Bilingual adalah julukan untuk orang yang menguasai setidaknya dua bahasa atau lebih dengan fasih. Di Indonesia sendiri cukup banyak orang terutama di kota besar yang bisa menggunakan bahasa asing dengan lancar selain bahasa ibu.
Menjadi bilingual memiliki banyak keunggulan. Anak-anak bilingual cenderung memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik dibandingkan teman sebayanya yang monolingual.
Penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa mempelajari bahasa kedua dapat berdampak positif pada perhatian, penuaan yang sehat, dan bahkan pemulihan setelah cedera otak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
The Neuro (Institut dan Rumah Sakit Neurologi Montreal) Universitas McGill dan Universitas Ottawa di Kanada serta Universitas Zaragoza di Spanyol baru-baru ini melakukan sebuah studi yang menjelaskan peran bilingualisme dalam kognisi.
Penelitian yang telah dipublikasikan di jurnal Communications Biology itu menunjukkan peningkatan efisiensi komunikasi antara berbagai wilayah di otak.
Dalam penelitian ini, para ilmuwan melibatkan 151 responden yang berbicara bahasa Prancis, Inggris, atau kedua bahasa tersebut dan mencatat usia mereka saat mulai mempelajari kedua bahasa.
Proses Penelitian Bilingual
Untuk mendapatkan data yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian, para peneliti menggunakan pemindai pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) dalam keadaan istirahat untuk merekam konektivitas seluruh otak. Berbeda dengan penelitian bilingualisme sebelumnya yang hanya berfokus pada wilayah otak tertentu, penelitian kali ini memeriksa konektivitas otak secara.
Setelah dipindai, terungkap bahwa peserta yang menguasai lebih dua bahasa memiliki konektivitas yang lebih meningkat antar wilayah otak daripada peserta yang monolingual. Selain itu, konektivitas juga terlihat lebih kuat pada mereka yang mempelajari bahasa kedua di usia yang lebih muda.
Hal ini terjadi karena neuroplastisitas, kemampuan otak untuk membangun koneksi di dalam dirinya dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar, paling elastis terjadi pada masa kanak-kanak.
Jika dilihat lebih lanjut, konektivitas ini lebih kuat terjadi antara otak kecil dan korteks frontal kiri
Berdasarkan hasil penelitian, terungkap bahwa otak tidak bekerja secara terpisah, melainkan berinteraksi dengan wilayah lain untuk memahami dan menghasilkan bahasa. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang sebelumnya telah dilakukan.
Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa efisiensi seluruh otak membantu kinerja kognitif.
Studi terbaru mengungkap lebih banyak tentang bagaimana bilingualisme memengaruhi koneksi otak yang kita gunakan untuk berpikir, berkomunikasi, dan mengalami dunia di sekitar kita.
"Penelitian kami menunjukkan mempelajari bahasa kedua selama masa kanak-kanak membantu membangun organisasi otak yang lebih efisien dalam hal konektivitas fungsional," kata Zeus Gracia Tabuenca, penulis pertama makalah tersebut.
Para peneliti menambahkan, "Hasil penelitian yang kami lakukan menunjukkan bahwa semakin awal mempelajari bahasa kedua, semakin luas area otak yang terlibat dalam neuroplastisitas. Itulah sebabnya kami mengamati konektivitas otak kecil dengan korteks yang lebih tinggi pada paparan bahasa kedua yang lebih awal."
(pal/pal)