Candid Bisa Bagus, Kenapa Banyak Orang Sulit Tersenyum Alami Saat Foto?

ADVERTISEMENT

Candid Bisa Bagus, Kenapa Banyak Orang Sulit Tersenyum Alami Saat Foto?

Callan Rahmadyvi, Fahri Zulfikar - detikEdu
Minggu, 30 Jun 2024 17:00 WIB
Pretty lady with open mouth hold, arms on cheekbones wear formal-wear red jacket isolated burgundy background
Foto: iStockphoto/Deagreez/Ilustrasi foto dengan ekspresi tersenyum
Jakarta -

Pernahkah detikers merasa bahwa foto yang diambil diam-diam atau candid seringkali lebih baik dibandingkan foto dengan melakukan pose senyum yang sengaja? Biasanya, sengaja pose senyum agar terlihat alami justru sulit dilakukan. Kenapa ya?

Saat foto diambil diam-diam, ekspresi yang tertangkap seringkali alami, termasuk ketika senyum. Namun, ketika melakukan pose karena sengaja untuk foto, kita seringkali kesulitan untuk menampilkan ekspresi yang alami.

Meski pada akhirnya orang tidak tahu apakah kita tersenyum tulus atau tidak, tapi kita bisa merasakannya. Orang mungkin melihat senyum kita saat foto terlihat alami, padahal mungkin kita sadar itu hanya sebuah pose.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas apa beda senyum alami dan senyum palsu?


Beda Senyum Palsu dan Senyum Alami

Mengutip situs Wired Orthodontics, senyuman alami ternyata melibatkan penggunaan otot-otot di sekitar mulut dan mata. Maka dari itu, banyak anggapan bahwa senyum yang tulus bisa terlihat dari mata.

ADVERTISEMENT

Umumnya, senyuman tulus ini bisa dipicu oleh pengalaman bahagia yang spontan. Saat tersenyum tulus, otot-otot di dekat mata menjadi aktif.

Senyuman tulus juga dikenal dalam istilah ilmiah sebagai senyuman Duchenne, yang dinamai menurut ahli anatomi Prancis B. Duchenne. Ia adalah ahli yang mengamati senyuman untuk pertama kalinya, dan menyimpulkan bahwa senyuman muncul dari kegembiraan yang ditandai oleh dua gerakan otot utama.

Pertama, otot zygomaticus mayor yang mengarahkan mulut ke atas saat tersenyum. Kedua, ada orbicularis oculi, yang menyebabkan kulit di sekitar mata berkumpul menjadi lipatan menyerupai keriput, sebagaimana keterangan yang dikutip Science ABC.

Menurut Duchenne, lipatan yang ada di orbicularis oculi diaktifkan hanya pada senyuman yang dihasilkan dari kenikmatan atau kebahagiaan yang dialami secara spontan.

Biasanya, pergerakan otot-otot tersebut tidak ada pada kasus senyuman yang dipaksakan, terutama saat senyumannya kecil, seperti seringai.

Keterlibatan Otak dalam Menghasilkan Senyuman

Perlu diketahui bahwa otak kita memiliki jalur saraf yang berbeda untuk ekspresi wajah yang tidak disengaja, emosional, dan sukarela.

Dalam hal ini, senyuman yang tulus berakar pada inti subkortikal, yang meliputi ganglia basalis dan struktur sistem limbik, seperti amigdala dan hipotalamus.

Amigdala ini memainkan peran penting dalam mengenali ekspresi wajah dan memproses rangsangan yang membangkitkan emosi positif. Emosi kemudian diterjemahkan ke dalam ekspresi wajah yang diatur oleh sistem motorik ekstrapiramidal, yang mengatur gerakan otomatis yang tidak disengaja.

Sementara senyuman palsu dimulai di korteks motorik dan kemudian disalurkan melalui sistem motorik piramidal yang bertanggung jawab atas gerakan sukarela.

Jadi, ketika akan mencoba senyuman ideal dalam sebuah foto, otak akan mengikuti perintah, kemudian mengarahkan otot-otot wajah untuk membentuk senyuman.

Proses ini berbeda dengan senyuman tulus, karena bisa muncul dengan mudah saat merasakan kegembiraan yang terlalu tulus untuk disembunyikan.

Kenapa Sulit Melakukan Senyum yang Alami?

Bagi sebagian orang yang sudah terbiasa di depan kamera dan bisa mengekspresikan keinginan dengan baik, maka tersenyum untuk pose foto mudah dilakukan.

Namun bagi orang yang tidak terbiasa di depan kamera, maka akan kesulitan. Bagi mereka yang sulit, ini lebih dari sekadar tindakan fisik menaikkan sudut mulut dan mengerutkan mata.

Untuk bisa tersenyum untuk pose foto, terdapat faktor lain seperti isyarat sosial, norma budaya, dan psikologi juga terlibat.

Salah satu alasan paling umum yang membuat kita sering canggung di depan kamera adalah meningkatnya kesadaran akan penampilan. Pada akhirnya, kita terjebak pada pemikiran bagaimana penampilan kita di kamera alih-alih harus melatih senyum dengan tulus.

Di sisi lain, senyuman juga dapat dirasakan secara berbeda dalam budaya yang berbeda. Misalnya, senyuman lebar yang tampak ramah bagi sebagian orang mungkin tampak tidak tulus, berlebihan, dan tidak dapat dipercaya oleh orang lain.

Jadi untuk bisa tersenyum saat foto, kita bisa berinteraksi secara alami atau mengingat momen menyenangkan sehingga bisa memberikan otak alasan yang tulus untuk merasa bahagia.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads