Dalam laman resminya, BMKG menyatakan jika Semarang, Sambas, Sarmi, Ambon, Toli-Toli, Silangit, dan Tanjung Pinang. Wilayah Jakarta juga berpotensi diguyur hujan dengan kilat atau petir.
Lantas, mengapa beberapa wilayah masih hujan meski sudah memasuki musim kemarau?
Alasan Beberapa Wilayah Masih Diguyur Hujan
Kondisi ini, menurut BMKG, terjadi akibat beberapa faktor dinamika atmosfer yakni aktifnya gelombang ekuator Rossby dan Kelvin di Jawa bagian barat yang meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di Jawa bagian barat dan termasuk Jabodetabek.
Selain itu, juga teramatinya pola pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi), suhu muka laut yang hangat pada perairan wilayah sekitar Selat Sunda dan Laut Jawa, labilitas atmosfer yang tinggi serta adanya indikasi adveksi dingin dari selatan Jawa.
Rentetan peristiwa ini menyebabkan kelembapan yang tinggi di wilayah pulau Jawa.
Deputi Bidang Meteorologi, Guswanto, menyatakan bahwa meskipun di sebagian wilayah Indonesia telah memasuki awal musim kemarau namun sebagian wilayah lainnya masih berada di masa peralihan musim.
Pada peralihan musim itu, kandungan uap air dan labilitas atmosfer masih tinggi dan dapat memicu pertumbuhan awan-awan hujan. Ia menambahkan bahwa masih terdapat potensi peningkatan curah hujan di beberapa wilayah Indonesia dalam sepekan ke depan.
Kondisi dinamika atmosfer yang dapat memicu peningkatan curah hujan tersebut antara lain aktifnya fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang ekuatorial Rossby dan juga Kelvin, adanya pola sirkulasi siklonik, serta potensi pembentukan daerah belokan dan perlambatan angin.
"Kombinasi pengaruh fenomena-fenomena tersebut diperkirakan menimbulkan potensi hujan dengan intensitas sedang-lebat yang disertai kilat/petir dan angin kencang yang dapat berlangsung di sebagian wilayah Indonesia hingga 9 Juni 2024," jelasnya dalam laman BMKG dikutip Selasa (4/6/2024).
Imbauan BMKG
Kepala Pusat Meteorologi Publik Andri Ramdhani menambahkan jika potensi hujan dengan intensitas sedang-lebat yang disertai kilat/petir dan angin kencang pada periode 3 - 9 Juni 2024.
Potensi hujan ini dapat terjadi di sebagian Sumatra, sebagian Jawa bagian barat, sebagian besar Kalimantan, sebagian besar Sulawesi, Maluku Utara, Maluku, dan sebagian besar Papua.
Andri menyampaikan agar masyarakat yang bertempat tinggal di daerah rawan bencana hidrometeorologi agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem.
"Dampak yang ditimbulkan dari cuaca ekstrem dapat meliputi banjir, banjir bandang, banjir lahar hujan, tanah longsor, jalan licin, pohon tumbang, dan berkurangnya jarak pandang," tuturnya.
(nir/faz)