Tahukah detikers di Bali ada sebuah desa yang dinobatkan UNESCO sebagai desa adat paling bersih? Desa tersebut adalah Desa Penglipuran terletak di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali.
Selama ini, Desa Penglipuran dikenal sebagai salah satu desa wisata yang terkenal di Bali dengan beberapa julukan, seperti Desa Adat, Desa Wisata, Desa Budaya.
Menariknya, Penglipuran tak hanya mendapatkan penghargaan sebagai desa terbersih di dunia, melainkan pernah mendapatkan penghargaan lain seperti Kalpataru, Indonesia Sustainable Tourism Award, dan Top 100 Sustainable Destination, demikian keterangan di situs UKM Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mengetahui tentang Desa Penglipuran, berikut ulasannya dikutip dari situs ISI Denpasar dan Universitas Udayana.
Makna Penglipuran sebagai Nama Desa
Secara etimologis, nama Desa Penglipuran diambil dari kata pengeling atau eling yang artinya ingat atau mengingat, dan kata 'pura' yang artinya tempat/benteng/tanah leluhur. Kata penglipuran berarti 'ingat kepada tanah leluhur/tempat asal mulanya'.
Ada pula istilah dalam masyarakat, yaitu kata 'penglipuran' yang diambil dari kata pelipur dan lara, yang jika digabungkan berarti 'menghibur di kala duka'.
Desa Penglipuran Berada di Wilayah Pegunungan
Secara geografis, Desa Penglipuran terletak di daerah dataran tinggi yakni berada di ketinggian 600 meter di atas permukaan laut. Desa ini membentang kurang lebih 1 km dengan jalan menurun selebar 4 meter.
Desa ini memiliki batas utara yaitu Desa Adat Kayang, batas selatan Desa Adat Cempaga, batas timur Desa Adat Kubu, dan batas barat Desa Adat Cekeng.
Bagian utara dan barat desa terdapat hutan bambu, ladang dan Sungai Sangsang. Di sebelah selatan terdapat kuburan dan perkebunan atau ladang. Sementara di sebelah timur merupakan perkebunan atau ladang masyarakat setempat.
Secara astronomis, Desa Penglipuran terletak pada 8,46 derajat Lintang Selatan dan 115,35 derajat Bujur Timur.
Desa Terbersih Menurut UNESCO
Menurut UNESCO, Desa Penglipuran adalah desa adat terbersih nomor 3 di dunia. Salah satu wujud kebersihannya bisa dilihat di sepanjang jalan yang terdapat parit saluran air di kanan kiri selebar 50 cm dengan sanitasi yang sangat lancar.
Selain itu, desa ini juga dikenal memiliki tata ruang yang disebut "Tri Mandala". Desa dibagi menjadi tiga wilayah yaitu Utama Mandala, Madya Mandala, dan Nista Mandala.
Utama Mandala sebagai wilayah suci untuk para dewa dan peribadatan. Madya Mandala digunakan sebagai tempat tinggal para penduduk. Sementara, Nista Mandala menjadi area khusus pemakaman penduduk.
Dikutip dari buku "Desa Swabudaya Penglipuran" oleh Nata Citta Desa Swabudaya, Desa Penglipuran dikatakan desa adat karena aktivitas adat dan agama yang beragam dan rutin dilaksanakan enam bulan maupun setahun sekali.
Seperti Upacara Ngusaba Paruman, yaitu upacara khusus masyarakat Penglipuran yang dilakukan setiap purnama kapat (hari baik untuk bersedekah) sebagai persembahan pada Dewa Brahma dan Dewa Wisnu.
Konsep Tri Hita Karana Desa Penglipuran
Desa Penglipuran juga memenuhi konsep atau filosofi Tri Hita Karana. Dikutip dari penelitian Made Agus dan rekan-rekannya yang diterbitkan oleh Indonesian Values and Character Education Journal (IVCEJ), Tri Hita Karana adalah tiga penyebab terciptanya kebahagiaan.
Tiga penyebab tersebut adalah Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan. Parahyangan adalah hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan yang Maha Esa. Pawongan adalah hubungan harmonis sesama umat manusia.
Sementara itu, Palemahan adalah hubungan harmonis antara umat manusia dengan lingkungan alamnya.
Kesenian di Desa Penglipuran
Sebagai desa adat wisata, Penglipuran kental dengan adat dan keseniannya. Sejumlah seni sakral dalam seni pertunjukannya adalah Tari Baris Jojor, Tari Baris Bedil, Tari Baris Presi, Tari Seni Arja, Joged Bumbung, dan Drama Gong.
Menariknya, ada tari adat yang relevan dengan para remaja. Seperti Tari sekaa janger penglipuran, yaitu tarian pergaulan muda-mudi yang lincah yang diadakan tahun 1969.
Nama 'sekaa' diambil dari nama tokoh pahlawan yang dikubur di Desa Penglipuran, yaitu Anak Agung Anom Mudita. Tarian tersebut berfungsi sebagai hiburan dan telah menjamur di sejumlah desa di Bali.
Ada pula karya topeng yang diciptakan untuk dinikmati sendiri. Beberapa bentuk Topeng Barong yang ada di Desa Penglipuran di antaranya adalah Barong Ket, Barong Macan, Topeng Sidakarya, dan Topeng Serengeti.
(faz/faz)