Mengucapkan Kata 'Tolong' untuk Permintaan Ternyata Bisa Tidak Sopan, Kok Bisa?

ADVERTISEMENT

Mengucapkan Kata 'Tolong' untuk Permintaan Ternyata Bisa Tidak Sopan, Kok Bisa?

Nur Wasilatus Sholeha - detikEdu
Selasa, 04 Jun 2024 09:30 WIB
Ilustrasi berdoa dan meminta tolong.
Foto: Milada Vigerova/Unsplash/Ilustrasi Meminta Tolong
Jakarta -

Kata 'tolong' selama ini banyak dianggap sebagai kata ajaib karena bisa untuk menunjukkan kesopanan seseorang ketika meminta suatu hal ke orang lain. Namun, studi baru menemukan sisi lain, ketika kata 'tolong' juga bisa tak sopan.

Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di Social Psychology Quarterly oleh tim sosiolog University of California, Los Angeles (UCLA), mengucapkan kata 'tolong' ternyata memerlukan pengajaran yang lebih spesifik. Sebab, dalam kondisi tertentu mengucapkan kata 'tolong' ke orang, tidak selalu menunjukkan rasa hormat dan kesopanan.

Bahkan dengan kata 'tolong' dapat berpotensi memaksa atau meragukan keinginan orang lain dalam membantu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kata Tolong Tidak Selalu Menunjukkan Kesopanan

Dilansir dari laman resmi UCLA, para peneliti melakukan studi dengan mengamati aktivitas sehari-hari peserta studi dengan keluarga, teman, dan rekan kerja menggunakan kamera video selama 17 jam. Mereka semua terlibat upaya permintaan di dalamnya.

Selain itu, percakapan juga dilakukan secara tatap muka di antara penutur bahasa Inggris British dan Amerika dari berbagai latar belakang, ras, etnis, dan sosial ekonomi.

ADVERTISEMENT

Dari seribu upaya permintaan yang dilakukan, hanya 69 kali memakai kata tolong atau 7% dari keseluruhan waktu.

Peserta mengucapkan kata tolong ternyata bukan karena rasa hormat, kesopanan, terhadap permintaan yang dilontarkan kepada orang dengan perbedaan latar belakang.

Tetapi, peserta mengucapkan kata tolong, sebagian besar karena ada hambatan yang dirasakan, seperti mereka merasakan permintaannya akan ditolak, sehingga kata 'tolong' seperti strategi efektif yang dipikirkan agar orang itu mau membantu mereka.

Misalnya, terdapat seorang wanita yang meminta pasangannya untuk duduk di meja makan, tetapi permintaan itu diabaikan beberapa kali oleh pasangannya, kemudian barulah wanita itu mengucapkan kata 'tolong'.

Sebanyak setengah kasus terjadi, yang mengatakan 'tolong' akibat dari respon penolakan sebelumnya. Kasus lainnya, kata 'tolong' diucapkan peserta ketika seseorang melakukan hal yang tidak sesuai dengan permintaannya.

Misalnya, peserta mengucapkan kata tolong ketika pasangannya sedang sibuk mencuci botol bayi, dan meminta dengan kata 'tolong' untuk membuatkannya kaldu sup.

Selain itu, Seorang anak-anak juga mengatakan 'tolong' padahal ia mengharapkan ibunya untuk mengatakan tidak, karena ibunya telah menolak permintaan tersebut sebelumnya.

Norma-norma yang Berlaku Tergantung Setiap Komunitas

"Setiap komunitas memiliki norma-norma eksplisit yang mendefinisikan apa yang dianggap sebagai perilaku sopan atau hormat, misalnya seperti yang diajarkan kepada anak-anak atau orang baru di komunitas tersebut," kata Andrew Chalfoun, peneliti pada studi ini.

Chalfoun menjelaskan bahwa kata 'tolong' dan 'terima kasih' digunakan dengan mempertimbangkan situasi spesifik, dan mungkin tidak menunjukkan rasa hormat atau kesopanan.

Mengatakan tolong juga dapat berisiko memaksa atau meragukan keinginan orang lain dalam membantu.

"Kami tertarik untuk memahami apakah norma-norma tersebut benar-benar diikuti dalam kehidupan sehari-hari atau ada norma lain yang lebih tersembunyi dan dapat menjelaskan perilaku masyarakat dengan lebih baik," tuturnya.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads