Kenapa Menarik dan Mencabut Rambut Terasa Begitu Sakit? Ini Kata Ilmuwan

ADVERTISEMENT

Kenapa Menarik dan Mencabut Rambut Terasa Begitu Sakit? Ini Kata Ilmuwan

Muhammad Alfathir - detikEdu
Selasa, 22 Okt 2024 08:00 WIB
Trichotillomania (hair pulling disorder) or Body-focused repetitive behavior (BFRB) concept with Emotional Asian woman pulling out hair for Stress, Tension relief
Foto: Getty Images/Doucefleur/Ilustrasi menarik rambut
Jakarta -

Pernahkah detikers mengalami rasa sakit ketika rambut ditarik, bahkan hingga tercabut? Tindakan ini terasa begitu sakit, terutama jika rambut tercabut akibat tarikan.

Namun, tahukah detikers bahwa mencabut rambut ternyata 10 kali lebih menyakitkan dibandingkan tertusuk jarum? Hal ini diketahui berdasarkan hasil dari penelitian laboratorium oleh para ilmuwan.

Pada pertemuan terbaru Society for Neuroscience Oktober lalu, para ilmuwan mengungkapkan bahwa mencabut rambut memicu sinyal rasa sakit paling cepat dibandingkan rasa sakit lainnya. Apa penyebabnya?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengaruh Sensor yang Memicu Rasa Sakit

Para ilmuwan menemukan sensor yang memicu rasa sakit ketika rambut ditarik. Sensor ini mengirimkan sinyal rasa sakit melalui serabut saraf dengan kecepatan sekitar 100 mil per jam, menjadikannya salah satu sinyal rasa sakit tercepat.

Rasa sakit dapat timbul dari berbagai kondisi seperti cubitan, gigitan, tamparan, tersandung, hingga luka sayatan. Meskipun semua kondisi ini menimbulkan rasa sakit, tarikan rambut memicu sinyal rasa sakit yang lebih cepat di saraf otak.

ADVERTISEMENT

"Semua hal ini menyakitkan. Tidak mengejutkan jika kita menemukan banyak cara yang menyebabkan rasa sakit," kata ahli saraf dari Universitas Texas di Dallas, Gregory Dussor, yang dikutip dari Science News.

Rasa Sakit di Rambut Dipengaruhi Protein

Seorang ahli saraf dari Universitas LinkΓΆping di Swedia, Emma KindstrΓΆm, menjelaskan bahwa rasa sakit akibat tarikan rambut bergantung pada protein besar berbentuk baling-baling yang disebut PIEZO2. Protein ini mendeteksi dan merespons rangsangan mekanik seperti sentuhan ringan dan tekanan.

Kendati demikian, PIEZO2 tidak dapat mendeteksi rasa nyeri "akut" sehingga orang-orang yang kekurangan protein ini tidak dapat merasakan sakit akibat mencabut rambut.

Ketika rambut dicabut, sinyal bergerak sangat cepat, bahkan lebih cepat dibandingkan jenis rasa sakit lainnya. Sinyal ini bergerak melalui saluran terisolasi yang disebut serabut saraf AΞ², yakni serabut saraf yang bertugas mengirimkan sinyal sensorik.

Sementara itu, sinyal rasa sakit lainnya, seperti luka bakar akibat kompor panas, bergerak lebih lambat melalui jenis serabut yang berbeda.

KindstrΓΆm mengatakan bahwa setiap orang mungkin memiliki respons sakit yang berbeda terhadap jenis sakit. Misalnya saat mandi dengan air panas, sebagian orang memiliki toleransi terhadap suhu panas yang berbeda, atau ketika mencabut rambut, seseorang mungkin merasa kesakitan dan sebagian tidak.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads