KΔkΔpΕ adalah burung beo terberat di dunia. Burung ini punya kegemaran menjelajah jarak jauh dan mendaki gunung untuk mencari pasangan.
KΔkΔpΕ juga dikenal karena kemampuan memanjat pohon rimu setinggi 20 meter dengan cakar besarnya untuk mencari makanan, dikutip dari laman Scientific American.
Namun, dibalik kemampuannya yang unik, kelemahan utama kΔkΔpΕ adalah ketidakmampuan untuk terbang. Dengan tubuh yang besar dan gaya berjalan yang cenderung tidak stabil, burung ini rentan terhadap predator seperti tikus, kucing liar, dan cerpelai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika merasa terancam, kΔkΔpΕ mengandalkan kemampuan berdiam diri membatu dan menggunakan bulu hijaunya yang seperti lumut sebagai bentuk kamuflase.
Awal Mula Bencana Kepunahan KΔkΔpΕ
Awalnya, Selandia Baru menjadi negara aman bagi berbagai burung yang tidak bisa terbang tanpa khawatir ada predator darat. Namun, negara tersebut mengalami perubahan besar seiring kedatangan orang MΔori dan kemudian pemukim Eropa.
Kedatangan mereka diawali pada abad ke-13 dengan membawa tikus, anjing, kucing, dan hewan predator lainnya. Kemudian, di abad ke-19, kaum pendatang tersebut kembali membawa hewan-hewan itu dengan jumlah yang banyak.
Hewan-hewan bawaan pendatang pun menjadi predator yang menyebabkan terancamnya sekitar 300 spesies asli di Selandia Baru. Termasuk di dalamnya yaitu jenis kΔkΔpΕ di dua pulau utama Selandia Baru dan pulau-pulau kecil di lepas pantai.
Populasi mereka menurun drastis, dan kini menjadi perhatian utama dalam upaya konservasi Selandia Baru.
Upaya Penyelamatan KΔkΔpΕ yang Terancam Punah
Upaya perlindungan seperti program pemulihan, pengawasan terhadap predator, dan perlindungan habitat alami kΔkΔpΕ menjadi kunci dalam menjaga kelangsungan hidup burung ini.
Upaya konservasi tersebut pun terfokus pada pengelolaan sisa populasi kΔkΔpΕ di pulau-pulau lepas pantai Selandia Baru yang bebas dari predator. Program ini melibatkan pembiakan, perawatan, dan pemberian makanan tambahan untuk mendukung pertumbuhan populasi.
Kesuksesan populasi yang meningkat dan keterbatasan ruang di pulau-pulau lepas pantai mendorong Departemen Konservasi Selandia Baru dan suku MΔori NgΔi Tahu untuk menemukan habitat baru bagi KΔkΔpΕ.
Mulai Juli 2023, relokasi dimulai ke Sanctuary Mountain Maungatautari seluas 8.400 hektar. Kawasan ini dijaga bebas dari predator dan dilengkapi dengan pagar tahan hama panjang.
Relokasi dimulai dengan 10 burung jantan kΔkΔpΕ dipindahkan ke cagar alam tersebut. Para peneliti melakukan pemantauan lokasi dan pemeriksaan kesehatan rutin untuk memastikan kemungkinan berkembang biaknya burung di habitat baru.
Tantangan Pemulihan dan Ancaman bagi KΔkΔpΕ
Dalam reproduksinya, kΔkΔpΕ memiliki tingkat kesuburan yang rendah dan pola reproduksi yang jarang. Akibatnya, burung ini mengalami penetasan telur yang jarang berhasil. Beberapa faktor seperti perkawinan sedarah memengaruhi hal ini.
Selain itu, penyakit jamur seperti aspergillosis menjadi ancaman serius bagi kΔkΔpΕ. Penelitian genetika membuka peluang untuk meningkatkan ketahanan terhadap penyakit dan mempersiapkan langkah-langkah preventif.
Penelitian pada data genomnya dinilai dapat membantu dalam upaya konservasi burung kΔkΔpΕ. Melalui analisis urutan genom untuk 169 burung beo ini, para peneliti memperoleh informasi tentang variasi genetik yang memengaruhi berbagai aspek perkembangan burung kΔkΔpΕ, seperti tinggi badan dan tingkat pertumbuhan.
Kelangsungan hidup kΔkΔpΕ di luar cagar alam pun bergantung pada keberhasilan inisiatif Predator Free 2050. Dalam inisiatif ini, pengendalian predator seperti possum, tikus, dan mustelidae mungkin memerlukan solusi berbasis penyuntingan gen atau metode biologis.
Saat ini, pemindahan kΔkΔpΕ ke Sanctuary Mountain Maungatautari dianggap sebagai langkah awal yang positif dalam menjaga kelangsungan hidup dan keberadaan spesies ini.
(twu/twu)