Istilah flexing sering digunakan di media sosial untuk menggambarkan seseorang yang sering memamerkan harta. Istilah ini telah menjadi topik umum baik di media sosial maupun dalam kehidupan sehari-hari. Simak penjelasannya dibawah ini!
Dikutip dari jurnal The Psychological Dynamics Of Flexing Behavior Among College Students yang dituliskan oleh Hesti Firza, Suryanto, dan Dyan Evita, flexing adalah istilah gaul yang menggambarkan perilaku seseorang yang berlebihan dalam menunjukkan sesuatu. Contohnya, sering memposting barang baru yang dibeli, berbagi prestasi di media sosial, atau mengunggah banyak foto saat liburan.
Perilaku flexing sering dilakukan oleh individu yang ingin terlihat sebagai bagian dari kelas sosial yang lebih tinggi. Fenomena ini tidak hanya terjadi di kalangan atas, tetapi juga kalangan menengah hingga bawah, yang berusaha memenuhi tuntutan gaya hidup modern melalui berbagai cara, demikian dikutip dari jurnal Lifestyle: Flexing Behavior in Social Media yang dituliskan oleh Alton Endarwanto, Nadiroh, Hafid Abbas, dan Agung Purwanto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari jurnal The Phenomenon of Flexing Behaviour on Social Media Effects on College Students' Personality yang dituliskan oleh Raihana Sakdiyah dan Alemina Br. Perangin, dalam bahasa Inggris, 'flex' berarti fleksibel atau lentur, sedangkan 'flexing' adalah bentuk kata kerja yang merujuk pada tindakan seseorang yang menunjukkan kemampuan atau kelebihannya.
Berdasarkan pengertian tersebut, asal usul kata 'flexing' sebenarnya tidak memiliki konotasi negatif.
Contoh Budaya Flexing dan Pengaruhnya Masyarakat Indonesia
Berikut ini adalah contoh budaya flexing, dikutip dari jurnal The Influence Of Social Media On Flexing Culture Phenomenon In Indonesian Society yang dituliskan oleh Nadia Kusuma Putri, Shinta Alya Mumtazah, dan Emilia Agustin.
1. Menimbulkan Kecemburuan Sosial Perilaku Flexing
Memamerkan kekayaan melalui barang bermerek (pakaian, tas, sepatu), mobil mewah, atau makan di restoran mahal, dapat memicu kecemburuan sosial di kalangan masyarakat menengah ke bawah.
2. Meningkatnya Utang untuk Barang Tidak Mendesak
Demi gengsi, banyak orang rela berhutang untuk membeli atau menyewa barang mewah yang sebenarnya tidak mereka butuhkan. Perilaku pamer seringkali mencampurkan keaslian dan kepalsuan, yang mendorong masyarakat modern menjadi konsumtif, bukan berdasarkan kebutuhan, tetapi karena tren yang mempengaruhi gaya hidup.
3. Budaya Pamer Menjadi Tren
Mereka yang hidup melebihi kemampuan ekonomi sering mendapatkan pengakuan sosial, meskipun realitanya tidak sesuai. Demi dianggap bagian dari golongan elit, mereka rela menghabiskan uang untuk barang-barang yang identik dengan kelas atas.
Cara Bijak Menyikapi Perilaku Flexing
1. Tak Perlu Hiraukan
Jika seseorang melakukan flexing dalam hal positif dan memotivasi, seperti memamerkan kelulusan dari studi di luar negeri dengan beasiswa, kamu bisa mengambil inspirasi dari hal tersebut. Ini masih dalam batas wajar dan bersifat membangun.
Namun, jika mereka hanya memamerkan gadget baru, tas mahal, atau harta lainnya, sebaiknya abaikan saja. Jangan sampai kamu malah membandingkan diri sendiri dan akhirnya merasa insecure. Tetap fokus pada tujuan dan pencapaianmu sendiri.
2. Hindari Persaingan
Usahakan untuk menghindari keinginan bersaing dengan pelaku flexing, karena hal itu hanya akan menambah beban pikiran dan menciptakan masalah baru.
Tidak ada pemenang dalam perlombaan siapa yang memiliki kehidupan terbaik. Ingat, setiap orang memiliki jalan dan waktu pencapaian masing-masing. Tetap fokus pada diri sendiri dan hargai prosesmu.
3. Bersyukur dan Jaga Rasa Percaya Diri
Kadang-kadang, kamu mungkin merasa tidak percaya diri atau terintimidasi ketika seseorang memamerkan hartanya. Namun, penting untuk selalu bersyukur atas apa yang sudah kamu miliki dan menghadapi situasi tersebut dengan rasa percaya diri.
Dengan begitu, kamu tidak akan terpengaruh oleh aksi pamer orang lain. Jangan biarkan omongan atau sikap mereka membuatmu merasa rendah diri. Ingatlah bahwa setiap orang memiliki cita-cita dan tujuan hidup yang berbeda-beda. Fokuslah pada pencapaian dan kebahagiaanmu sendiri.
4. Hadapi Secara Santai
Saat berhadapan dengan orang yang suka pamer harta, tidak perlu bereaksi berlebihan. Cobalah untuk tetap santai dan pahami bahwa mereka mungkin mencari pengakuan atau validasi.
Gunakan kesempatan ini untuk merenung dan memastikan bahwa kamu tidak terjebak dalam perilaku serupa. Fokuslah pada cara yang lebih positif untuk mencapai dan menunjukkan pencapaianmu sendiri.
5. Jangan Mencoba Mempermalukannya
Mempermalukan pelaku flexing hanya akan membuat mereka semakin agresif dan terdorong untuk terus membuktikan diri.
Sebaliknya, simpan tenagamu dan jangan terlalu memikirkan apa pun yang mereka lakukan. Fokuslah pada pengembangan diri dan pencapaian tujuan yang telah kamu tetapkan. Ini akan lebih bermanfaat bagi pertumbuhan pribadi dan kesejahteraanmu.
(pal/pal)