Situs Misterius Seahenge di Inggris Terungkap, Ternyata untuk Ritual

ADVERTISEMENT

Situs Misterius Seahenge di Inggris Terungkap, Ternyata untuk Ritual

Luthfi Zian Nasifah - detikEdu
Rabu, 12 Jun 2024 20:00 WIB
Seahenge di Inggris, sebelum digali pada tahun 1999.
Foto: Image: Mark Brennand via Live Science/'Seahenge' di Inggris, sebelum digali pada tahun 199
Jakarta -

Sebuah monumen misterius peninggalan peradaban masa lalu di Inggris berhasil diungkap oleh peneliti. Monumen yang berada di rawa-rawa air asin ini diketahui dibangun pada ribuan tahun lalu.

Monumen tersebut dinamakan Seahenge atau Holme I. Situs prasejarah ini terdiri dari tunggul pohon ek terbalik dan dikelilingi 55 batang kayu yang sama. Letaknya berada sebuah pantai di Norfolk, Inggris.

Selama ini, monumen terbengkalai di Inggris itu tidak diketahui tujuan atau maknanya. Namun, seiring penemuan Holme II di kemudian hari, situs Seahenge ini pun terungkap.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Situs yang Diduga untuk Ritual

Ketika terjadi erosi pasang surut, situs misterius Zaman Perunggu itu mulai dapat diidentifikasi oleh para arkeolog.

Melansir Science Alert, peneliti menduga bahwa situs misterius tersebut memiliki unsur spiritual. Monumen dan bangunan serupa di dekatnya diciptakan untuk ritual iklim di musim dingin yang parah melanda wilayah tersebut.

ADVERTISEMENT

Seahenge ini diketahui dibangun pada tahun 2049 sebelum Masehi dan tidak memiliki risiko erosi pasang surut. Situs ini dilindungi oleh bukit pasir dan dataran lumpur dan kayu-kayunya dikelilingi oleh tanah gambut yang melindunginya dari pembusukan.

Selama ribuan tahun, lumpur dan pasir menumpuk hingga dapat menyembunyikan lingkaran mistik itu.

Adapun Seahenge yang terlihat akhir-akhir ini menjadi kisah iklim tersendiri dari salah satu banyaknya alat pengukur arkeologi yang terekspos oleh pasang surut air laut. Hal tersebut menunjukkan bahwa permukaan air laut merambah daratan lebih tinggi daripada yang pernah terjadi selama ribuan tahun.

Perseteruan dengan Warga Setempat

Pada 1999, para arkeolog mulai menggali situs tersebut dengan tujuan melestarikan dan melakukan relokasi. Media menjulukinya sebagai Seahenge, meskipun itu bukan sebuah henge (jenis pekerjaan tanah Neolitikum) yang sebenarnya.

Kelompok pagan dan New Age bersama penduduk setempat memprotes penggalian tersebut, mengklaim situs tersebut, kemudian menuntut agar situs tersebut disimpan di tempat yang seharusnya.

Para arkeolog pun memajang Seahenge di Museum Lynn, diawetkan dengan lilin di tempat dulunya air laut berada.

Penemuan Holme II

Sementara itu, Holme II kemudian ditemukan sekitar waktu yang sama, yaitu sejauh 100 meter dari Holme I. Penemuan tersebut masih ditinggalkan di tempatnya dan terus terpapar gelombang laut yang telah menghanyutkan sebagian besar dari situsnya.

Arkeolog dari University of Aberdeen, David Nance, mengemukakan teori bahwa situs yang hancur dan tetangganya dibangun untuk menghadapi kesulitan yang disebabkan oleh perubahan iklim di masa lalu.

"Pada periode pembangunannya 4000 tahun yang lalu, merupakan periode penurunan suhu atmosfer yang berkepanjangan dan musim dingin yang parah serta akhir musim semi yang menempatkan masyarakat pesisir awal di bawah tekanan," ujar Nance.

"Sepertinya situs-situs ini memiliki tujuan yang sama, yaitu mengakhiri ancaman eksistensial ini. Akan tetapi, mereka memiliki fungsi yang berbeda," imbuhnya.

Teori Nance bertentangan dengan anggapan sebelumnya bahwa ini adalah situs peringatan dan mengacu pada data iklim dan lingkungan, bukti astronomi dan biologis, serta cerita rakyat regional.

Dia mencatat bahwa kayu-kayu tersebut ditebang pada musim semi dan diatur agar sejajar dengan Matahari terbit pada titik balik matahari musim panas.

Nance yakin bahwa situs tersebut dirancang untuk 'menangkap' burung kukuk dan dapat memperpanjang musim panas.

Nance juga berpendapat bahwa Holme II diduga berisi tubuh manusia yang dibangun untuk 'menampung tubuh pengorbanan ritual dari permaisuri 'Dewa Venus'. Tubuh ini dikorbankan untuk ritual delapan tahun sekali di Samhain, bertepatan dengan siklus 8 tahun Venus.

"Peralatan di Holme II diyakini menyimpan peti mati yang berorientasi pada matahari terbit di Samhain pada tahun 2049 SM, ketika Venus masih dapat dilihat," tutur Nance.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads