Saat ini kegiatan menulis sudah banyak dilakukan anak maupun orang dewasa lewat mengetik. Di sekolah, tak jarang beberapa guru ada yang kesulitan saat mengajak siswanya menulis dengan tangan.
Berdasarkan studi "Handwriting but not typewriting leads to widespread brain connectivity: a high-density EEG study with implications for the classroom" oleh FR Van der Weel dan Audrey LH Van der Meer dari Universitas Sains dan Teknologi Norwegia, menulis dengan tangan mempunyai dampak yang lebih baik dibandingkan mengetik.
Menulis dengan tangan dapat meningkatkan pola konektivitas otak. Dengan begitu, proses menghafal dan belajar akan lebih mudah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Begitupun dari hasil riset Indiana University, dilaporkan bahwa adanya korelasi antara menulis tangan dan kemunculan ide-ide baru. Juga dalam riset oleh Hope McCarroll & Tina Fletche (2017), terbukti menulis dengan tangan menjadi faktor pendorong keberhasilan akademik.
Untuk pertama kalinya, peneliti di Indonesia akan melakukan riset pengaruh menulis dengan tangan terhadap literasi di Indonesia. Ketua tim riset, Muniarti Agustia dari Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya menyebut manfaat lain dari menulis di atas kertas ini.
"Keterampilan menulis secara teknis, memperkuat keterampilan berpikir kritis, retensi informasi, dan keterlibatan emosional dengan materi pelajaran," kata Muniarti dalam acara peluncuran modul riset AYO Menulis SiDU di kantor Dinas Pendidikan DKI, Jl Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (22/8/2024).
Ia juga memberikan tips kepada guru dalam mengajak siswanya aktif menulis dengan tangan. Simak poin-poinnya di bawah ini!
Tips Mengajak Siswa Aktif Menulis dengan Tangan
1. Ajak Siswa Membaca yang Disukai
Langkah pertama yang bisa dicoba ibu atau bapak guru adalah dengan mendorong siswa membaca. Semakin banyak bahan yang mereka baca, maka semakin banyak hal yang bisa ditulis.
Muniarti menyarankan siswa untuk memilih bacaan yang mereka gemari. Jika antusias tinggi, siswa akan melahap lebih banyak bacaan.
"Ini berdasarkan pengalaman saya waktu melakukan pengabdian masyarakat di Kepulauan Seribu. Jadi, saya menawarkan ke anak-anak kamu mau membaca yang mana?" Lalu, mereka lebih suka membaca tentang budaya-budaya dari daerah lain," tuturnya.
2. Menceritakan Kembali Apa yang Ditulis
Setelah siswa menuliskan banyak hal dalam bukunya, lalu guru bisa menyuruh mereka membacanya ulang. Selain itu, guru juga bisa mengajak siswa membahas apa yang mereka tulis tersebut.
"Saya bilang, kamu tulis apa yang kamu baca. Besok kita bahas lagi. Setelah mereka menulis, Bapak Ibu memberi kesempatan untuk menceritakan kembali apa yang mereka tulis," kata Muniarti.
3. Beri Apresiasi terhadap Tulisan Mereka
Kerap kali siswa banyak yang malu saat diminta untuk memperlihatkan hasil tulisan mereka. Jika demikian, maka guru harus memberikan apresiasi dan respons positif terhadap apapun yang mereka tulis.
"Sebetulnya untuk menugaskan anak menulis yang terpenting guru itu merespons dan memberikan apresisi. Jadi, kita memberikan umpan balik terhadap mereka dan itu membuat mereka senang menulis. Itu hal yang sederhana ya," kata Muniarti.
"Saat mereka cerita punya teman lain di dalam tulisannya dan kita apresiasi, itu tentunya mereka akan senang," tambahnya.
4. Integrasikan Menulis Tangan di Semua Mapel
Tak sedikit mata pelajaran (matpel) yang kini tak lagi menuntut siswa menulis tangan, terutama yang banyak berkaitan dengan praktik. Namun, Muniarti menyarankan guru sebisa mungkin menyuruh siswa menulis tangan di matpel apapun.
"Sebetulnya harus terintegrasi ya di semua mata pelajaran. Jadi guru harus menugaskan siswanya menulis. Karena itu kebiasaan ya," katanya.
5. Kerja Sama Ortu dan Guru
Muniarti mengungkap banyak dari orang tua siswa dari sekolah berbasis IT yang mengeluhkan tak adanya kegiatan menulis dengan tangan. Saat ini, sudah ada beberapa sekolah dasar yang menggunakan tablet dalam menulis dan belajar.
"Saya tidak menyarankan anak-anak di kelas 1, 2, dan 3 itu harus belajar langsung dari itu (tablet atau komputer)," katanya.
Oleh karena itu, Muniarti menyarankan orang tua yang anaknya bersekolah di sekolah berbasis IT untuk berkoordinasi. Ia menyayangkan jika di usia belia mereka tak merasakan latihan motorik lewat menulis dengan tangan.
"Adanya kerjsa sama yang baik antara guru dan orang tua untuk membiasakan diri menulis tangan," katanya
(cyu/nwk)