Apa Itu Virus Oropouche yang Mewabah di Brasil? Begini Gejalanya

ADVERTISEMENT

Apa Itu Virus Oropouche yang Mewabah di Brasil? Begini Gejalanya

Fahri Zulfikar - detikEdu
Selasa, 30 Jul 2024 19:00 WIB
Aedes aegypti mosquito larvae are examined at the entomology department of the Health Ministry, in Guatemala City, Guatemala, July 22, 2024. REUTERS/Josue Decavele
Foto: REUTERS/Josue Decavele/Virus Oropouche bisa ditularkan ke manusia dari lalat dan nyamuk yang terinfeksi.
Jakarta -

Virus Oropouche tengah ramai diperbincangkan setelah Kementerian Kesehatan Brasil melaporkan kasus kematian pertama. Virus Oropouche bisa ditularkan ke manusia dari lalat dan nyamuk yang terinfeksi.

Kasus kematian akibat virus Oropouche ini terjadi pada dua wanita dari negara bagian Bahia di timur laut Brasil.

"(Para wanita tersebut) berusia di bawah 30 tahun, tanpa penyakit penyerta, namun memiliki tanda dan gejala yang mirip dengan kasus demam berdarah yang parah," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir dari Al Arabiya News.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada 2024 ini, terdapat lebih dari 7 ribu kasus virus Oropouche yang dicatat oleh Kementerian Kesehatan Brasil. Laporan terkait virus ini kebanyakan berasal dari dua wilayah yakni negara bagian Amazonas dan Rondonia.


Virus Oropouche Sudah Terdeteksi sejak 1955

Meski belum banyak terdengar, tapi virus Oropouche telah dideteksi pertama kali pada 1955. Kala itu, seorang pekerja hutan yang sedang demam di sebuah desa di Trinidad dan Tobago bernama Vega de Oropouche, dekat Sungai Oropouche.

ADVERTISEMENT

Mengutip situs Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (Centers for Disease Control and Prevention/CDC), wabah virus Oropouche dilaporkan di Brasil, Panama, dan Peru sebelum tahun 2000.

Sementara dalam 25 tahun terakhir, kasus Oropouche juga telah diidentifikasi di banyak negara di kawasan Amazon, termasuk Bolivia, Kolombia, Ekuador, Guyana Prancis, Panama, dan Peru. Bahkan pada 2014, satu anak ditemukan terinfeksi di Haiti.

Kemudian pada akhir tahun 2023, virus Oropouche diidentifikasi menyebabkan wabah besar di daerah endemik dan daerah baru di Amerika Selatan. Pada Juni 2024, Kuba melaporkan kasus Oropouche pertama yang dikonfirmasi.

Mirip DBD, Ini Gejala Penderita Virus Oropouche

Disebutkan bahwa gejala virus Oropouche bisa mirip dengan gejala demam berdarah (DBD), chikungunya, atau virus Zika, atau malaria.

Masa inkubasi penyakit virus Oropouche diketahui sekitar 3-10 hari. Biasanya, penyakit dimulai dengan demam mendadak (38-40Β°C) disertai sakit kepala (seringkali parah), menggigil, mialgia, dan artralgia.

Kemudian muncul tanda dan gejala lainnya termasuk fotofobia (mata sensitif terhadap cahaya), pusing, nyeri retroorbital atau mata, mual dan muntah, atau ruam makulopapular yang dimulai pada batang tubuh.

Selain itu, ada juga gejala yang kurang umum, seperti injeksi konjungtiva, diare, sakit perut parah, dan gejala hemoragik (misalnya epistaksis, perdarahan gingiva, melena, menorrhagia, dan petechiae).

Biasanya, gejala virus Oropouche berlangsung kurang dari seminggu (2-7 hari). Namun, pada 60% pasien, gejala dapat muncul kembali beberapa hari atau bahkan beberapa minggu kemudian.

Secara umum, diagnosis awal penyakit virus Oropouche didasarkan pada gejala klinis pasien, lokasi kemungkinan terjadinya infeksi (termasuk tempat dan tanggal perjalanan), dan aktivitas yang berpotensi menimbulkan risiko paparan.

Selama ini, bukti adanya virus dapat dideteksi dalam sampel serum selama minggu pertama infeksi. Virus mudah dibiakkan selama beberapa hari pertama setelah infeksi dan biasanya tidak terdeteksi setelah hari ke 5.

Namun, RNA virus dapat dideteksi selama beberapa hari setelah virus tidak ada lagi. Menjelang akhir minggu pertama penyakit, antibodi IgM terbentuk, diikuti oleh antibodi IgG.

Apakah Virus Oropouche Bisa Mewabah di Indonesia?

Pakar epidemiologi lulusan Universitas Padjadjaran dan Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman, mengatakan bahwa virus Oropouche berpotensi mewabah di Indonesia.

Menurutnya, wabah virus ini berpotensi ada di negara tropis lain di kawasan ASEAN. Terutama habitat liar yang tinggi nyamuk. Meski begitu, ia menekankan potensi wabah ini menjadi pandemi, sangat kecil.

"Potensi mewabah ini ada di negara-negara tropis lain di ASEAN dan Indonesia tentu ada, juga cukup besar. Namun ini umumnya masih di wilayah-wilayah yang dekat dengan habitat liar atau di hutan, perkampungan, daerah tinggi nyamuk," ucapnya dalam detikHealth, dikutip Selasa (30/7/2024).

"Ini penyakit yang ditularkan nyamuk. Jadi tidak ada penularan antar manusia. Potensi jadi pandemi kecil bahkan bisa dikatakan tidak ada," imbuhnya.

Sementara itu, CDC menuliskan bahwa cara terbaik bagi setiap orang untuk melindungi diri dari virus Oropouche adalah dengan mencegah gigitan pengusir hama dan nyamuk. Sebab, saat ini tidak ada vaksin untuk mencegah penyakit tersebut.




(faz/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads