Sejak lama Bumi tengah dihadapkan pada menipisnya lapisan ozon di atmosfer yang bisa merugikan makhluk hidup. Namun, belum lama ini, para ilmuwan berhasil mencapai babak baru dalam melindungi ozon.
Pada 11 Juni 2024, para ilmuwan mengatakan telah mencapai 'keberhasilan global yang besar' pada upaya internasional dalam melindungi lapisan ozon, yakni perisai yang melindungi kehidupan di Bumi dari tingkat sinar ultraviolet Matahari yang berbahaya.
Keberhasilan ini diklarifikasi setelah mengungkapkan bahwa gas-gas yang merusak di atmosfer berkurang lebih cepat dari apa yang diperkirakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti yang diketahui bahwa ozon merupakan gas yang secara alami terdapat di atmosfer. Ozon mengandung unsur-unsur kimia terdiri dari tiga macam atom oksigen atau OΠ·.
Penipisan ozon ini akan mengakibatkan sejumlah bahaya yang mengintai manusia. Beberapa di antaranya adalah menyebabkan kanker kulit, menyebabkan katarak, hingga melemahkan sistem imunitas pada badan.
Selain itu, penipisan ozon juga berdampak pada mencairnya es di kutub-kutub Bumi, naiknya permukaan air laut, memusnahkan hasil pertanian dan kehidupan laut, hingga menyebabkan pemanasan global.
Keberhasilan Penurunan HCFC
Keberhasilan yang baru dicapai para ilmuwan internasional ini juga menjadi bukti tercapainya Protokol Montreal yang ditandatangani pada tahun 1987. Protokol tersebut bertujuan untuk menghapuskan zat-zat perusak ozon (ODS), terutama akibat mesin pendingin, AC, dan semprotan aerosol.
Protokol Montreal ini berlaku untuk mengendalikan produksi dan konsumsi klorofluorokarbon (CFC) yang dilepaskan ke atmosfer hingga mengakibatkan penipisan ozon stratosfer. Lalu CFC hilang pada tahun 2010.
Studi oleh Luke Western dan rekan penelitinya meneliti tingkat polutan di atmosfer berdasarkan data Advanced Global Atmospheric Gases Experiment dan US National Atmospheric and Oceanic Administration.
Penelitian menemukan bahwa tingkat emisi hidroklorofluorokarbon (HCFC) di atmosfer, gas berbahaya yang menyebabkan lubang di lapisan ozon mencapai puncaknya pada tahun 2021, lima tahun lebih cepat dari perkiraan.
"Ini merupakan kesuksesan besar. Kami melihat semuanya berjalan ke arah yang benar," ujar Luke Western, penulis utama studi yang berasal dari University of Bristol, Inggris, dikutip dari Science Alert.
Western mengaitkan penurunan tajam HCFC dengan efektivitas Protokol Montreal dan peraturan nasional yang lebih ketat, serta pergeseran industri dalam mengantisipasi pelarangan polutan ini.
Protokol Montreal bermanfaat dalam mitigasi perubahan iklim dan hilangnya lapisan ozon stratosfer.
"Dalam menerapkan kontrol yang ketat dan mendorong penerapan alternatif ramah ozon, protokol ini telah berhasil membatasi pelepasan dan kadar HCFC ke atmosfer," kata Western.
"Tanpa Protokol Montreal, keberhasilan tidak mungkin diraih. Jadi, protokol ini merupakan dukungan besar terhadap komitmen multilateral untuk mengatasi penipisan ozon di stratosfer dengan manfaat tambahan dalam mengatasi perubahan iklim akibat manusia," tambahnya.
Dampak HCFC dan CFC terhadap Lapisan Ozon
Bahan kimia HCFC yang menggantikan CFC, terutama untuk pendinginan, pengkondisian udara, dan peniupan isolasi busa diperkirakan akan dihapuskan pada 2040.
Menurut studi, HCFC sebagai bahan baku untuk produksi bahan kimia lainnya seperti HFC dan polytetrafluoroethylene akan terus berlanjut di masa depan.
HCFC menahan panas di atmosfer bumi dan berpengaruh terhadap iklim serta keseimbangan energi radiasi. Penurunan dalam dampaknya terhadap pemanasan global menyebabkan pengurangan yang lebih kecil dalam pemanasan global secara keseluruhan.
Meskipun HCFC memiliki potensi penipisan ozon yang jauh lebih rendah dibandingkan CFC, HCFC tetap zat perusak ozon dan gas rumah kaca yang kuat,
"Dalam hal kebijakan lingkungan hidup, ada optimisme bahwa perjanjian lingkungan hidup dapat berhasil jika dipatuhi dan diikuti dengan benar," ujar Western.
Baik CFC maupun HCFC juga merupakan gas rumah kaca yang kuat, artinya penurunan jumlah gas tersebut juga membantu upaya melawan pemanasan global.
CFC dapat bertahan di atmosfer selama ratusan tahun, sementara HCFC memiliki usia sekitar 20 tahun.
Meskipun produk-produk tersebut telah berhenti diproduksi, penggunaannya di masa lampau akan terus memiliki dampak terhadap lapisan ozon pada masa depan.
Butuh 40 Tahun Lagi untuk Ozon Bisa Pulih
Pada 2023, Program Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memproyeksikan bahwa akan dibutuhkan 40 tahun bagi lapisan ozon untuk pulih ke kondisi sebelum lubang ozon pertama kali terdeteksi pada tahun 1980-an.
Dikutip dari Down to Earth, penelitian juga memprediksi bahwa HCFC akan kembali ke nilai seperti pada tahun 1980 di tahun 2082 untuk pemaksaan radiasi pada tahun 2087.
(faz/faz)