merupakan kelainan gerakan, dan tidak ada aspek baiknya," kata Samani, yang dikutip dari ScienceNews.
Menurut Samani, gerakan jungkir balik pada merpati merupakan bagian dari sifat resesif yang diturunkan akibat perkawinan silang antara merpati balap dengan merpati roller.
"Ketika burung hibrida dikawinkan, sekitar 4 dari 10 keturunannya akan melakukan jungkir balik saat dipaksa terbang," imbuhnya.
Penelitian pada DNA Merpati
Dalam penelitiannya, Samani menggunakan dua metode statistik berbeda untuk mengidentifikasi gen yang menyebabkan merpati melakukan jungkir balik. Hasilnya, ia menemukan bahwa hampir 2.000 gen pada DNA merpati roller cenderung kurang aktif dibandingkan dengan merpati biasa.
Namun, Samani tidak menemukan adanya mutasi gen yang menyebabkan jungkir balik pada merpati. Ia bahkan sudah mempersempit pencarian dari 2.000 gen menjadi 300 gen, tetapi gen penyebab jungkir balik sampai saat ini belum dapat ditemukan.
Kendati demikian, gerakan ini dipastikan merupakan bagian dari sifat resesif akibat perkawinan silang, dan merupakan kelainan yang menyebabkan merpati kesulitan terbang.
Sifat resesif muncul saat merpati mewarisi dua salinan gen yang rusak. Dalam kasus ini, merpati diperkirakan memiliki dua salinan gen yang rusak sehingga menyebabkan kelainan. Kasus ini sama seperti perubahan pigmen yang merubah warna bulu merpati menjadi putih.
"Kelainan ini progresif, muncul segera setelah menetas dan secara bertahap memburuk hingga burung-burung itu tidak dapat terbang," tutur Samani.
(faz/faz)