Benarkah Warna Pink Dulunya Identik untuk Pakaian Laki-laki? Ini Sejarahnya

ADVERTISEMENT

Benarkah Warna Pink Dulunya Identik untuk Pakaian Laki-laki? Ini Sejarahnya

Fahri Zulfikar - detikEdu
Senin, 15 Jul 2024 20:28 WIB
Thailand, blowing, balloon, family, father, son, love, pink color, studio,Air pump
Foto: Getty Images/Erdark/Ilustrasi anak laki-laki menggunakan pakaian warna pink
Jakarta -

Warna pink atau merah muda identik dengan pakaian perempuan. Namun, benarkah warna pink dulunya jadi identitas laki-laki? Kenapa sekarang tidak?

Dalam sejarahnya, penggunaan warna pink untuk pakaian mengalami perkembangan. Pada abad ke-18, pink belum disepakati secara umum sebagai warna yang identik hanya untuk perempuan.

"Jika Anda kembali ke abad ke-18, anak laki-laki dan perempuan dari kelas atas mengenakan warna pink, biru, dan warna lain secara seragam," ucap Valerie Steele, direktur Museum di Fashion Institute of Technology (FIT) di New York, dikutip dari CNN.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan pada 1700-an, banyak laki-laki di Eropa menggunakan warna pink sebagai tanda kekayaan dan kekuasaan, bukan sebagai tanda gender, menurut keterangan di situs Victoria and Albert Museum (VAM), London.


Pink Dianggap sebagai Warna Maskulin

Berbanding terbalik dengan masa kini yang menganggap pink sebagai warna untuk perempuan, dulu warna pink justru dianggap sebagai warna maskulin.

ADVERTISEMENT

Pakar warna dan direktur eksekutif Pantone Color Institute, Leatrice Eiseman, menerangkan bahwa dalam katalog dan buku-buku lama, merah jambu adalah warna anak laki-laki.

Menurutnya, hal ini terkait warna pokok warna pink yakni merah, yang menyimbolkan semangat, gairah, dan agresif.

"Meskipun Anda mengurangi tingkat kecerahannya, (pink) itu adalah warna yang diasosiasikan dengan anak laki-laki," kata Eiseman.

Kala itu, merah muda dan biru, bersama dengan warna pastel lainnya, hadir sebagai warna untuk bayi. Kedua warna tersebut baru dipromosikan sebagai penanda gender sebelum Perang Dunia I.

Kemudian, sebuah tulisan berjudul "Pink or Blue," yang diterbitkan dalam jurnal perdagangan The Infants' Department pada 1918, menyatakan bahwa aturan yang berlaku umum adalah merah muda untuk anak laki-laki dan biru untuk anak perempuan.

"Alasannya adalah warna merah jambu merupakan warna yang tegas dan kuat, lebih cocok untuk anak laki-laki," imbuhnya.

Kapan Akhirnya Pink Identik dengan Warna Perempuan?

Valerie Steele, mengatakan warna pink terkait gender mulai berkembang secara kompleks di Amerika. Pada 1890-an, produsen mulai memberi cap warna pink untuk pakaian anak-anak.

"Di Amerika pada 1890-an dan awal abad ke-20, produsen berusaha menjual lebih banyak pakaian anak-anak dan bayi dengan memberi kode warna pada pakaian tersebut," ucapnya.

Namun, pada masa ini, warna pink masih umum alias belum merujuk pada gender perempuan. Hanya saja mulai muncul perbedaan, karena beberapa produsen baju ada yang menyebut pink untuk laki-laki, seperti sebelumnya, dan ada yang menyebut pink untuk perempuan.

Pada 1927, toko seperti Best & Co. di Manhattan dan Marshall Field di Chicago masih memberi cap warna pink sebagai warna anak laki-laki. Sementara toko lain seperti Macy's di Manhattan dan Wanamaker's di Philadelphia mulai mengidentifikasi warna pink sebagai warna perempuan.

Sejarawan di Universitas Maryland dan penulis "Pink and Blue", Jo B. Paoletti, mengatakan bahwa kesepakatan warna pink untuk gender tertentu kemudian mulai menurun sejak 1940-an.

Pada masa ini, generasi baby boomer tahun 1940-an menjadi generasi pertama yang mengenakan pakaian khusus (yang membedakan pakaian laki-laki dan perempuan). Tetapi pada masa ini, merah muda mulai dianggap sebagai warna anak perempuan, biru menjadi warna anak laki-laki.

"Jadi generasi baby boomer dibesarkan dengan pakaian yang spesifik gender. Anak laki-laki berpakaian seperti ayahnya, anak perempuan seperti ibunya," ungkap Paoletti dikutip dari Smithsonian Magazine.

Dengan pemikiran yang menurun dari kepercayaan orang tuanya, tren warna untuk pakaian anak-anak ini kemudian menurun pada 1960-an dan 1970-an. Faktornya karena gerakan pembebasan perempuan dan pada masa ini tampilan unisex menjadi populer.

Puncaknya, pada 1980-an, pakaian anak-anak yang berorientasi gender kembali menjadi mode. Anak-anak yang lahir dari baby boomer kemudian mulai diasosiasikan dengan tren warna pink untuk perempuan.

Paoletti mengatakan bahwa pada masa ini, sudah mulai populer tes prenatal (semacam tes kehamilan USG) sebelum anak-anak baby boomer lahir. Ini kemudian dimanfaatkan perusahaan untuk mengeluarkan produk bayi dengan warna tertentu. Misal, pink dipromosikan sebagai warna eksklusif untuk perempuan.

Tren warna pink ini dengan cepat menyebar dari alas tidur dan seprai tempat tidur bayi hingga barang-barang mahal seperti kereta bayi, kursi mobil, dan mainan berkuda.

Tren pink sebagai warna anak perempuan ini dengan mudah menyebar karena meningkatnya konsumerisme di kalangan anak-anak dalam beberapa dekade berikutnya.




(faz/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads