William Shakespeare dan sastra bak dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Tidak hanya dicintai penggemarnya, karya pujangga berkebangsaan Inggris ini diperkenalkan lebih luas melalui lembaga pendidikan meskipun sastra telah berevolusi berabad-abad. Mengapa?
Mengutip Science ABC, alasan untuk menjawab hal tersebut ialah lantaran karya Shakespeare sangat luar biasa. Dari sisi pendidikan, ternyata penulis Romeo dan Juliet ini memperkenalkan konteks sejarah yang mendalam, implikasi budaya dan temanya yang selalu universal.
Sejarah Karya Shakespeare Muncul di Lembaga Pendidikan
Pencantuman karya Shakespeare di kurikulum sekolah ternyata tidak dimulai dari tanah kelahirannya, Inggris. Melainkan dari negara jajahan Inggris seperti India. Karena Inggris hanya percaya pendidikan yang baik dicapai melalui bahasa klasik seperti Yunani dan Latin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada awal abad ke-18, pendidik Inggris di negara jajahan berusaha menanamkan nuansa bahasa dan budaya Inggris melalui karya-karya sastrawan mapan. Termasuk William Shakespeare.
Karya Shakespeare dianggap tidak hanya memiliki contoh teladan sastra Inggris tetapi juga memiliki segudang nilai-nilai budaya dan nuansa linguistik bahasa Inggris. Akhirnya hal inilah yang diambil para guru Inggris untuk mendidik siswanya di India.
Karena tidak hanya mempelajari keterampilan bahasa, siswa juga memahami tentang norma-norma budaya Inggris, hierarki sosial, dan nilai-nilai moral. Dengan banyaknya koloni Inggris, akhirnya penyebaran budaya melalui kurikulum sastra Shakespeare tersebar ke seluruh dunia.
Karakter yang memiliki kompleksitas inilah membuat mereka dapat diterima secara universal. Entah itu gairah membara Romeo dan Juliet, introspeksi penuh penderitaan Hamlet, atau ambisi tak kenal ampun Macbeth, karakter-karakter Shakespeare mewujudkan berbagai emosi, motivasi, dan konflik yang bisa diterima pembaca dari semua lapisan masyarakat.
Manfaat Mempelajari Karya Shakespeare Bagi Siswa
Sebuah studi menyebutkan karya Shakespeare mampu menumbuhkan pemikiran kritis dan literasi budaya. Ketika membaca, siswa akan tenggelam dalam cerita beda abad dan benua.
Hal ini membuatnya mampu mengembangkan apresiasi terhadap berbagai perspektif dan konteks sejarah. Menariknya ada beasiswa terkait Shakespeare loh!
Mengutip The University of Melbourne, pada 1863 pencinta Shakespeare yang merupakan sekelompok warga terkemuka di koloni Victoria mengajukan permohonan untuk mengumpulkan dana bantuan pendidikan.
Pengumpulan dana ini dilakukan untuk memperingati 300 tahun kelahiran Shakespeare. Pada tahun 1866, dana itu diterima pihak The University of Melbourne sebesar Β£752 atau kini Rp 15 juta untuk membuat beasiswa abadi untuk menghormati Shakespeare,
Beasiswa Shakespeare tersedia bagi jenjang S1 jurusan Sastra Inggris dan Studi Teater. Untuk mendapatkannya, siswa harus mengirimkan esai terbaik tentang Shakespeare. Penerima beasiswa kini bisa mendapat manfaat sekitar Rp 96 juta.
Sastra di Kurikulum Indonesia
Meskipun gaung Shakespeare sangat besar di lembaga pendidikan luar negeri, mungkin tidak terlalu terasa di Indonesia. Terlebih Indonesia bukan negara jajahan Inggris yang utama.
Mengutip arsip detikEdu, Inggris memang pernah menjajah Indonesia pada 1811-1816. Kendati begitu, Indonesia tak masuk ke dalam Persemakmuran karena tidak masuk koloninya. Negara tersebut menyerahkan RI ke Belanda berdasarkan Konvensi London.
Itulah sebabnya perkenalan karya Shakespeare di Indonesia tidak sehebat negara koloni Inggris lainnya. Meski begitu, pemerintah Indonesia ikut memberikan perhatian tentang manfaat mengajarkan sastra di dunia pendidikan.
Salah satunya melalui program Sastra Masuk Kurikulum yang dicetuskan pada 20 Mei 2024 lalu. Sastra Masuk Kurikulum ini bertujuan memperkenalkan sastra Indonesia kepada murid dan guru sebagai bahan ajar untuk mengembangkan literasi dan pendidikan karakter.
Namun, ada beberapa judul buku sastra dikritik karena mengandung unsur cabul dan kekerasan. Akhirnya kini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikburistek) menarik dan merevisi rekomendasi buku.
(det/faz)