Pandemi COVID-19 telah mengubah dunia secara drastis dan memaksa para ilmuwan untuk terus mempertimbangkan sumber penyakit yang mungkin terabaikan selama ini. Terutama sumber penyakit dari kelelawar, yang dianggap sebagai penyebab menularnya COVID-19.
Sampai saat ini, para ilmuwan belum mengetahui apa sebenarnya penyebab wabah virus corona. Namun, kelelawar menjadi salah satu tersangka utama karena memiliki peran sebagai inang utama virus-virus mematikan, termasuk virus corona.
Penelitian menunjukkan bahwa kelelawar telah menjadi sumber banyak patogen yang termasuk dalam keluarga virus corona.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Virus yang Berasal dari Kelelawar
Dikutip dari ZME Science, laporan Institut Kesehatan Nasional (NIH) menyatakan bahwa virus yang menyebabkan pandemi SARS-CoV-1 pada tahun 2003 dan wabah MERS-CoV pada 2012 juga berasal dari kelelawar.
Dalam kasus COVID-19, yang disebabkan oleh SARS-CoV-2, terdapat bukti kuat yang menunjukkan bahwa nenek moyang penyakit ini berasal dari kelelawar.
Hal ini didukung oleh fakta bahwa SARS-CoV-2 memiliki kesamaan genetik yang signifikan dengan virus corona kelelawar, seperti yang disoroti oleh studi tahun 2021 tentang pertahanan inang kelelawar.
Bukti genetik juga menunjukkan bahwa kelelawar adalah salah satu sumber utama virus corona, didukung sekitar 54% dari semua virus corona RNA untai tunggal yang diketahui berasal dari kelelawar.
Kelelawar sebagai Sumber Patogen
Kelelawar memiliki sistem kekebalan yang unik yang memungkinkan mereka bertahan dari berbagai virus berbahaya tanpa menjadi sakit. Ini adalah alasan mengapa mereka hidup berdampingan dengan banyak virus di tubuh mereka.
Hal tersebut membuat kelelawar menjadi sumber patogen, termasuk virus corona. Interaksi berulang, antara kelelawar dengan hewan lain, virus, maupun manusia, membuat penularan ke spesies lain termasuk manusia, dapat berpotensi tinggi.
Menurut penelitian tahun 2021, kelelawar telah berevolusi selama 64 tahun untuk membentuk sistem pertahanan dan toleransi, sehingga memiliki kemampuan unik untuk bertindak sebagai inang yang ideal bagi virus.
Selain virus corona, kelelawar juga menjadi inang bagi rabies, Ebola Virus, virus Hendra dan Nipah, filovirus Marburg, dan masih banyak lagi patogen lainnya. Semua berkat kemampuan tubuhnya yang unik sehingga mereka tidak sakit akibat virus tersebut.
Ilmuwan: Jangan Ganggu Kelelawar
Atas apa yang bisa ditularkan oleh kelelawar dan bisa menjadi ancaman penyakit global, sebuah studi terbaru menyoroti pentingnya membiarkan kelelawar agar habitatnya tidak terganggu.
Studi mengatakan bahwa sangat penting untuk mengakhiri semua kegiatan antara manusia dan kelelawar dan membiarkan kelelawar tidak terganggu. Hal ini bisa membuat manusia dapat secara signifikan mengurangi kemungkinan terjadinya pandemi lain.
"Dibutuhkan persetujuan manusia secara global untuk membiarkan kelelawar sendirian, tidak takut pada mereka yang mencoba mengusir atau memusnahkan mereka, tetapi membiarkan mereka memiliki habitat yang mereka butuhkan dan hidup tanpa gangguan dari manusia," kata para penulis studi tersebut.
Kelelawar untuk Ekosistem Kehidupan
Menurut laporan dari US Fish and Wild Service, sebenarnya kelelawar merupakan salah satu hewan yang berperan dalam ekosistem kehidupan karena menjadi pemakan serangga di habitatnya.
Oleh karena itu, pakar menyarankan agar tidak mengganggu kelelawar maupun habitatnya untuk memastikan adanya fungsi ekosistem dalam kehidupan yang berkelanjutan, serta menjaga virus penyebab pandemi tetap terkendali.
"Maka dari itu, yang bisa kita lakukan adalah membiarkan kelelawar, tidak mengganggunya maupun tempat habitat mereka," tutur para peneliti.
(faz/faz)