6 Kebiasaan yang Dimiliki Orang Bermental Kuat, Kamu Punya Salah Satunya?

ADVERTISEMENT

6 Kebiasaan yang Dimiliki Orang Bermental Kuat, Kamu Punya Salah Satunya?

Fahri Zulfikar - detikEdu
Rabu, 07 Agu 2024 09:00 WIB
Happy calm smiling man having a rest after solving all the tasks at work
Foto: Istockphoto/Deagreez/Ilustrasi orang yang bisa mengelola emosi dengan tenang
Jakarta -

Orang yang memiliki kecerdasan emosional atau emotional intelligence (EQ) tinggi biasanya memiliki mental yang kuat. Kondisi ini didapatkan dengan kebiasaan yang terlatih sejak sedini mungkin.

Secara umum kekuatan mental adalah kemampuan untuk mengatur emosi, pikiran, dan perilaku secara produktif, bahkan saat menghadapi kesulitan. Misal ketika menghadapi tantangan atau kesulitan, bisa mengelola dengan baik.

Mental yang kuat ini penting dimiliki oleh semua orang untuk mengurangi stres dan merasakan lebih banyak kebahagiaan. Pada gilirannya, bahkan bisa mendukung sebuah kesuksesan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pakar bidang kekuatan mental dan instruktur pembelajaran asal Amerika Serikat, Scott Mautz, telah menghabiskan puluhan tahun mempelajari kekuatan mental dan mewawancarai serta menyurvei ribuan orang untuk buku terbarunya, "The Mentally Strong Leader".

Hasilnya, ditemukan bahwa orang-orang yang bermental kuat cenderung memiliki kebiasaan-kebiasaan tertentu yang dapat dipelajari.

ADVERTISEMENT

Apa saja kebiasaan itu? Berikut ini ulasannya, seperti dilansir dari CNBC.


6 Kebiasaan yang Dimiliki Orang Bermental Kuat


1. Mengelola Emosi Bukan Menghindarinya

Seiring dewasa, ada lebih banyak tantangan yang akan dihadapi dan mau tidak mau akan memengaruhi emosi sehari-hari. Bagi sebagian orang, saat kondisi mental tidak stabil, cenderung menghindari emosi tersebut alih-alih mengelolanya.

Mautz mengatakan, bahwa orang yang bermental kuat memiliki kebiasaan mengelola emosi yang ada. Mereka menangkap emosinya, mempertimbangkan apakah emosi itu berguna untuk diungkapkan, lalu memutuskan bagaimana meresponsnya.

"Dengan kata lain, mengenai emosi yang tidak membantu, mereka menangkapnya, memeriksanya, dan mengubahnya," ucapnya.

2. Mengatasi Keraguan

Kita akan sering mengalami banyak keraguan yang bisa melatih mental kita dalam mempertimbangkan keadaan seiring dengan kondisi emosi kita.

Umumnya, orang yang tidak percaya diri akan cenderung banyak berpikir saat ragu. Sementara yang terlalu percaya diri, justru akan cenderung maju terus tanpa menimbang dengan matang.

Mautz menjelaskan, orang yang bermental kuat biasanya mengatasi keraguan dengan jalan tengah. Ini artinya, mereka tetap punya kepercayaan diri, kemudian mengakui keraguan, dan membiarkan karaguan itu diam.

"Sehingga mereka dapat fokus pada bagaimana mereka akan mencapai sesuatu, bukan apakah mereka dapat mencapainya atau tidak," ujarnya.

3. Mengetahui Kebutuhan Ketahanan dan Memanfaatkan Sumber Daya

Tidak selamanya orang yang bermental kuat mengatasi semuanya dengan sendiri. Faktanya, orang yang bermental kuat saat merasa sedang dalam kondisi di bawah, mereka selalu mencari perspektif dan dukungan.

Hal ini mengajarkan bahwa kita harus tahu ketahanan kita saat titik terendah dan kemudian manfaatkan apa yang kita punya. Misal seperti teman, kenalan yang bisa membantu, dan seterusnya.

"Ketika saya mengalami kemunduran, saya menelepon saudara saya untuk menertawakannya. Kebutuhan ketahanan saya adalah mengatasi tantangan dengan humor, dan saya tahu saudara laki-laki atau perempuan saya akan mengenali komedi dalam situasi tersebut dan membuat saya merasa lebih baik," papar Mautz.

"Orang lain mungkin membutuhkan seseorang yang mau mendengarkan, menjadi bahu untuk menangis, atau menjadi penasihat," imbuhnya.

Jadi, apa pun kebutuhan ketahanan yang dimiliki, kenali siapa saja kenalan kita yang dapat membantu dengan cara tepat, lalu hubungi mereka pada saat yang tepat.

4. Jangan Biarkan Rutinitas Membuat Putus Asa

Faktanya, kita tidak bisa menghindari bahwa rutinitas sehari-hari bisa membosankan. Ini yang hampir dialami semua orang.

Menurut Mautz, orang yang bermental kuat tidak akan terlalu lelah karena kesibukan sehari-hari. Kenapa?

Sebab, orang yang bermental kuat akan selalu terlibat dalam rasa syukur dan perhatian tertentu untuk melegakan diri.

"Itu berarti hadir dan cukup sadar dalam kehidupan sehari-hari untuk memperhatikan detail dan menunjukkan rasa syukur atas aspek positif dari pekerjaan apa pun yang Anda alami," jelasnya.

Misalnya, saat mengalami pagi yang berat di tempat kerja. Kemudian harus menjawab serangkaian email yang masuk dalam semalam dan menjadi frustrasi.

Namun kita bisa berhenti untuk mengagumi kenyataan bahwa kita ternyata dapat mengetik beberapa kata, menekan tombol, dan dalam hitungan detik. Ternyata, pikiran kita bisa dikirimkan ke seseorang di belahan dunia lain.

"Apresiasi Anda terhadap detail biasa ini sedikit meningkatkan semangat Anda, membantu suasana hati Anda," kata Mautz.

5. Bicaralah pada Diri Sendiri seperti Seorang Teman yang Membutuhkan

Pernah mendengar bahwa orang yang cerdas cenderung sering berbicara sendiri? Ternyata ini juga berlaku pada orang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi.

Dialog-dialog dengan diri sendiri penting sebagai cermin atau curahan tentang bagaimana kita harus mengeluarkan emosi dengan tepat.

Jadi, orang yang bermental kuat juga melakukannya. Misal, seperti mengakui pencapaian, mensyukuri hal, mengakui emosi yang dialami, dan seterusnya.

"Anda juga harus menerapkan nada yang lebih penuh kasih sayang ini pada diri Anda sendiri," ujar Mautz.

6. Memahami Pembelajaran sesuai Kebutuhan

Orang yang bermental kuat tahu kapan harus berhenti dari pembelajaran. Singkatnya, mereka tahu bahwa terkadang mereka perlu berhenti belajar agar bisa belajar hal lain yang mereka lebih butuhkan.

Mereka mengidentifikasi dan membuang kebiasaan buruk yang menghalangi mereka untuk maju secara produktif. Mereka secara teratur menantang asumsi mereka.

"Mulailah dengan mengidentifikasi dan menukar keyakinan Anda yang membatasi. Kisah tidak bermanfaat apa yang Anda ceritakan pada diri sendiri dan sudah mendarah daging? Label tidak beralasan apa yang Anda terapkan?" kata Mautz.

Ia memberi contoh, misalnya, Anda mungkin menyebut diri Anda kurang berbakat dibandingkan rekan-rekan Anda dan berkata pada diri sendiri: "Saya tidak cukup baik untuk dipromosikan."

Alih-alih seperti itu, maka ganti keyakinan yang membatasi tersebut dengan keyakinan yang memberdayakan seperti, "Saya memiliki semua keterampilan yang diperlukan untuk dipromosikan."




(faz/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads