Berapa Banyak Bintang Mati dalam Setahun di Galaksi Bima Sakti?

ADVERTISEMENT

Berapa Banyak Bintang Mati dalam Setahun di Galaksi Bima Sakti?

Callan Rahmadyvi Triyunanto - detikEdu
Sabtu, 08 Jun 2024 14:00 WIB
CALIFORNIA, USA - APRIL 24: Stars in the sky and Milky Way captured near Death Valley in Panamint Springs of California, United States on April 24, 2023. (Photo by Tayfun Coskun/Anadolu Agency via Getty Images)
Berapa banyak bintang yang mati setiap tahun di Galaksi Bima Sakti? Foto: Anadolu Agency via Getty Images/Anadolu Agency
Jakarta -

Tahukah, detikers, bintang-bintang mengalami kelahiran dan kematian? Bintang terbentuk dari gabungan gas kosmik dan debu melalui proses gravitasi, kemudian hancur akibat gravitasinya sendiri.

Dikutip dari BBC Sky at Night, astronom Paul Roche mengatakan para astronom meyakini Galaksi Bima Sakti, tempat manusia hidup, menghasilkan sekitar tujuh bintang per tahun. Sekitar 90 persen kandungan gas Bima Sakti telah diubah menjadi bintang.

Pada perkiraan kematian bintang di Bima Sakti, Chair of Astronomy Education di Cardiff University itu mengatakan sekitar dua bintang bermassa tinggi meledak dalam peristiwa supernova setiap 100 tahun. Sedangkan satu bintang bermassa tidak tinggi setiap tahun berubah menjadi nebula planet, yaitu awan antarbintang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Supernova atau adinaya adalah ledakan berenergi sangat tinggi dari bintang besar dan masif akibat keruntuhan inti gravitasinya. Supernova terjadi di tahap terakhir evolusi bintang masif.

Ledakan bintang besar ini sangat terang. Kekuatannya memungkinkan ledakan bintang tampak selama beberapa bulan, seperti dikutip dari NASA Space Place.

ADVERTISEMENT

Hitung-hitungan Bintang Mati

Sedangkan dalam laman Astronomy, kandidat PhD David Sweeney dan Dosen Astronomi Peter Tuthill dari Sydney Institute for Astronomy, University of Sydney mengatakan ledakan supernova dari hancurnya inti bintang (supernova tipe II) terjadi tiap 60 tahun sekali.

Sementara itu, satu bintang bermassa rendah atau menengah mati setiap 2 tahun sekali. Ditambah dengan supernova, maka sekitar 52 bintang mati setiap 100 tahun, atau rata-rata satu bintang mati setiap 1,9 tahun.

Sweeney dan Tuthill mengatakan, perhitungan di atas belum termasuk brown dwarfs (katai cokelat). Dikutip dari laman Starchild Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA), katai cokelat dijuluki sebagai 'bintang gagal' karena objek langit ini bisa bersinar seperti bintang pada umumnya, tetapi tidak bisa kuat menahan fusi nuklir hidrogen dalam jangka panjang.

Katai cokelat bersinar dengan cara membakar deuterium (isotop hidrogen), kadang-kadang-kadang juga litium. Saat 'bahan bakar' cahaya habis, yang tersisa dari katai cokelat adalah objek gelap dari gas dingin.

Kendati bernama dwarf alias kerdil, ukuran brown dwarf bisa mencapai besar Jupiter. NASA memperkirakan jumlahnya juga banyak di Bima Sakti, sekitar 100 miliar katai cokelat.

Karena itu, jika kematian katai cokelat juga diperhitungkan, maka 1-3 bintang mati setiap tahun.

Bintang Mati yang Menjadi Nebula Planet

Nebula planet (awan antarbintang) terbentuk dari lapisan luar bintang bermassa tidak besar yang sekarat, seperti dikutip dari laman European Space Agency (ESA)/Hubble.

Contohnya, sebuah nebula terbentuk dari bintang dengan massa menengah yang mati. Massa menengah dalam hal ini lebih besar dari 80% massa Matahari, tetapi kurang dari delapan kali massa Matahari.

Bintang-bintang dengan massa menengah yang sekarat akan mengembang dan membentuk raksasa merah. Saat sekarat, bintang tersebut terus-menerus mengeluarkan gas, sedangkan bagian intinya berkontraksi dan mulai memancarkan energi lagi.

Energi sementara tersebut menyebabkan gas yang dikeluarkan terionisasi. Dengan begitu, atom dan molekul di dalam gas menjadi bermuatan dan mulai memancarkan cahaya. Gas pijar yang terbuang itulah yang dikenal sebagai nebula planet.

Karena itu, nebula planet diklasifikasikan sebagai nebula emisi dan tidak ada hubungannya dengan planet. Kesalahan penamaan ini muncul pada 250 tahun, saat astronom mengira mereka sedang melihat planet gas ketika mengamati pemandangan warna-warni nebula planet lewat teleskop yang belum secanggih sekarang.

Nebula planet hanya bertahan sekitar 20.000 tahun, sedangkan sebuah bintang bisa berumur hingga miliaran tahun. Karena itu, nebula planet dianggap sebagai siklus hidup bintang yang berumur sangat pendek.




(twu/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads