Ketika melihat upacara peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) baik pengibaran ataupun penurunan, para Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) dibagi ke dalam beberapa kelompok. Hal ini di dinamakan sebagai formasi dalam gerakan Paskibraka.
Formasi ini diciptakan oleh Bapak Paskibraka Indonesia, Mayor (Laut) Husein Mutahar. Sosok yang juga ajudan Presiden Ir Soekarno itu menciptakan formasi Paskibraka pada tahun 1967.
Formasi itu dikenal dengan 17-8-45 yang juga simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945. Sejak saat itu, formasi terus digunakan bahkan hingga nanti dalam upacara peringatan Hari Kemerdekaan ke-79 RI yang dilakukan di Istana Garuda Ibu Kota Nusantara (IKN), Sabtu (17/8/2024) mendatang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski ditetapkan pada tahun 1967, gagasan Paskibraka sendiri ternyata lahir tahun 1946 lho. Begini sejarahnya dikutip dari laman resmi Paskibraka Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) RI, Indonesia Baik, dan Portal Informasi Indonesia, Rabu (14/8/2024).
Sejarah Terbentuknya Formasi Paskibraka
Gerakan Paskibraka Terbentuk
Karena Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan di Jalan Pegangsaan Timur No 56, Jakarta, secara de facto Jakarta menjadi ibu kota Indonesia pada 17 Agustus 1945. Namun, pada tahun 1946 pemerintahan sipil Hindia Belanda kembali ke Jakarta.
Sehingga pemerintah Indonesia melakukan perpindahan ibu kota secara diam-diam menggunakan kereta api ke Yogyakarta pada 3 Januari 1946 tengah malam atau beberapa sumber menyebutkan sudah masuk pada 4 Januari 1946. Yogyakarta pada akhirnya menjadi ibu kota sementara Indonesia hingga tahun 1949.
Lantaran dipindahkan, RI merayakan hari ulang tahun (HUT) Kemerdekaan ke-1 RI di Yogyakarta. Kala itu, Presiden Sukarno memerintahkan Husein Mutahar untuk menyiapkan pengibaran bendera pusaka di halaman Istana Gedung Agung Yogyakarta.
Menurut Perwira Angkatan Laut itu idealnya pengibaran bendera pusaka harus dilakukan oleh para pemuda dan pemudi dari seluruh Indonesia. Namun, situasi pada saat itu tidak memungkinkan.
Hingga akhirnya Mutahar menunjuk lima anak muda (3 putra dan 2 putri) yang kebetulan ada di Yogyakarta. Satu pemudi bertugas sebagai pembawa bendera, dua pemuda sebagai petugas pengerek bendera merah putih dan sisa satu pemuda sebagai pengiring.
Lima pemuda ini merepresentasikan lima sila dalam Pancasila. Mutahar sendiri lah yang mendesain seragam upacara kelima anak muda tadi dengan inspirasi dari pakain Presiden Sukarno yang kerap mengenakan jas bergaya militer.
Kala itu, seragam Paskibraka laki-laki yakni jas dipadu celana panjang putih dengan kaus dalam corak merah-putih sesuai warna bendera Indonesia. Sedangkan Paskibraka putri mengenakan atas jas serta kaus dalam serupa dan memakai rok putih.
Kelimanya juga dipakaikan peci, serupa dengan penampilan Sukarno yang selalu memakai songkok. Sejak saat itu sampai tahun 1949, pengibaran bendera di Yogyakarta tetap dilaksanakan dengan cara serupa.
Hingga akhirnya ibu kota kembali ke Jakarta pada 1950, Mutahar tidak lagi menangani pengibaran bendera pusaka. Prosesi ini menjadi kewenangan Rumah Tangga Kepresidenan sampai tahun 1966. Selama 1950-1966, Paskibraka berisi pelajar dan mahasiswa yang ada di Jakarta.
Formasi Paskibraka Dibuat Mutahar
Setahun kemudian yakni 1967, Mutahar dipanggil oleh Presiden Soeharto. Ia diperintahkan untuk kembali menangani masalah pengibaran bendera pusaka.
Ia kembali ke pemikirannya bila Paskibraka harus terdiri dari pemuda-pemudi seluruh Indonesia. Akhirnya ia mengembangkan pemikiran itu dengan formasi pengibaran 3 kelompok.
Formasi tiga kelompok ini dinamai sesuai jumlah anggotanya yaitu:
- Pasukan 17 untuk anggota pengiring atau pemandu
- Pasukan 8 untuk pembawa bendera atau pasukan inti
- Pasukan 45 sebagai anggota pengawal
Seperti yang disebutkan sebelumnya, jumlah tersebut merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan RI yakni 17 Agustus 1945 (17-8-45). Meski ingin melibatkan seluruh pemuda-pemudi Indonesia, kondisi tahun 1967 belum memungkinkan.
Akhirnya Mutahar hanya melibatkan putra daerah yang ada di Jakarta sebagai Paskibraka. Mereka ini juga adalah anggota Pandu/Pramuka. Seluruhnya masuk ke pasukan 8 dan 17.
Sedangkan untuk pasukan 45, awalnya Mutahar ingin melibatkan para mahasiswa AKABRI (Generasi Muda ABRI), namun hal ini tidak dapat dilaksanakan. Usul tambahan menggunakan anggota pasukan khusus ABRI (seperti RPKAD, PGT, KKO, dan Brimob) tapi juga tidak terlaksana.
Akhirnya diambillah Pasukan Pengawal Presiden (Paswalpres) yang mudah dihubungi karena mereka bertugas di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta.
Mulai tanggal 17 Agustus 1968, petugas pengibar bendera pusaka adalah para pemuda utusan provinsi. Tetapi belum semua provinsi mengirimkan utusan sehingga harus ditambah anggota pasukan tahun 1967.
Hingga akhirnya di tahun 1969, Paskibraka yang bertugas adalah para remaja siswa SMA se-tanah air yang merupakan utusan dari seluruh provinsi di Indonesia. Setiap provinsi diwakili oleh sepasang remaja putra dan putri.
Sebutan Paskibraka sendiri baru resmi digunakan pada tahun 1973. Hal ini disampaikan oleh Idik Sulaeman, dengan penjelasan:
- PAS berasal dari PASukan
- KIB berasal dari KIBar mengandung pengertian pengibar
- RA berarti bendeRA
- KA berarti PusaKA.
Mulai saat itu, anggota pengibar bendera pusaka disebut Paskibraka.
Isi Formasi Paskibraka Masa Kini
Formasi Paskibraka yang dirancang Husein Mutahar masih digunakan hingga masa kini. Masing-masing posisi diisi oleh:
1. Pasukan 17
Dipimpin oleh seorang Komandan Kelompok (DanPok) yang seluruhnya merupakan anggota Paskibraka.
2. Pasukan 8
Berposisi di belakang pasukan 17 berperan sebagai pasukan inti dan pembawa duplikat Bendera Pusaka. Kelompok ini terdiri dari dua putri Paskibraka yang berperan sebagai pembawa bendera.
Satu berposisi di depan tengah sebagai pembawa baki utama dan dibelakangnya sebagai pembawa baki cadangan. Mereka dikawal oleh empat anggota TNI atau POLRI bersenjata.
3. Pasukan 45
Pasukan 45 berposisi di belakang kelompok 8 membawa senapan yang berperan sebagai pasukan pengawal. Keseluruhan formasi dipimpin oleh seorang Komandan Kompi Paskibraka (Danki Paskibraka) yang berposisi di sebelah kanan DanPok 17.
Seluruh anggotanya adalah Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres), Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara (AU), Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), dan Kepolisian.
(det/nwk)