Sebelumnya belum ada yang tahu isi dari tulisan yang ada pada prasasti tersebut. Dua ribu tahun setelahnya, barulah prasasti ini dapat diketahui isinya.
George Smith, seorang peneliti berhasil mengidentifikasi aksara paku dan menjadi orang pertama yang membacanya.
"Saya adalah orang pertama yang membacanya setelah lebih dari dua ribu tahun terlupakan," menurut George Smith dalam Smithsonian yang dikutip dalam Live Science (19/06/2024).
Prasasti ini adalah tablet ke-11 dari Epos Gilgamesh, yaitu potongan fragmen dari tanah liat yang telah melalui proses pemanggangan agar keras dan awet. Dalam tablet tersebut, terdapat tulisan yang terukir dengan menggunakan aksara paku dan dianggap menjadi salah satu karya sastra tertua di dunia.
Diperkirakan tablet ini berasal dari abad ketujuh sebelum Masehi, kemudian ditemukan pada abad ke-19. Lantas bagaimana isi dari aksara paku dalam tablet ini?
Isi Artefak Mirip dengan Kisah Bahtera Nuh
Dalam tablet tersebut, aksara paku menceritakan bagaimana para dewa mengirimkan banjir untuk menghancurkan Bumi. Akan tetapi, terdapat dewa yang bernama EA memberitahu Utu-Napishtim yaitu penguasa kerajaan kuno untuk membuat sebuah perahu agar dapat menyelamatkan dirinya, keluarga, serta berbagai jenis burung dan binatang.
Sama seperti kisah Bahtera Nuh yang kita ketahui, dalam aksara paku juga diceritakan jika tokoh utama melepaskan burung untuk melihat apakah banjir sudah surut dan muncul daratan. Setelah menemukan daratan, Utu napishtim kemudian menceritakan bagaimana pengalamannya kepada Gilgamesh, sehingga kisah tersebut dikenal seperti dalam tablet tersebut.
Selain tablet ini, ternyata ada tablet dengan aksara paku lain yang telah ditemukan jauh lebih tua dengan memiliki kesamaan cerita banjir bahtera Nuh. Kini, artefak tablet ini adalah bagian dari koleksi permanen British Museum.
(Nur wasilatus Sholeha/nah)