Teori tentang asal-usul dari mana virus SARS-CoV-2 berasal, telah banyak diteliti oleh ilmuwan. Teori paling umum adalah SARS-CoV-2 berasal dari kebocoran laboratorium virus yang ada di Wuhan. Lantas bagaimana bukti-bukti yang ditemukan?
Teori dari kebocoran laboratorium ini menjadi yang paling kuat karena tempat tersebut adalah milik Institut Virologi Wuhan, lembaga yang meneliti virus Corona pada kelelawar.
Dugaan menyebarnya virus SARS-CoV-2, yang kemudian dikenal dengan COVID-19, berawal dari tinjauan penelitian pada 2012. Dalam makalah tersebut, diketahui bahwa ilmuwan bisa membuat virus Corona yang dimodifikasi. Namun, teori ini memiliki kelemahan karena virus Corona yang diteliti di laboratorium di Wuhan berbeda dengan SARS-CoV-2 yang menyebar ke seluruh dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini yang membuat ilmuwan tak berhenti meninjau berbagai penelitian dan melakukan analisis, agar bisa mengungkap asal usul SARS-CoV-2.
Benarkah COVID-19 Mulai Menyebar dari Pasar Wuhan?
Selama ini, kelelawar dianggap sebagai pembawa asli virus SARS-CoV-2. Selain itu, juga disebutkan hewan-hewan liar lain bisa menjadi penyebab munculnya virus tersebut.
Berawal dari ini, sebuah tim peneliti internasional menerbitkan makalah tinjauan kritis tentang asal usul SARS-COV-2. Tim terdiri dari ahli biologi terkemuka yang dipimpin oleh Profesor Edward Holmes dari Universitas Sydney dan Profesor Andrew Rambaut dari Universitas Edinburgh.
Para peneliti melakukan pengujian genetik pada sampel yang dikumpulkan pada masa-masa awal wabah COVID-19. Hasilnya, menunjukkan bahwa kemungkinan besar virus tersebut menyebar dari hewan ke manusia di pasar Huanan, Wuhan.
"Analisis terhadap sampel genetik yang diambil dari pasar makanan laut Huanan di Wuhan, Tiongkok, telah mengidentifikasi daftar hewan liar yang dijual di sana yang kemungkinan besar merupakan sumber virus yang memicu pandemi COVID-19," kata peneliti, sebagaimana dikutip dari NewScientist.
Bukti-bukti yang Ditemukan di Pasar 'Hewan Liar' Wuhan
Dalam tinjauan studi Eddie Holmes pada Oktober 2014, ditemukan gambaran mengenai kondisi pasar Wuhan yang menjual berbagai hewan-hewan liar.
Lima tahun kemudian, di tengah wabah virus yang meningkat dan misterius di Wuhan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok menyisir kios-kios di pasar tersebut untuk menyeka permukaan ubin dan lapisan sekitar kios. Pada 1 dan 12 Januari 2020, mereka menguji materi genetik yang diambil di kios-kios.
Hasilnya, terdapat penanda genetik serupa yang kemudian disebut "titik-titik panas" dalam penelitian. Bukti tersebut cenderung berkumpul di sekitar sudut barat daya pasar, tempat hewan liar dijual.
Berdasarkan bukti tidak langsung ini, peneliti memperkirakan bahwa hewan yang terinfeksi SARS-CoV-2 dibawa ke pasar dan virus tersebut kemudian menular ke manusia.
Teori lainnya adalah bahwa manusia di pasar sudah ada yang tertular dari sumber yang tidak diketahui dan mereka menularkan virus tersebut ke mana-mana. Mereka juga bisa menyebarkan sebagian virus tersebut ke kandang satwa liar tempat mereka bekerja atau berbelanja di pasar.
"Ini tidak 100% membuktikan bahwa hewan-hewan tersebut mengidap SARS-CoV-2, namun ini menunjukkan bahwa Anda bisa mengucapkan selamat tinggal pada gagasan bahwa hewan-hewan tersebut (rentan terhadap virus corona) bahkan belum ada pada saat pandemi dimulai. Jejak misterius DNA dan RNA mereka pasti ada di sana. [Hewan-hewan itu] diamati di sana pada bulan November oleh rekan-rekan dari Tiongkok. Dan ini menjadi bukti lain yang dapat Anda lemparkan untuk melawan hipotesis apa pun tentang asal usulnya," kata Michael Worobey, kepala Departemen Ekologi dan Biologi Evolusi di Universitas Arizona, dalam NPR, dikutip Jumat (27/9/2024).
Menuai Kontra dari Ilmuwan Lain
Meski begitu, penemuan ini menuai kontra dari peneliti lain. Menurut ilmuwan di Atlantic Council, Jamie Metzl, informasi genetik dari sampel yang diambil di kios-kios bukan sampel yang representatif melainkan sampel yang bias.
Menurutnya, para ilmuwan Tiongkok hanya mengumpulkan data dari sisi barat pasar, tempat hewan (liar) hidup diketahui dijual.
"Apa yang mereka lakukan adalah mengatakan bahwa mereka memprioritaskan pengambilan sampel kami di bagian pasar tertentu. Menurut orang Tiongkok sumbernya (di bagian barat pasar), di situlah mereka melakukan sebagian besar pengambilan sampel," ujar Metzl.
Ilmuwan yang setuju dengan pendapat Metzl turut menunjuk pada analisis data pasar yang dilakukan Jesse Bloom, ahli biologi evolusi di Fred Hutchinson Cancer Center di Seattle.
Berdasarkan laporan tersebut, yang diterbitkan tahun lalu, menemukan bahwa tidak ada spesies mamalia tertentu yang berkorelasi dengan keberadaan SARS-CoV-2, seperti yang diperkirakan.
Metzl mengungkapkan bahwa asal usul SARS-CoV-2 setidaknya sampai saat ini masih diperdebatkan. Berbagai penelitian hanya menunjukkan keadaan sains, dan belum menghasilkan kesimpulan akhir.
"Ini adalah sains yang masih diperdebatkan," tuturnya.
(faz/nwk)