Merasa Mudah Ditipu? Bisa Jadi Tanda-tanda Terkena Alzheimer

ADVERTISEMENT

Merasa Mudah Ditipu? Bisa Jadi Tanda-tanda Terkena Alzheimer

Nikita Rosa - detikEdu
Minggu, 15 Sep 2024 17:00 WIB
Ilustrasi Scam atau Penipuan Online
Ilustrasi Penipuan. (Foto: Shutterstock)
Jakarta -

Penipuan bisa menyerang siapa saja. Akan tetapi, mudah tertipu secara finansial ternyata berhubungan dengan penyakit alzheimer.

Menurut studi terbaru dari University of Southern California (USC), orang-orang yang mudah tertipu ini mengalami perubahan otak yang berkaitan dengan penyakit alzheimer. Science Daily mencatat hampir 7 juta orang Amerika hidup dengan penyakit alzheimer, penyakit ini merupakan penyebab kematian kelima terbanyak bagi mereka yang berusia 65 tahun ke atas.

Para peneliti yang dipimpin oleh Duke Han, profesor psikologi dan kedokteran keluarga di USC, ingin memahami hubungan antara penyakit alzheimer dini dan kerentanan finansial dengan menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI) berdaya tinggi. Mereka memeriksa otak dari 97 peserta yang berusia di atas 50 tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka berfokus pada korteks entorhinal, suatu wilayah yang bertindak sebagai stasiun relai antara hipokampus, pusat pembelajaran dan memori otak, serta korteks prefrontal medial, yang mengatur emosi, motivasi, dan fungsi kognitif lainnya. Wilayah ini seringkali menjadi wilayah pertama yang menunjukkan perubahan pada penyakit alzheimer, biasanya menjadi lebih tipis seiring perkembangan penyakit.

Bagaimana Hasilnya?

Tidak ada peserta studi, yang berusia 52 hingga 83 tahun, yang menunjukkan tanda-tanda klinis gangguan kognitif, tetapi semuanya menjalani pemindaian MRI untuk mengukur ketebalan korteks entorhinal mereka.

ADVERTISEMENT

Selain itu, para peneliti menggunakan alat standar yang disebut Skala Kerentanan Eksploitasi Finansial yang Dirasakan (Perceived Financial Exploitation Vulnerability Scale /PFVS) untuk menilai kesadaran finansial peserta dan kerentanan mereka terhadap keputusan finansial yang buruk, yang mereka sebut "kerentanan eksploitasi finansial" (Financial Exploitation Vulnerable/FEV).

Dengan membandingkan FEV orang dewasa dengan ketebalan korteks entorhinal mereka, Han dan tim menemukan korelasi yang signifikan: Mereka yang lebih rentan terhadap penipuan finansial memiliki korteks entorhinal yang lebih tipis.

Hal ini terutama berlaku untuk peserta berusia 70 tahun ke atas. Penelitian sebelumnya telah menghubungkan FEV dengan gangguan kognitif ringan, demensia, dan perubahan otak molekuler tertentu yang terkait dengan penyakit alzheimer.

Mudah Ditipu Bukanlah Indikator Pasti Terkena Alzheimer

Han, yang memegang jabatan di Keck School of Medicine of USC, mengatakan temuan tersebut memberikan bukti penting yang mendukung gagasan bahwa FEV dapat menjadi alat klinis baru untuk mendeteksi perubahan kognitif pada orang dewasa yang lebih tua.

"Menilai kerentanan finansial pada orang dewasa yang lebih tua dapat membantu mengidentifikasi mereka yang berada pada tahap awal gangguan kognitif ringan atau demensia, termasuk penyakit alzheimer," kata Han.

Namun, ia menambahkan bahwa kerentanan finansial saja bukanlah indikator pasti penyakit alzheimer atau penurunan kognitif lainnya.

"Menilai FEV dapat menjadi bagian dari profil risiko yang lebih luas," sambungnya.

Han juga mencatat beberapa keterbatasan penelitian tersebut. Sebagian besar peserta adalah perempuan yang lebih tua, berkulit putih, dan berpendidikan tinggi, sehingga sulit untuk menggeneralisasikan temuan tersebut ke populasi yang lebih beragam.

Keterbatasan ini membuka kemungkinan hubungan antara FEV dan penipisan korteks entorhinal dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Oleh karena itu, Han mengatakan bahwa diperlukan lebih banyak penelitian, termasuk penelitian jangka panjang dengan populasi yang beragam, sebelum FEV dapat dianggap sebagai alat penilaian kognitif yang andal.




(nir/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads