NASA Bakal Tempatkan 'Bintang' Baru di Langit pada Akhir Dekade Ini

ADVERTISEMENT

NASA Bakal Tempatkan 'Bintang' Baru di Langit pada Akhir Dekade Ini

Novia Aisyah - detikEdu
Selasa, 18 Jun 2024 20:00 WIB
Gugusan bintang NGC 2264
Foto: NASA/XCX/SAO
Jakarta -

Ilmuwan mengumumkan misi NASA (Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat) yang pertama untuk menempatkan "bintang" baru di langit pada akhir dekade ini. Hal ini bertujuan membantu memecahkan berbagai misteri terbesar alam semesta.

Misi Luar Angkasa NASA yang dinamai Landolt itu bertujuan untuk mengirim satelit bintang buatan ke orbit mengelilingi Bumi pada awal 2029. Informasi tersebut diungkap oleh Peter Plavchan, astronom di Universitas George Mason di Virginia dan peneliti utama misi Landolt, kepada Live Science.

Satelit ini akan berukuran sebesar kotak roti dan akan dilengkapi dengan delapan laser yang memungkinkannya meniru hampir semua jenis bintang atau supernova dari seluruh kosmos bila dilihat dengan teleskop berbasis darat, jelas Plavchan. Satelit ini akan membantu para astronom meningkatkan cara mereka mempelajari versi sebenarnya dari objek-objek tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bintang palsu itu akan ditempatkan tepat 22.236 mil (35.785 kilometer) di atas permukaan bumi, menurut pernyataan para peneliti. Hal ini akan menempatkan satelit pada orbit geosynchronous di sekitar planet kita, yang berarti kecepatannya akan sesuai dengan putaran bumi sehingga akan terlihat tetap pada tempatnya di langit malam.

Apakah Bisa Dilihat Semua Orang?

Untuk tahun pertama misinya, para peneliti merencanakan titik tetap ini berada di atas Amerika Serikat, kata Plavcham. Namun bukan berarti semua orang bisa melihat bintang baru itu di langit malam.

ADVERTISEMENT

"(Bintang) ini akan 100 kali lebih redup untuk dilihat dengan mata manusia tetapi akan mudah dilihat oleh teleskop berukuran sedang yang dilengkapi kamera digital," jelas Plavchan.

Nama misi baru tersebut diambil dari nama mendiang Arlo Landolt, yang membantu menciptakan katalog kecerahan bintang yang ekstensif. Plavchan menyebut NASA secara resmi memberi lampu hijau pada misi tersebut pada Februari, tetapi baru diumumkan ke publik pada 10 Juni.

Proyek ini kemungkinan akan memiliki tim yang terdiri dari sekitar 30 orang dan diperkirakan menelan biaya sekitar USD 19,5 juta (sekitar Rp 320 miliar).

Tujuan utama Landolt adalah membantu para astronom menghitung kalibrasi fluks absolut bintang-bintang jauh. Kalibrasi fluks absolut adalah pengukuran laju partikel cahaya, atau foton, yang dipancarkan oleh bintang, yang saat ini sulit ditentukan secara akurat.

Hal ini sebagian disebabkan karena gangguan atmosfer mengubah cahaya yang diamati oleh teleskop berbasis darat, tetapi juga karena tidak ada titik referensi nyata untuk kalibrasi fluks absolut, selain matahari.

Karena para peneliti dapat mengontrol keluaran foton dari satelit buatan mereka, bintang palsu tersebut akan menjadi titik referensi yang dapat diandalkan teleskop untuk membandingkannya dengan bintang asli.

Hal ini diharapkan dapat membantu para astronom untuk menentukan kapasitas fluks absolut sebuah bintang hingga sekitar 0,25% dari nilai sebenarnya, yaitu sekitar 10 kali lebih akurat daripada perkiraan saat ini.

Ahli Yakin Bermanfaat untuk Astronomi

Empat teleskop berbasis darat telah dialokasikan untuk fokus pada bintang buatan yaitu teleskop 0,8 meter (2,6 kaki) Universitas George Mason, teleskop UH88 di Observatorium Mauna Kea di Hawaii, Teleskop Hale di Observatorium Palomar di California, dan Teleskop Vera yang akan datang. Observatorium C.Rubin, yang saat ini sedang dibangun di Chili dan dijadwalkan mulai memindai langit tahun depan.

Jarang sekali misi luar angkasa melibatkan teknologi permukaan dan orbital yang saling terhubung dengan cara ini, menurut Plavcham.

"Ini adalah contoh modern pertama dari apa yang dianggap sebagai misi hibrida yang memerlukan penggunaan fasilitas baik di darat maupun di luar angkasa untuk bekerja sama untuk melakukan pengukuran," jelasnya.

Para peneliti percaya kemampuan mengukur kecerahan dan jarak bintang dengan lebih akurat akan menghasilkan manfaat besar bagi berbagai bidang astronomi. Misalnya, hal ini dapat membantu mendeteksi lebih banyak exoplanet di sekitar bintang asing, sekaligus menentukan usia sebuah bintang dan bagaimana bintang lain berevolusi seiring waktu.

Tujuan utama lainnya dari misi Landolt adalah membantu para peneliti dalam mempelajari energi gelap dan secara akurat menentukan laju perluasan alam semesta, yang saat ini merupakan salah satu masalah terbesar kosmologi.




(nah/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads