Peneliti Rekayasa Virus Ebola, Apakah Virus Mutan Itu Ada?

ADVERTISEMENT

Peneliti Rekayasa Virus Ebola, Apakah Virus Mutan Itu Ada?

Trisna Wulandari - detikEdu
Jumat, 10 Mei 2024 20:00 WIB
Ilustrasi hamster
ο»ΏIstilah virus mutan muncul seiring rekayasa virus Ebola baru-baru ini pada hamster. Apa bedanya dengan varian dan strain? Foto: Getty Images/iStockphoto/Irina Vasilevskaia
Jakarta -

Peneliti baru-baru ini merekayasa virus Ebola yang mematikan hamster dalam 2-3 hari. Hasil rekayasa ini disebut virus mutan dalam sejumlah kabar di tengah masyarakat.

Apa itu virus mutan? Apakah berbeda dengan varian dan strain virus?

Virus Mutan

Science Communicator JV Chamary PhD dalam Forbes menjelaskan mutan secara ilmiah adalah hasil dari mutasi. Mutasi adalah perubahan materi genetik seperti DNA atau RNA dalam replikasi kode genetik virus sehingga menghasilkan bentuk baru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mutasi bisa jadi tidak pernah terjadi sebelumnya, atau terjadi kembali dalam sekelompok gen populasi. Untuk itu, istilah mutan dipakai jika mutasi terjadi baru-baru ini atau langka.

Namun, Chamary mengatakan istilah mutan mutan tidak dipakai pada nama penyakit atau wabah. Istilah mutan dan strain dipakai pada organisme.

ADVERTISEMENT

Varian dan Strain

Virus yang sudah bermutasi dapat disebut varian. Varian mengacu pada virus dengan perbedaan di kode genetik dari virus aslinya. Istilah varian salah satunya mengemuka dalam penjelasan terkait jenis Coronavirus tertentu pada pandemi lalu.

Sementara itu, istilah strains mengacu pada karakteristik fisik atau perilaku tertentu pada virus. Strain diklasifikasikan menurut karakteristik genetik yang penting. Fitur penting ini dapat berbeda pada tiap spesies yang hendak diklasifikasikan.

Rekayasa Virus Ebola pada Hamster

10 Hamster Suriah, 5 jantan dan 5 betina, digunakan dalam penelitian "virus mutan" Ebola. Dikutip dari jurnal Virologica Sinica, peneliti Wanying Yang dan rekan-rekan menjelaskan model-model hewan seperti hamster yang dapat meniru penyakit Ebola secara akurat bantu ungkap patogenesis (peristiwa dan berkembangnya suatu penyakit) dan mekanisme penularannya untuh cegah potensi wabah.

Menghindari risiko pada laboratorium di kondisi keamanan yang lebih rendah, peneliti menggunakan virus stomatitis vesikuler (VSV) yang ditambahkan glikoprotein (GP) virus Ebola. Protein virus Ebola berperan dalam bantu virus masuk dan keluar dari inangnya.

Virus Ebola menyebabkan demam berdarah parah pada manusia dan primata nonmanusia. Pada hamster yang diberi virus mutan, sebagian besar hewan ini mengalami kegagalan multiorgan, radang lapisan uvea mata (uveitis), dan penyakit sistemik parah seperti gejala pada pasien yang terinfeksi Ebola.

Kelima hamster betina mengalami penurunan suhu rektal. Berat badannya juga turun hingga 18 persen. Kelimanya mati dalam 2-3 hari.

Sedangkan 2 hamster jantan selamat dari infeksi. Keduanya naik berat badan 20 persen.

Berdasarkan pengecekan pada organ pascakematian, virus berkumpul di jantung, limpa, paru-paru, ginjal, lambung, usus, dan jaringan otak. Kadar akumulasi tertinggi berada di hati dan terendah di otak.

"Model ini memungkinkan evaluasi praklinis cepat dalam tindakan medis pada virus EBOV dalam kondisi (fasilitas lab) BLS-2," tulis peneliti.




(twu/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads