Suhu di Samudra Pasifik Mulai Minus, BMKG Prediksi La Nina Mulai September 2024

ADVERTISEMENT

Suhu di Samudra Pasifik Mulai Minus, BMKG Prediksi La Nina Mulai September 2024

Devita Savitri - detikEdu
Kamis, 29 Agu 2024 18:30 WIB
Warga melintas di jembatan penyeberangan orang (JPO) di jalan Jenderal Sudirman Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (18/11/2020). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Palembang memprediksi dampak fenomena La Nina, curah hujan di tujuh Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan lebih tinggi di atas normal hingga April 2021, yang berpotensi terjadinya banjir bandang dan tanah longsor. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww.
Suhu permukaan laut di Samudra Pasifik mulai turun. Benarkah La Nina akan datang? Foto: ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI
Jakarta -

Fenomena La Nina menjadi salah satu anomali iklim yang dibicarakan sejak awal tahun 2024. Meski disebut lemah, kemungkinan La Nina hadir bukanlah hal mustahil.

Sebelumnya, pemerhati masalah lingkungan dan atmosfer dari (Badan Riset Inovasi Nasional) BRIN Indonesia, Prof Dr Ir Eddy Hermawan MSc menjelaskan berbagai lembaga dunia terus memantau kehadiran La Nina. Seperti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia dan tujuh lembaga riset dunia dari Australia, Kanada Eropa, Perancis, Inggris, Amerika Serikat, dan Jepang.

Mereka berfokus pada pengamatan El Nino Southern Oscillation (ENSO). Pada bulan Juni-Juli 2024, hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu permukaan laut berada pada kondisi normal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, pada bulan Agustus-Oktober 2024 satu hingga dua lembaga tersebut menunjukkan hasil riset menggambarkan kehadiran fenomena La Nina. Termasuk BMKG dan Lembaga Atmosfer dan Kelautan AS (NOAA).

Suhu di Samudra Pasifik Mulai Minus

Baru-baru ini, NOAA mengeluarkan data terbaru tentang ENSO. Data ini dijabarkan dalam laporan bertajuk 'ENSO: Recent Evolution, Current Status and Predictions' pada 26 Agustus 2024 lalu.

ADVERTISEMENT

Dikutip dari laporan tersebut, Kamis (29/8/2024) dijelaskan beberapa zona di Samudra Pasifik di mana ENSO diukur mengalami penurunan suhu permukaan laut/ sea surface temperature (SST). Suhu yang ada di bawah rata-rata ini berada di Samudra Pasifik Timur.

Adapun rincian hasil SST menurut NOAA per 26 Agustus yakni sebagai berikut:

  • + Nino 4: 0,5 derajat C
  • + Nino 3.4: 0,0 derajat C
  • + Nino 3: -0,2 derajat C
  • + Nino 1+2: -0,3 derajat C

Meski begitu, NOAA belum memastikan keadaan ini adalah benar-benar kehadiran La Nina. Karena Status Sistem Peringatan ENSO milik NOAA masih masuk kategori "La Nina Watch."

Hal ini terjadi karena belum seluruh wilayah lautan mengalami penurunan suhu. Kehadiran La Nina akan dipastikan NOAA berdasarkan Ocean Nino Index (ONI).

Keadaan bisa diklasifikasikan sebagai La Nina bila ONI bernilai negatif kurang dari atau sama dengan -0,5 derajat C. Ambang batas ini harus dilampaui selama sedikitnya 3 bulan.

Berdasarkan data NOAA, selama 4 minggu terakhir suhu rendah di bawah rata-rata bertahan di Samudra Pasifik wilayah timur tengah dan timur. Sedangkan di wilayah Samudra Pasifik Barat suhu masih di atas rata-rata.

Oleh karena itu, kondisi ENSO masih berada di status Netral hingga saat ini dan akan berlanjut selama beberapa bulan ke depan. Mereka memprediksikan terdapat peluang hingga 66% kemunculan La Nina pada September-November.

Peluang ini meningkat hingga 74 persen selama November 2024-Januari 2025. Sehingga masyarakat yang ada di Belahan Bumi utara harus bersiap latara La Nina akan bertahan sepanjang musim dingin.

Potensi La Nina Hadir Bulan September

Serupa dengan NOAA, BMKG juga menjelaskan indeks ENSO masih bersifat Netral. Hal ini disampaikan BMKG melalui Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian II Agustus 2024 yang dipublikasikan pada 23 Agustus lalu.

BMKG menjelaskan anomali suhu permukaan laut di Samudra Hindia menunjukkan kondisi Indian Ocean Dipole (IOD) netral dengan indeks 0,391. Sedangkan kondisi ENSO juga dipastikan Netral dengan indeks -0.04.

Kondisi ini menunjukkan fenomena El Nino 2023/2024 yang sempat menjadi ancaman Indonesia telah berakhir. Meskipun Netral, indeks ENSO menurut BMKG terus menurun secara perlahan-lahan hingga anomali negatif mulai September 2024.

Karena keadaan ini, BMKG dan beberapa Pusat Iklim Dunia memprediksi ENSO Netral berpotensi menuju La Nina mulai periode September 2024. Sedangkan keadaan IOD akan Netral hingga periode Februari 2025.

Meski diperkirakan La Nina akan datang, masyarakat diharapkan tidak perlu khawatir. Karena menurut Prof Eddy kondisi cuaca dan musim di Indonesia tidak bisa hanya terfokus pada La Nina atau El Nino saja. Karena keadaan Indian Ocean Dipole (IOD) dapat meredam La Nina.

"Seberapapun besarnya kekuatan La Nina, kalau oleh IOD diredam, maka tidak akan memberikan impact yang besar," tutup Prof Eddy dikutip dari arsip detikEdu.




(det/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads