Geger Selat Muria, Laut Purba yang Ramai Disebut akan Muncul Kembali

ADVERTISEMENT

Geger Selat Muria, Laut Purba yang Ramai Disebut akan Muncul Kembali

Nikita Rosa - detikEdu
Jumat, 12 Jul 2024 10:00 WIB
Lokasi Selat Muria dengan membandingkan peta kuno dari De Graaf dalam Kerajaan-Kerajaan  Islam  di  Jawa : Peralihan Dari Majapahit ke Mataram dan model rekonstruksi data spasial.
Lokasi Sealt Muria. (Foto: Agus Hartoko, dkk, dalam Rekonstruksi dan Penemuan Perairan Kuno Berbasis Data Satelit Spasial, Terumbu Karang, dan Fosil Moluska di Selat Muria, Jawa Tengah, Indonesia)
Jakarta -

Selat Muria ramai dibahas usai banjir melanda Kabupaten Demak, Grobogan, dan Kudus pada awal 2024. Pasalnya, ketiga wilayah itu sempat dilewati oleh sebuah selat yang telah lama menghilang, bernama Selat Muria.

Selat Muria merupakan selat yang menjadi penghubung antara Pulau Jawa dan Pulau Muria. Seiring berjalannya waktu, selat tersebut tertimbun sedimen dan tidak aktif sejak abad ke-17.

Sejarah Selat Muria

Menurut buku Kesultanan Demak Bintara karya Ali Romdhoni, pada masa kejayaan kerajaan Mataram Islam terdapat hamparan rawa luas antara gunung Muria dan selatan pegunungan Kendeng.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wilayah tersebut adalah bekas Selat Muria yang eksis sejak abad ke-7 hingga abad ke-16 M. Selama abad ke-15 sampai abad 16, Selat Muria atau Selat Gangga merupakan jalur pelayaran yang ramai dilewati oleh kapal-kapal dagang.

Selain menjadi bekas jalur perdagangan, Selat Muria juga merupakan lokasi peninggalan Kerajaan Demak. Dengan letaknya yang strategis, konon kesultanan ini sempat menguasai jalur pelayaran.

ADVERTISEMENT

Saat Selat Muria Menjadi Daratan

Dalam buku Sunan Glagahwangi (Ulama, Mubaligh, Umara, Budayawan) oleh Suparman dan buku Di balik runtuhnya Majapahit dan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Jawa oleh M. Rizal, salah satu penyebab utama berubahnya Selat Muria menjadi daratan adalah karena fenomena geologi endapan fluvio-marin.

Endapan fluvio-marin berasal dari sungai-sungai yang mengarah ke laut utara Pulau Jawa dan menyebabkan selat ini perlahan-lahan mengalami pendangkalan. Semenjak abad ke-17, Selat Muria yang awalnya aktif sebagai jalur pelayaran semakin lama hanya dapat dilintasi oleh kapal dagang di musim-musim tertentu.

Namun, banyaknya material sedimen akhirnya mematikan fungsi pelabuhan Demak secara total. Sejak itu, peran pelabuhan dipindahkan ke wilayah Jepara yang lebih aman.

Apakah Selat Murai akan Muncul Kembali?

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Eko Soebowo menyatakan butuh waktu sangat lama agar Selat Muria bisa muncul kembali. Durasinya jauh melebihi usia manusia.

"Selat Muria tidak mungkin terjadi lagi karena butuh proses jutaan tahun secara geologis," ujarnya dalam Media Lounge Discussion di Komplek BRIN, Jakarta, Kamis (28/3/2024) lalu.

Meski Selat Muria membutuhkan waktu lama untuk muncul kembali, Eko menyoroti bahaya penurunan tanah di wilayah Demak. Ia mendorong pemerintah agar membuat regulasi pencegahan, seperti tidak mengambil tanah hingga menyediakan suplai air.

"Sebaiknya pemerintah membuat regulasi," ujarnya. "Tidak boleh mengambil tanah, menyediakan suplai air," contohnya.




(nir/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads