Sisa-sisa purba dari bagian Bumi yang hilang telah ditemukan di Kalimantan. Para ilmuwan yakin jika fosil yang tertinggal telah berusia 120 juta tahun.
Penemuan-penemuan baru tentang planet Bumi terus dilakukan oleh para ahli. Mulai dari menemukan benua yang telah hilang selama ratusan tahun hingga menemukan lautan luas yang tersembunyi di bawah kerak Bumi.
Kini, sebuah penemuan baru mengungkap detail lempeng tektonik berusia 120 juta tahun yang diberi nama Pontus. Sebuah prediksi tentang keberadaan kerak tersebut muncul ketika Suzanna van de Lagemaat, seorang geolog pascasarjana di Universitas Utrecht di Belanda, dan pembimbingnya, Douwe van Hinsbergen, menganalisis data geologi dari pegunungan di kawasan Asia-Pasifik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat mempelajari formasi batuan di Kalimantan utara, Van de Lagemaat menemukan beberapa tanda yang jelas dari lempeng Pontus kuno. Ia mengungkapkan jika ia dan rekannya telah menemukan lempeng Bumi yang hilang.
"Namun penelitian laboratorium magnetik kami pada bebatuan tersebut menunjukkan bahwa temuan kami berasal dari tempat yang jauh di utara, dan pasti merupakan sisa-sisa lempeng yang berbeda dan sebelumnya tidak diketahui," ujarnya dalam Indy100, dikutip Rabu (25/9/2024).
Tentang Lempeng Pontus
Para peneliti memperkirakan bahwa lempeng Pontus, yang membentuk bagian dari kerak dunia sebelum pecahnya superbenua Pangaea, berukuran sekitar seperempat dari ukuran Samudra Pasifik. Temuan ini berdasarkan rekonstruksi seperti apa bentuknya 160 juta tahun yang lalu.
Pontus terletak di bawah lautan luas yang memisahkan Eurasia dan Australia pada saat itu. Saat Pangaea terpisah, diyakini lempeng tersebut ditelan oleh lempeng lain yang membawa negara-negara seperti Filipina danKalimantan ke lokasi mereka saat ini.
Penelitian Van de Lagemaat difokuskan pada wilayah kompleks aktivitas lempeng tektonik yang dikenal sebagai Wilayah Persimpangan. Wilayah ini membentang antara Jepang, Kalimantan, Filipina, Nugini, hingga ke Selandia Baru.
Melalui penelitian ini, Van de Lagemaat dapat menggunakan data untuk membuat klip yang merekonstruksi pergerakan lempeng tektonik yang terjadi sejak zaman dinosaurus hingga saat ini.
(nir/faz)