Pantai Olie Pier di kawasan Manggar, Kab. Belitung Timur, dulunya merupakan stasiun pengisian minyak kapal-kapal-kapal timah yang hendak berlabuh. Kapal-kapal tersebut dioperasikan untuk membawa hasil tambang ke luar Belitung.
Pantai yang tertutup semak-semak tersebut menyisakan peninggalan sisa-sisa stasiun pengisian minyak. Lokasinya di bibir pantai semula dimaksudkan agar kapal pembawa minyak lebih mudah bersandar.
Situs Budaya Olie Pier merupakan salah satu bukti sejarah yang tersisa di Belitung Timur. Namun, situs ini rentan tergerus alam dan aktivitas manusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peneliti Anninda Sabina dan rekan-rekan-rekan dalam Geojournal of Tourism and Geosites (2024) menjelaskan, kondisi Olie Pier menurun dari waktu ke waktu. Sebagian dermaga (pier) kini menyisakan tonggaknya saja.
Menengok kondisi di Olie Pier lebih jauh, tim peneliti coba memperkirakan perubahan garis pantai di situs peninggalan sejarah pelabuhan Olie Pier menggunakan geographic information system (GIS). Berikut temuannya.
Erosi, Akresi, dan Abrasi di Manggar
Peneliti menjelaskan, daerah pesisir sebagai pertemuan daratan dan laut sangat rentan pada perubahan alami maupun buatan manusia. Garis pantai terus-menerus mengalami perubahan akibat interaksinya dengan ombak, pasang, dan arus laut.
Di Belitung Timur, dampak alami tersebut diperburuk aktivitas penambangan timah intensif. Akibatnya, terjadi erosi pesisir yang parah dan kerusakan lingkungan.
Berdasarkan teknologi penginderaan jarak jauh (remote sensing), pada 2015-2023, daerah pesisir Manggar, Belitung Timur mengalami perubahan garis pantai akibat erosi dan akresi (penambahan daratan ke laut).
"Erosi terparah terjadi di Desa Lalang, dengan garis pantai maju 65,38 meter, dengan laju kemunduran 8,78 meter per tahun," tulis peneliti.
Sedangkan akresi tertinggi terjadi di Desa baru, dengan penambahan garis daratan hingga 56,68 meter, laju kemajuan garis 7,61 meter per tahun. Kendati daratan jadi bertambah dari sedimentasi, tetapi akresi dapat merugikan warga karena memengaruhi ketidakstabilan garis pantai.
Sementara itu, situs Olie Pier secara umum mengalami abrasi ringan. Peneliti memperkirakan, sedimen campuran dari pasir halus dan batu mempengaruhi abrasi di Olie Pier sehingga tidak separah titik lain. Sebab, pantai berbatu dapat lebih kuat menahan dampak ombak.
"Jarak abrasi terjauhnya mencapai 56,08 meter, dengan laju kemunduran garis pantai 7,53 meter per tahun," lapor peneliti.
Peneliti menjelaskan, perubahan garis pantai di pesisir Manggar secara keseluruhan termasuk kategori erosi sedang. Fenomena perubahan garis pantai tersebut dipengaruhi oleh faktor oseanografi seperti arus laut, pasang, angin, dan batimetri , yaitu pengukuran ciri-ciri fisik badan air.
Fenomena ini diperkirakan terjadi karena kondisi sebagai perairan terbuka di Belitung Timur yang bersinggungan langsung dengan Selat Karimata. Akibatnya, energi ombak yang tercipta meningkatkan kecepatan angin.
Poster penelitian mereka dipamerkan dalam (Early Career Professionals (ECP) Poster and Networking Indonesia 2024, Asia Pacific Network (APN) for Global Change Research di Gedung BJ Habibie, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Jakarta, Kamis (13/6/2024).
(twu/pal)