Indonesia Jadi Penyumbang Sampah Plastik Terbesar ke-2 di Dunia, Ini Penyebabnya

ADVERTISEMENT

Indonesia Jadi Penyumbang Sampah Plastik Terbesar ke-2 di Dunia, Ini Penyebabnya

Cicin Yulianti - detikEdu
Rabu, 11 Sep 2024 19:30 WIB
Warga memungut sampah plastik di kawasan Pantai Kedonganan, Badung, Bali, Rabu (20/3/2024). Pantai Kedonganan dipadati sampah plastik kiriman yang terdampar terbawa arus laut yang mengganggu aktivitas warga dan nelayan setempat. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Potret penumpukan sampah di laut. Foto: ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF
Jakarta -

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Muhammad Reza Cordova mengatakan Indonesia menjadi penyumbang sampah plastik ke-2 terbesar di dunia. Hal tersebut telah diungkap juga dalam riset Jambeck (2015).

"Indonesia penghasil sampah plastik nomor 2 terbesar di dunia. Nomor satunya China," kata Reza dalam acara Media Lounge Discussion di Gedung BRIN, Jakarta Pusat, Rabu (11/9/2024).

Namun, sejauh pengamatan Reza dan peneliti lainnya kondisi pengelolaan sampah di Indonesia dan Cina masih jauh berbeda. Bahkan ia ragu bahwa Indonesia-lah yang menjadi penyumbang sampah terbesar pertama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kebetulan saya baru pulang dari Cina bulan lalu, setelah tiga bulan ada di sana, tapi saya lihat tidak separah di Indonesia ya. Jangan-jangan kita yang nomor satu," ungkapnya.

Maraknya Plastik Sekali Pakai

Reza mengungkapkan bahwa plastik sekali pakai menjadi penyumbang terbesar jumlah sampah di Indonesia. Keberadaannya sudah banyak ditemui di daratan hingga perairan.

ADVERTISEMENT

"Lebih dari 60% plastik yang dihasilkan secara global termasuk oleh Indonesia itu adalah plastik sekali pakai contohnya botol air minum atau plastik pembungkus makanan," kata Reza.

Bahkan, menurut Reza sampah di Indonesia ikut mencemari daerah di luar negeri. Ia menemukan fakta bahwa sampah dari Indonesia telah berujung di Afrika Selatan hingga Madagaskar.

"Sampah Indonesia ini sebanyak kurang lebih 20% menuju Afrika Selatan dalam waktu satu tahun. Keluar dari Samudra Hindia sampai Samudra Pasifik," katanya.

Ia melanjutkan, "Sampah dari sungai Cisadane menuju madagaskar dalam waktu kurang 1 tahun atau 6 bulan saja," tutur Reza.

Dana Pengelolaan Sampah di Daerah Belum Jelas

Menurut Reza rata-rata program pengelolaan sampah di beberapa daerah banyak terhenti. Masalahnya karena pergantian kepemimpinan kepala daerah dan sejenisnya.

"Kita dari pusat sudah mengkaji seperti ini dan menduga implementasinya seperti ini, tapi tidak terealisasi karena pemerintah daerahnya kurang optimal," kata Reza.

Selain itu, hal yang menjadi sorotan lain Reza adalah belum jelasnya dana pengelolaan sampah di setiap daerah. Sehingga, menjadi tantangan besar menurutnya dalam mengurangi sampah plastik secara nasional.

"Tidak ada anggaran untuk pengelolaan dan banyak masalah politis. Pernah beberapa kali kami menemui pemerintah daerah, mereka bilang sudah melakukan program ini itu tapi tak berlanjut di periode kepemimpinan berikutnya," kata Reza.

Produsen Pengelola Sampah di RI Masih Sedikit

Reza melihat produsen yang mengelola sampah menjadi produk di Indonesia masih sedikit. Jumlahnya tak sebanding dengan total sampah yang ada.

"Pengelolaan sampah menjadi produk baru di Indonesia belum sekuat di luar negeri. Karena kebanyakan teman-teman yang ada di NGO (non government organization) dan yang peduli dengan sampah seringkali melihatnya dari segi industri, ini untung atau tidak," kata Reza.

Selain itu, menurut Reza masih ada stigma di masyarakat yang mengatakan bahwa produk dari daur ulang sampah berbahaya bagi kesehatan. Mereka juga banyak yang berpikir apakah produk hasil recycle ini akan mencemari lingkungan kembali atau tidak.

"Menurut saya, itu adalah langkah awal yang sangat bagus. Paling tidak sampai 5-10 tahun ke depan," kata Reza.

Ia dan pihak BRIN sejauh ini telah melakukan berbagai riset soal potensi dari sampah plastik ini. Ia berharap pemerintah dan pihak lain bisa turun tangan dalam membantu mengurangi jumlah sampah di Indonesia.

"Kita melakukan riset, dari hasil riset yang ada misalnya dari bidang oseanografi itu kita melihat berapa banyak jumlah sampah dari daerah mana sih dari provinsi mana sih, lalu data tersebut kami berikan ke pemerintah di daerah tersebut," pungkasnya.




(cyu/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads