Tes DNA Ungkap Orang Norse Sudah Tiba di Amerika Sebelum Colombus, Untuk Apa?

ADVERTISEMENT

Tes DNA Ungkap Orang Norse Sudah Tiba di Amerika Sebelum Colombus, Untuk Apa?

Hani Muthmainnah - detikEdu
Rabu, 09 Okt 2024 20:30 WIB
Bangsa Norse membawa  pulang gading walrus ke Eropa dari Amerika bersama tengkoraknya.
Tes DNA pada artefak walrus mengungkap orang Norse sudah tiba di Amerika sebelum Colombus 'menemukan' benua ini. Namun, mengapa mereka berlayar sejauh itu? Foto: Mikkel HΓΈegh-Post
Jakarta -

Interaksi manusia pada zaman dahulu dapat dibuktikan melalui praktik perdagangan. Salah satunya yakni jual-beli gading walrus antara bangsa Norse Greenland dengan orang asli Arktik Amerika utara abad ke-9 hingga abad ke-14.

Dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances, peneliti Universitas Lund di Swedia berhasil mengidentifikasi rute perdagangan gading walrus pada Zaman Viking melalui analisis DNA.

Hasil penelitian Emily J Ruiz Puerta dan rekan-rekan tersebut menunjukkan bangsa Viking Norse dan penduduk asli Arktik kemungkinan sudah bertemu beberapa abad sebelum Christopher Columbus "menemukan" Benua Amerika pada 14 Oktober 1492.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Komoditas Mewah

Pada Abad Pertengahan di Eropa, permintaan akan barang-barang mewah sangat tinggi. Salah satu barang yang paling dicari adalah gading walrus.

Bangsa Viking saat itu dikenal sebagai salah satu tokoh kunci perdagangan komoditas mewah ini. Mereka aktif mencari tempat-tempat eksploitasi baru untuk memanen gading walrus.

ADVERTISEMENT

Dalam artikel ilmiah Greenland Norse Walrus Exploitation Deep into the Arctic, peneliti menjelaskan tiga cara bangsa Norse memperoleh gading walrus.

Cara pertama yaitu dengan melakukan ekspedisi perburuan langsung ke lokasi tertentu. Cara kedua, Kedua, bangsa Norse bertemu dengan orang asli setempat dan melakukan perdagangan yang saling menguntungkan.

Cara ketiga yaitu dengan melakukan ekspansi. Meskipun pada awalnya mereka berburu di sekitar pemukiman, penurunan populasi walrus di daerah sekitar memaksa mereka menjelajah lebih jauh untuk menemukan sumber gading yang baru. Ekspansi ini meluas ke Atlantik Utara hingga ke Greenland.

"Hal yang benar-benar mengejutkan adalah sebagian besar gading walrus yang diekspor ke Eropa berasal dari daerah perburuan yang sangat terpencil, terletak jauh di Kutub Utara," kata Peter Jordan, Profesor Arkeologi di Universitas Lund, Swedia, dikutip dari laman kampus.

"Padahal, sebelumnya selalu diasumsikan jika bangsa Nordik hanya memburu walrus di dekat pemukiman mereka di Greenland barat daya," imbuhnya.

Tes DNA Ungkap Rute Perdagangan

Para peneliti menggunakan "sidik jari" dari DNA untuk menentukan secara tepat dari mana asal artefak walrus yang diperdagangkan.

Profesor Madya di Globe Institute di Kopenhagen, Dr Morten Tange Olsen, mengatakan timnya mengekstrak DNA purba dari sampel walrus yang ditemukan di berbagai lokasi di seluruh wilayah Arktik Atlantik Utara.

"Dengan informasi ini, kami kemudian dapat mencocokkan profil genetik artefak walrus yang diperdagangkan oleh orang Norse Greenland ke Eropa dengan lokasi perburuan Arktik yang sangat spesifik," jelasnya.

Ekspedisi ke Kutub Utara

Saat hasil penelitian ini diumumkan, muncul pertanyaan selanjutnya. Jika gading yang diperdagangkan berasal dari Kutub Utara, apakah bangsa Norse Greenland memiliki keterampilan dan teknologi pelayaran untuk dapat menjelajah sampai ke perairan Kutub Utara yang dipenuhi es?

Penulis kedua penelitian ini, Greer Jarrett, mencari jawaban atas pertanyaan ini dengan cara yang unik. Ia merekonstruksi kemungkinan rute pelayaran dan melakukan eksperimen menggunakan perahu Norwegia tradisional yang dibangun dengan metode klinker.

Metode klinker pada pembuatan perahu dilakukan dengan cara menempatkan tepi papan lambung perahu saling tumpang tindih. Metode ini lazim dipakai bangsa Skandinavia, Frisia, dan Anglo-Saxon di Eropa.

Menurut Jarret, para pemburu walrus dari bangsa Norse segera berangkat ke utara saat es laut mencair. Ini artinya, mereka yang ingin pergi ke utara memiliki waktu yang sangat sempit untuk melakukan perjalanan ke pesisir.

"Mulai dari berburu walrus, mengolah dan menyimpan kulit dan gading di atas kapal mereka, dan kembali ke rumah sebelum laut membeku lagi," kata peneliti doktoral di Universitas Lund tersebut.

Bangsa Norse memiliki dua jenis kapal untuk melakukan perburuan, kapal kecil dan kapal besar. Kapal besar memungkinkan mereka untuk melakukan ekspedisi jarak jauh, meskipun perjalanan ini hanya dapat dilakukan pada musim panas.

Faktanya, wilayah Arktik yang terpencil bukanlah sebuah hutan belantara kutub yang kosong. Wilayah tersebut dihuni suku Thune Inuit dan orang asli Arktik lainnya yang juga berburu walrus dan mamalia laut lain.

Dengan begitu, penelitian terbaru ini memberikan bukti atas dugaan bahwa bangsa Norse Eropa dan orang asli Amerika sudah jauh lebih dulu berinteraksi sebelum Colombus tiba di Amerika pada abad ke -15.

Jordan menilai, pertemuan mereka sekaligus menjadi pertemuan dua dunia budaya yang sama sekali berbeda.

"Bangsa Norse Greenland memiliki ciri-ciri wajah Eropa, mungkin berjanggut, mengenakan pakaian wol, dan berlayar menggunakan kapal yang terbuat dari papan. Selain itu mereka memburu walrus menggunakan tombak berujung besi," jelasnya.

Di sisi lain, suku Thule Inuit adalah kelompok yang terampil dalam beradaptasi dengan lingkungan Arktik. Mereka menggunakan tombak canggih yang memungkinkan perburuan di perairan terbuka. mereka juga menggunakan pakaian bulu yang menjaga badannya lebih hangat. Ciri-ciri wajah mereka juga mirip dengan orang Asia.

Orang Thule Inuit juga menggunakan jenis perahu umiak. Semua dindingnya terbuat dari kulit binatang yang ditempelkan di atas rangka perahu.

"Tentu saja, kita tidak akan pernah tahu secara pasti, tetapi dari sudut pandang manusia, pertemuan yang terjadi di alam yang luas dan menakutkan di Kutub Utara, mendorong terjadinya interaksi sosial, berbagi, dan pertukaran budaya," kata Jordan.




(twu/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads