Banner #DESPERATE ramai tiga minggu belakangan di platform pencarian kerja dan media sosial karier LinkedIn. Banner yang semuanya ditulis huruf kapital itu menunjukkan rasa putus asa Gen Z soal sulitnya mencari pekerjaan.
Kejujuran Gen Z di Banner #DESPERATE LinkedIn
Merespons tren ini, Managing Partner Inventure Yuswohady menilai pemakaian banner #DESPERATE merupakan bentuk apa adanya Gen Z yang cenderung straigthforward. Penggunaan banner #DESPERATE menurutnya juga cara Gen Z mengekspresikan kejujuran atas kondisi diri.
Untuk itu, pengamat bisnis dan marketing ini menilai banner #DESPERATE menjadi cara Gen Z mengekspresikan kebutuhannya atas pekerjaan di platform media sosial pencari kerja.
"'Ngapain harus ditutup-tutupi dan kita malu, kan ini menyangkut nasib generasi', gitu kan. Sehingga mereka, menurut saya, menjadikannya bentuk perlawanan terhadap kondisi sosial yang tidak menguntungkan bagi generasi ini," ucapnya pada detikEdu, Selasa (8/10/2024).
"Kalau nggak ada suara-suara dari Gen Z mengatakan dirinya desperate, ini kita berpikir bahwa semua itu baik-baik saja," imbuh Yuswohady yang juga mengamati dinamika Gen Z ini.
Banner #DESPERATE sendiri menurutnya menjadi sebuah gerakan dan kampanye pemberontakan atas kondisi lapangan kerja saat ini.
"Membangun solidaritas, memobilisasi orang lain dan pemerintah, sekaligus untuk protes, 'Kok cari kerja sulit luar biasa'," tuturnya.
Yuswohady menambahkan tagar #DESPERATE ini bagian dari membangun awareness atau kesadaran. Generasi Z dalam hal ini mengajak untuk peduli, sadar mengenai nasib generasi masa depan.
Penggagas banner dan tagar #DESPERATE adalah desainer grafis Courtney Summer Myers. Ia menilai pencari kerja tak perlu malu untuk menggunakannya.
Seperti halnya badge #OpenToWork, banner #DESPERATE menurut Myers dapat menunjukkan penggunanya benar-benar membutuhkan pekerjaan. Penggunanya juga terbuka untuk peluang-peluang kerja dan tidak malu demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Seharusnya tidak ada orang yang malu bahwa mereka butuh membayar uang sewa tempat tinggal dan tagihannya, menafkahi keluarga, atau mencukupi kebutuhan makanannya sendiri," tulis Myers di profilnya.
Myers pun tak ragu memperkenalkan dirinya telah bekerja 6 tahun dan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Sambil memperkenalkan badge #DESPERATE, ia mencantumkan pengalaman kerja serta link portofolio agar lebih mudah diakses calon pemberi kerja.
Buat detikers yang ingin menyuarakan protesnya terkait #DESPERATE sulitnya mencari pekerjaan, keluarkan semua uneg-uneg, suara dan pendapatmu di Point of View (POV) detikEdu DI SINI.
Simak Video "Video: Mayoritas Gen Z di Inggris Pilih Hidup Tanpa Internet"
(twu/nwk)