Tidak hanya terkenal dengan piramida, mumi, dan hieroglif, bangsa Mesir kuno ternyata lebih maju dibanding masyarakat peradaban lainnya. Bangsa ini telah mencapai banyak kemajuan dalam bidang kedokteran selama hadirnya peradaban mereka.
Salah satu buktinya adalah sebuah tengkorak berusia lebih dari 4.000 tahun yang diduga berasal dari Kerajaan Lama Mesir. Tengkorak tersebut diketahui milik seorang laki-laki berusia tiga puluhan dengan tanda-tanda kanker nasofaring (sejenis kanker kepala dan leher).
Bahkan hingga saat ini, kanker tidak dapat disembuhkan. Tapi pada tengkorak ditemukan bekas sayatan di sekitar tiga dari sekian banyak tumor sekunder di tengkorak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini merupakan bukti bila bangsa Mesir kuno pada saat itu melakukan upaya untuk menyembuhkan kanker. Berbagai kemajuan bidang kedokteran di zaman Mesir kuno ini ditemukan pada beberapa papirus (sejenis kertas zaman dahulu) yang masih ada.
Informasi lainnya juga ada di ukiran kuil dan makan serta pemeriksaan ilmiah terhadap sisa-sisa manusia. Akhirnya para peneliti dapat memperoleh banyak informasi tentang praktik medis pada zaman itu.
Sejarah Kedokteran di Mesir Kuno
Masyarakat Mesir menganggap serius bidang pengobatan dan menyebutnya sebagai sebuah seni yang diperlukan. Salah satu upaya mengembangkan bidang ini adalah didirikannya pusat pembelajaran kedokteran yang boleh diikuti laki-laki maupun perempuan sehingga menjadi dokter.
Bila mundur lebih jauh, penyebutan dokter pertama kali ada dalam sejarah Kerajaan Lama Mesir ketika Piramida Giza atau sekitar abad ke-25 SM. Pada saat itu, seorang tabib menyembuhkan penyakit pada lubang hidung Firaun.
Bahkan sebelumnya, sosok yang dikenal sebagai Imhotep mendapat ketenaran sebagai praktisi medis hingga akhirnya didewakan menjadi dewa pengobatan. Imhotep juga memiliki pekerjaan sebagai arsitek, pendeta, dan penasihat politik.
Ketenarannya tersebar ke berbagai wilayah lain. Hingga akhirnya para pemimpin dari Persia dan negara lain konon mencari dokter Mesir untuk menyembuhkan penyakit mereka.
Penyair Yunani, Homer dalam The Odyssey mendeskripsikan orang Mesir lebih ahli di bidang kedokteran dibandingkan manusia manapun. Canggihnya seperti saat ini, beberapa dokter Mesir kuno sudah memiliki spesialisasi tersendiri.
"Setiap dokter khusus menyembuhkan satu penyakit dan tidak lebih. Seluruh negeri ini penuh dengan dokter, ada yang dokter mata, gigi, ada yang berhubungan dengan perut dan ada pula khusus penyakit yang tersembunyi," tulis sejarawan Yunani, Herodotus dikutip dari History.com.
Edgard Camaros, ahli paleontologi di Universitas Santiago de Compostela, Spanyol menyebutkan bila masyarakat Mesir kuno memiliki pengobatan tercanggih yang pernah ada. Bahkan mereka juga memberikan perawatan yang adil bagi penyandang disabilitas.
"Itulah perbedaan besar lainnya antara Mesir dan negara-negara lain di sekitarnya," kata Rosalie David, seorang profesor emeritus Egyptology di Universitas Manchester di Inggris dan salah satu penulis Medicine and Healing Practices in Ancient Egypt.
Jejak Kedokteran di Mesir Kuno
Papirus medis dan berbagai ukiran menggambarkan dokter Mesir kuno mengoperasi pasien menggunakan pisau bedah, penjepit gunting dan peralatan lain yang masih digunakan saat ini. Beberapa jejak pengobatan yang dilalui bangsa Mesir kuno yakni:
1. Upaya mengobati kanker
Seperti yang disebutkan sebelumnya, bila orang Mesir kuno telah berupaya dalam mengobati kanker. Sampai saat ini memang kanker menjadi penyakit mematikan yang tidak dapat disembuhkan.
Pernyataan ini juga diakui oleh orang Mesir kuno dan tertera dalam Papirus Edwin Smith. Papirus ini menggambarkan kasus kanker payudara yang belum ada obatnya.
Parahnya penyakit ini, membuat mereka mencoba untuk menemukan obatnya. Hal ini dijelaskan dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada jurnal Frontiers in Medicine.
Camaros sebagai penulis utama memeriksa tengkorak berusia 4000 tahun lalu secara mikroskopis. Ia yakin hal ini adalah upaya paling awal untuk mengobati kanker atau otopsi postmortem untuk lebih memahami penyakit ini.
"Hal tidak lain adalah intervensi beda dengan fokus medis dan tonggak sejarah dalam sejarah kedokteran," kata Camaros.
Tidak hanya satu, ia juga memeriksa tengkorak lain yang dimiliki seorang wanita berusia lebih dari 50 tahun. Wanita ini diperkirakan hidup pada periode akhir Mesir kuno.
Wanita itu juga mengidap kanker dan kemungkinan besar meninggal karenanya. Namun, sebelum kanker ia juga menderita patah tulang tengkorak yang kemungkinan karena serangan kekerasan. Menakjubkannya, patah tulang itu berhasil diobati oleh dokter Mesir.
2. Alat prostetik tertua dan pasta gigi
Orang Mesir membuat perangkat prostetik tertua di dunia. Prostetik adalah ilmu yang mempelajari tentang cara pemeriksaan hingga pembuatan alat ganti anggota gerak tubuh yang hilang.
Dari berbagai alat prostetik salah satunya adalah kaki tiruan yang terbuat dari kayu dan kulit. Sehingga orang yang tidak memiliki stabilitas bisa leluasa berjalan karena fungsi praktis alat ini.
Untuk perawatan mulut, orang Mesir mengembangkan pasta gigi yang terbuat dari bahan-bahan alami. Seperti cangkang telur, garam natron, dan batu apung, serta menggunakan ranting untuk pembersih gigi dan obat kumur.
Meski begitu, tingkat keahlian mereka dalam hal kesehatan gigi masih diperdebatkan oleh beberapa pakar. Para pakar juga mengatakan mereka kekurangan dokter gigi profesional yang terampil.
3. Alat kontrasepsi dan tes kehamilan
Wanita Mesir kuno memasukkan kotoran buaya yang dicampur dengan daun akasia serta madu/susu asam ke dalam vagina mereka. Hal ini dinyatakan sebagai alat kontrasepsi pada masa itu.
Sedangkan untuk tes kehamilan, para wanita buang air kecil pada jelai dan emmer (sejenis gandum). Mereka juga memanfaatkan berbagai tumbuhan, mineral, dan produk hewani untuk mengobati berbagai hal, dari mulai luka bakar, sakit kepala, demam, bisul, hingga gigitan serangga.
David mengatakan bahwa obat-obatan ini sebagian besar manjur bahkan menurut standar modern. Obat juga dipersiapkan dengan cara yang sama seperti sekarang.
Bedanya, para dokter bangsa Mesir kuno masih identik dengan hal-hal bersifat supernatural. Karena sebagian dari mereka memegang jabatan pendeta.
Ketika pengobatan, banyak mantra-mantra magis dan ritual keagamaan yang dilakukan. Mereka masih percaya bahwa kekuatan supernatural menyebabkan penyakit, mereka juga belum memahami fungsi masing-masing organ dan hanya berasumsi.
Namun, Camaros menjelaskan pendekatan berbasis bukti dalam mengidentifikasi gejala, membuat diagnosis hingga meresepkan obat yang dilakukan masyarakat Mesir kuno merupakan inti dari pengobatan modern.
(det/nwk)