Pada era modern ini, banyak para orang tua yang hanya memilih satu anak, atau bahkan memilih untuk 'childfree' atau tidak ingin memilih anak.
Dikutip dari Science Focus, menurut data Office for National Statistics, Inggris pada tahun 2022 terdapat 44% keluarga di Inggris hanya memiliki satu anak sementara keluarga yang memiliki dua anak sebanyak 41%.
Sedangkan menurut data European Large Families Confederation, tahun 2022 di Eropa sebanyak 49% keluarga yang memiliki satu anak saja, dibanding memiliki 2 anak sebanyak 39%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal tersebut sangat berbeda dari generasi sebelumnya di seluruh dunia, dimana menurut data The World Bank terdapat penurunan tingkat kesuburan, rata-rata ibu melahirkan lima anak pada tahun 1960, dan turun menjadi dua atau tiga anak pada tahun 2020.
Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Terdapat ada kemungkinan yang membuat orang tahu memilih hanya satu anak seperti kurang mendukungnya finansial, meningkatnya biaya anak, berkembangnya peran gender, kekhawatiran dan tantangan apabila memiliki lebih dari dua anak.
Tetapi terdapat stereotip yang berkembang apabila hanya memiliki satu anak seperti mungkin anak akan lebih kesepian, kurang bersosialisasi, atau menjadi lebih manja. Namun benarkah seperti itu?
Tidak ada Perbedaan Kepribadian Antara Anak Tunggal dan Anak yang Memiliki Saudara
Sebuah laporan yang terbit pada jurnal Wiley mengungkapkan bahwa anak tunggal dan anak yang mempunyai saudara tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan terhadap kepribadiannya.
Tentu hal tersebut kebalikan dari hasil penelitian pada tahun 1896 oleh psikolog anak G Stanley Hall dan EW Bohannon yang menyebutkan bahwa anak tunggal akan merasa kesepian, suka memerintah, antisosial, dan manja. Kepribadian tersebut menjadi stereotip bagi masyarakat hingga kini.
Penelitian tahun 1896 tersebut dilakukan menggunakan kuesioner untuk merinci kepribadian dan perilaku anak tunggal. Namun banyak yang mengkritik metode penelitian tersebut dan banyak penelitian mengenai topik tersebut membantah temuan tersebut.
Dr Adrien Mancillas yaitu penulis laporan studi Challenging the Stereotypes About Only Children: A Review of the Literature and Implications for Practice mengatakan, "Sebagian besar penelitian mengenai berbagai hasil anak tunggal secara konsisten menunjukkan keuntungan menjadi anak tunggal, khususnya dalam hasil pendidikan dan akademik."
Tidak ada ciri-ciri yang memperlihatkan stereotip dari anak tunggal yang beredar, mungkin mereka kesepian namun hal tersebut sama seperti anak yang memiliki saudara.
Kepribadian Anak Tunggal Berasal dari Orang Tua
Faktanya, seorang anak memiliki kepribadian berdasarkan dari cara orang tua mengasuhnya, bukan karena apakah anak tersebut adalah anak tunggal atau memiliki banyak saudara.
Hal tersebut ditunjukkan dari sebuah penelitian yang terbit di The University of Edinburgh, Mancillas mengatakan anak tunggal merupakan satu-satunya penerima perhatian dan sumber daya dari orang tua.
"Penelitian menunjukkan bahwa hal ini berarti ikatan yang lebih dekat dengan pengasuhnya. Namun, terdapat tantangan dari hubungan yang begitu dekat adalah potensi bagi anak untuk terpapar stres orang tua secara berlebihan atau mengalami hubungan yang lebih intens yang dapat dikurangi dengan saudara kandung," tambahnya.
Terdapat juga wawancara dalam penelitian kepada orang dewasa sebagai anak tunggal. Secara umum anak tunggal menjadi pengalaman yang positif, dan mereka memungkinkan juga akan memiliki anak tunggal.
Dampak Penurunan Kelahiran
Banyak orang tua yang memilih untuk melahirkan satu anak saja, tentu ini tanpa alasan, penurunan tersebut akibat dari perempuan lebih memprioritaskan di bidang lain di hidup mereka.
Biaya untuk membesarkan anak lebih tinggi, kekhawatiran krisis iklim, dan keuntungan kebahagiaan yang didapatkan ketika memiliki hanya satu anak.
Namun hal tersebut berbanding terbalik oleh negara sebab angka kelahiran yang menurun sejak 2010 di belahan dunia, membuat pemerintah khawatir akan kekuatan perekonomian, karena sumber daya manusia yang berkurang.
Sehingga banyak negara yang menyadari adanya penurunan kelahiran ini, membuat kebijakan-kebijakan yang membuat ibu tidak terbebani ketika memilih melahirkan seorang anak.
Misalnya seperti pemberian biaya tambahan dari negara untuk membesarkan anaknya, pemberian cuti hamil, dan lainnya.
(pal/pal)