Iklim yang Semakin Panas Ancam Dunia Peternakan dan Pangan, Sapi Punya Trik Ini

ADVERTISEMENT

Iklim yang Semakin Panas Ancam Dunia Peternakan dan Pangan, Sapi Punya Trik Ini

Luthfi Zian Nasifah - detikEdu
Selasa, 02 Jul 2024 09:30 WIB
Deutsch Angus.
Foto: Bernd.K/Wikimedia Command/Sapi Deutsch Angus
Jakarta -

Pemanasan global ternyata memberi dampak yang serius kepada hewan ternak. Sebab, hewan ternak akan mogok makan jika terlalu panas dan pada gilirannya bisa memengaruhi kesehatan dan pertumbuhan ternak.

Profesor Institut Ilmu Pangan dan Pertanian Universitas Florida (UF/IFAS) di departemen ilmu hewan, Raluca Mateescu, mengatakan bahwa perubahan iklim yang meningkatkan suhu menjadi lebih panas, bisa mempersulit pemeliharaan ternak.

"Tekanan panas adalah ancaman utama terhadap ketahanan pangan. Di bawah tekanan panas, pertumbuhan, produksi dan reproduksi ternak terpengaruh," ucapnya, dikutip dari phys.org.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam hal ini, hewan ternak yang bisa tahan atau beradaptasi dengan panas, akan bisa menghadapi kondisi ini. Misalnya seperti sapi, yang bisa menghilangkan sekitar 85% panas tubuhnya melalui keringat.

Sayangnya, tak semua jenis sapi memiliki kemampuan maksimal untuk beradaptasi dengan panas. Oleh karena itu, para ilmuwan coba menyelidiki tentang jenis sapi mana yang memiliki gen bagus untuk menghasilkan banyak keringat.

ADVERTISEMENT

Sapi yang Bisa Beradaptasi dengan Cuaca Panas

Dalam studi baru yang diterbitkan dalam Journal of Animal Science and Biotechnology, Mateescu dan rekan-rekannya, memilih Brangus yang merupakan persilangan antara Brahman dan Angus untuk diteliti.

Peneliti mengatakan bahwa kemampuan memilih sapi untuk diternakkan berdasarkan kemampuan mengeluarkan keringat dapat menghasilkan ternak yang tahan terhadap iklim panas dan tetap tumbuh dan berkembang biak.

Mereka mengamati 2.401 sapi Brangus dari 2 peternakan komersial di Florida. Mereka juga mengamati bahwa tekanan panas di wilayah subtropis merupakan wilayah utara dan selatan dari topik tersebut dan umumnya dianggap terpanas di dunia.

Untuk mengimbangi kondisi yang lebih panas ini, sapi mengonsumsi makanan dalam porsi kecil dan mengalihkan asupan pakan ke waktu yang lebih dingin di siang hari. Asupan makanan menurun ketika suhu lingkungan mencapai 25-27Β°C.

"Hal tersebut menjadi faktor pembatas yang signifikan, sehingga sekitar USD 369 juta produksi daging sapi hilang setiap tahunnya karena penurunan kinerja secara nasional," kata Mateescu.

"Tekanan panas menjadi ancaman besar bagi ketahanan pangan. Di bawah kondisi panas yang ekstrem, pertumbuhan, produksi, dan reproduksi ternak mengalami gangguan," lanjutnya.

Ketika suhu udara mencapai 30Β°C, pendinginan evaporatif dengan berkeringat adalah mekanisme utama pembuangan panas pada sapi.

Persilangan Ras Sapi Brahman dan Angus

Studi Mateescu juga menunjukkan bahwa ada kemungkinan untuk menemukan gen yang dapat menghasilkan keturunan yang lebih banyak berkeringat dan tahan terhadap panas pada ras sapi.

Untuk mengurangi dampak lingkungan yang panas dan lembap, produsen sapi potong mengawinkan sapi Brahman dan Angus menjadi sapi Brangus.

Keturunan ini menggabungkan karakteristik unggul dari ras pendirinya, yaitu kualitas tinggi daging Angus dan kemampuan beradaptasi, ketahanan terhadap penyakit, serta peningkatan toleransi suhu (thermotolerance) dari Brahman.

Thermotolerance adalah kemampuan hewan untuk mengatur suhu tubuh secara efisien dalam kondisi tekanan panas sambil mempertahankan tingkat produksi yang sama.

Penelitian Mateescu menemukan perbedaan signifikan pada sifat kulit terkait kemampuan pertukaran panas antara sapi Brahman dan Angus. Adanya kemungkinan pengendalian genetik terhadap variasi alami sifat kelenjar keringat pada sapi potong belum tersedia.

Terkait hal tersebut, biopsi kulit membantu para peneliti menentukan fenotipe yang berkontribusi terhadap kemampuan hewan dalam mengelola tekanan panas, seperti luas dan panjang kelenjar keringat.

Variasi fenotipik dalam jumlah sedang hingga besar disebabkan oleh faktor genetika sehingga memberikan panduan strategi pemuliaan yang ditargetkan untuk meningkatkan sifat-sifat ini secara efisien.

Dalam hal ini berarti genetika dari gen Brahman dan Angus berkontribusi positif terhadap kemampuan berkeringat pada sapi Brangus.

Bisakah Membuat Sapi Terus Berkeringat?

Tidak harus bergantung pada ras sapi, kita dapat memilih sapi untuk diternakkan berdasarkan kemampuan mereka berkeringat. Kita dapat menghasilkan ternak yang tahan terhadap iklim panas dan tetap mampu tumbuh serta berkembang biak dengan baik.

"Kita juga bisa memengaruhi kemampuan ternak agar dapat berkembang dalam kondisi dengan tekanan panas. Mereka tidak akan dapat bereproduksi, sehingga ada kekhawatiran mengenai keamanan pangan," jelas Mateescu.

Studi Mateescu menemukan bahwa variasi moderat dalam kemampuan berkeringat bersifat genetik, sehingga peternak sapi dapat memilih sapi yang lebih banyak berkeringat berdasarkan penanda genetik.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads