5 Ilmuwan Wanita yang Punya Peran Menakjubkan Sepanjang Sejarah

ADVERTISEMENT

5 Ilmuwan Wanita yang Punya Peran Menakjubkan Sepanjang Sejarah

Devita Savitri - detikEdu
Senin, 08 Jul 2024 09:00 WIB
Maud Leonora Menten dan 4 ilmuwan perempuan ini punya karya yang tidak banyak dunia ketahui.
Maud Leonora Menten dan 4 ilmuwan perempuan ini punya karya yang tidak banyak dunia ketahui. Foto: dok. Image courtesy of portrait artist Irma Councill and The Canadian Medical Hall of Fame via Ensiklopedia Britannica.
Jakarta -

Bila dunia hanya mengenal ilmuwan wanita yang berhasil meraih penghargaan Nobel sains seperti Marie Curie, 5 ilmuwan berikut ini memiliki peran penting namun seakan 'tenggelam' dalam sejarah. Padahal mereka bisa disebut sebagai pionir pada bidang keilmuannya masing-masing.

Pada saat berjuang, bidang sains sebagian besar masih didominasi oleh pria. Sehingga pendapat mereka kerap tidak diakui meskipun baru bagi dunia sains.

Untuk itu, yuk cek daftarnya dikutip detikEdu dari Ensiklopedia Britannica.

5 Ilmuwan Wanita yang Perannya Tenggelam Dalam Sejarah

1. Maud Leonora Menten

Maud Leonora Manten adalah ahli biokimia dan kimia organik asal Kanada yang melakukan penelitian tentang kinetika enzim dengan ahli biokimia kelahiran Jerman bernama Leonor Michaelis. Kerja sama keduanya menghasilkan hipotesis bernama Michaelis-Menten.

Hipotesis ini menjelaskan mekanisme dan kecepatan reaksi reversibel antara enzim dan substratnya. Pada saat dijelaskan, publik terkejut bahwa bagian "Menten" dinamai menurut nama seorang wanita.

Namun pada akhirnya hipotesis tersebut resmi diajukan oleh kedua peneliti itu pada tahun 1912/1913 yang kini secara kolektif dikenal sebagai kinetika Michaelis-Menten.

Dalam pendidikannya, Menten kemudian mempelajari kanker dan memperoleh gelar PhD dalam biokimia. Ia juga memberikan kontribusi penting terkait histokimia.

2. Sophia Louisa Jex-Blake

Pada akhir abad ke-19, dokter Inggris Sophia Louisa Jex-Blake berhasil mengupayakan undang-undang yang mengizinkan perempuan di Inggris menerima gelar medis dan lisensi untuk praktik kedokteran dan bedah. Tidak mudah, Jex-Blake harus melalui jalan berliku untuk menjadi dokter perempuan di Inggris.

Ia pertama kali belajar kedokteran di Queen's College, London hingga University of Edinburgh, tetapi gelar kedokterannya ditolak. Perjuangan itu akhirnya berakhir manis karena Jex-Blake berhasil meraih gelar medis dari University of Bern dan diberikan lisensi untuk praktik oleh King's and Queen's College of Physicians, Dublin.

3. Jewel Plummer Cobb

Jewel Plummer Cobb adalah seorang ahli biologi dan peneliti kanker Amerika Serikat. Selama studinya, ia mempelajari melanin, melanoma, dan kerusakan sel.

Cobb memperoleh gelar dokter dalam bidang fisiologi sel pada tahun 1950 dan memulai kariernya sebagai fellow di National Cancer Institute. Selama kariernya, Cobb menemukan bahwa methotrexate adalah pengobatan yang efektif untuk kanker kulit dan kanker paru-paru tertentu.

Obat tersebut bahkan sampai kini digunakan dalam proses kemoterapi. Kala itu, bidang yang digeluti Cobb didominasi oleh laki-laki berkulit putih. Meski begitu, hal ini tidak mematahkan semangat Cobb dan terus menimba ilmu sekaligus bekerja di sejumlah lembaga bergengsi.

Hingga akhirnya Cobb berhasil mendirikan program untuk mendorong perempuan dan kaum minoritas untuk mempelajari STEM. Pada tahun 1981, ia diangkat menjadi presiden Cal State University, Fullerton.

Keberhasilan ini membuatnya menjadi wanita kulit hitam pertama yang menjabat sebagai presiden universitas negeri di Amerika Serikat bagian barat itu.

4. Cecilia Payne-Gaposchkin

Astronom Amerika kelahiran Inggris Cecilia Payne-Gaposchkin menemukan bahwa bintang sebagian besar terbuat dari hidrogen dan helium. Ia juga menetapkan bahwa bintang dapat diklasifikasikan menurut suhunya.

Dalam tesis untuk meraih gelar doktornya, Payne menggunakan garis spektrum dari banyak elemen. Penelitian ini berbeda dengan karya astrofisikawan India bernama Meghnad Saha.

Saha diketahui telah menemukan persamaan yang menghubungkan status ionisasi suatu elemen dalam bintang dengan suhu. Secara definitif, Saha juga menetapkan bahwa urutan spektrum sesuai dengan suhu bintang dan dapat diukur.

Sedangkan Payne dalam tesisnya juga menetapkan bila bintang sebagian besar terdiri dari hidrogen dan helium. Namun pendapat ini dicekal oleh astronom Henry Norris Russell.

Russell berpikir bahwa binatang memiliki komposisi yang sama dengan Bumi. Walaupun pada akhirnya di tahun 1929 Russell mengakui bila pendapat Payne adalah benar.

Akhirnya Payne menerima gelar PhD pertama dalam bidang astronomi dari Radcliffe College untuk tesisnya. Seharusnya ia bisa mendapat gelar dari Harvard, tapi saat itu mereka tidak memberikan gelar doktor kepada wanita.

Astronom Otto Struve dan Velta Zebergs kemudian menyebut tesis Payne sebagai "tesis PhD paling cemerlang yang pernah ditulis dalam bidang astronomi."

5. Ida Noddack

Ida Noddack adalah seorang ahli kimia Jerman yang turut menemukan unsur kimia renium dan pertama kali mengusulkan gagasan fisi nuklir. Namun, ada perdebatan mengenai hal ini.

Pada tahun 1934, fisikawan Italia bernama Enrico Fermi mengklaim bila kemungkinan produksi unsur atom lebih berat daripada uranium setelah pemboman uranium dengan neutron. Terkait karya ini, Noddack memberikan catatan berbeda.

Menurutnya pemboman uranium sebenarnya dapat menghasilkan inti yang lebih kecil. Pendapat ini adalah usulan pertama dari konsep fisi nuklir.

Namun, catatan Noddack diabaikan karena dinilai menyimpang dari pandangan fisika nuklir dan tidak didukung oleh bukti kimia yang jelas. Hingga akhirnya pada tahun 1938, ahli kimia Jerman Otto Hahn dan Fritz Strassman menunjukkan bila uranium memang telah terpecah menjadi unsur yang lebih ringan sehingga fisi mungkin terjadi.

Setelahnya, di tahun 1939 Noddack menegaskan bila memang penemuannya tentang fisi nuklir. Tetapi Hahn dan Strassman menolak menjawab tuduhan Noddack.




(det/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads