Sebuah studi terbaru menemukan bila 'menghancurkan' perasaan bisa dilakukan dengan aman dan dapat membantu dalam meredakan perasaan amarah. Terlebih untuk kamu yang memiliki anger issues atau kesulitan dalam mengendalikan rasa marah yang muncul secara berlebihan atau tidak terkendali.
Selama ribuan tahun, orang-orang telah mencari cara yang aman untuk melampiaskan perasaan marah mereka tanpa menyakiti siapapun. Untuk menjawab hal tersebut, sebuah eksperimen dilakukan oleh para peneliti di Jepang kepada mahasiswa.
Selama eksperimen peneliti memberi bumbu-bumbu yang membuat amarah berkobar tak tertahankan. Respon yang timbul dari bumbu amarah inilah yang akan menjadi penilaian para peneliti. Berikut penjelasannya dikutip dari Mental Floss.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cara Mengatasi Anger Issues Menurut Studi
Untuk memulai eksperimen, peneliti meminta mahasiswa menulis esai singkat tentang bagaimana mereka memecahkan masalah sosial yang umum terjadi. Contohnya masalah merokok di tempat umum.
Para peneliti memberi tahu mahasiswa bila esai mereka akan dinilai dan akan dikembalikan. Alih-alih memberi masukkan pada esai, mereka malah mengkritik dan memberi nilai rendah dengan kriteria yang telah ditentukan.
Seperti kecerdasan, minat, keramahan, logika, rasa hormat dan rasionalitas. Esai itu juga diberi komentar menyakitkan seperti: "Saya tidak percaya orang terpelajar akan berpikir seperti ini. Saya harap orang ini belajar sesuatu selama berkuliah."
Setelah dinilai, esai dikembalikan kepada mahasiswa dan mereka diminta duduk serta memperhatikan hasil tersebut selama dua menit. Usai dua menit berlalu, peneliti kembali menginstruksikan mereka untuk menuliskan tentang perasaan setelah mendapat umpan balik tersebut.
Jika sudah, mahasiswa diberi beberapa pilihan untuk menindaklanjuti esai tersebut. Dari membuang esai ke mesin penghancur, membuangnya ke tempat sampah atau menyimpan esai tersebut.
Melalui tindakan ini, para peneliti mengamati bila mereka yang merobek atau membuang esai tersebut merasa lebih mudah melepaskan perasaan amarah. Sedangkan yang menyimpan catatan cenderung menahan amarah mereka.
Efek yang timbul ini ternyata kebalikan dari keyakinan psikologi bernama "magical contagion" atau efek penularan magis. Efek penularan magis menjelaskan bila setiap benda memiliki sisa-sisa dari pemilik sebelumnya, entah itu bau atau bahkan emosi.
Bila dikaitkan dengan penelitian, setelah peserta mengisi esai dengan emosinya, pemikirannya akan berlanjut dan berbuah menjadi tindakan. Nah, tindakan menghancurkan kertas ini tanpa disadari memiliki dampak baik dalam menghilangkan emosi.
Dilakukan dalam Berbagai Cara Sepanjang Sejarah
Orang-orang telah menggunakan metode penghancuran emosi ini sepanjang sejarah. Para peneliti mengambil contoh pada festival hakidashisara di kuil Hiyoshi, Kiyosu, Jepang.
Pada festival tersebut, para pengunjung diperbolehkan memecahkan piring-piring kecil yang melambangkan hal-hal yang membuat mereka marah. Selain itu ada metode menulis surat yang berisi curahan hati lalu dibakar. Hal ini merupakan praktik spiritual dan terapi untuk melepaskan perasaan yang rumit.
Penelitian ini juga memiliki implikasi terhadap emosi lain. Karena bukan hal yang tidak masuk akal bila perasaan sulit lainnya seperti kesedihan, iri hati, kesepian, atau kecemasan bisa diatasi melalui latihan serupa.
Temuan ini bisa menjadi trik bagi detikers untuk menghilangkan amarah. Cobalah ambil kertas dan pena lalu tuliskan seluruh keluh kesahmu. Bila sudah remukkan, hancurkan, lalu buang rasa amarahmu dan kembali menjadi lebih baik. Selamat mencoba!
(det/nwy)